Hari ini Sana akan pergi berkelana untuk mencari inspirasi lukisan dia selanjutnya. Memang menjadi seniman itu sangat melelahkan dan banyak dianggap pekerjaan yang sangat membosankan dan tidak ada apa-apanya, tapi bagi Sana hidup tanpa seni itu seperti kanvas tiada warna, buram nan kusam. Sebagian besar manusia berpikiran bahwa apa yang terkenal dan sangat menghasilkan uang maka itu tidak boleh di sia-sia 'kan melainkan harus diikuti dan dikerjakan maka kepuasan pun datang. Namun bagi Sana itu sebuah pemikiran yang sangat dangkal dan tidak memiliki akal sehat sama sekali. Kenapa harus uang yang membuat semua mahluk di bumi bahagia? Kenapa tidak ada hal lain, ya seperti seni mungkin? Atau ada yang lain selain kedua ini? Ck, memikirkannya saja membuat hati bercampur aduk dan muak apalagi membicarakannya.
Dan di sini lah dia sekarang berada, di negara yang terkenal dengan pemandangan malam yang tidak boleh di abaikan sedikit pun. Kanada, pemandangan aurora dan beberapa tumbuhan yang sangat langkah dan menarik ada di negara ini. Jangan sia-sia 'kan tentunya, pohon maple yang memiliki daun unik itu sangat menarik perhatian banyak orang terlebih turis seperti dia.
"Wah, akhirnya sampai juga." Seru Sana mengeliat ke segala arah dan pemandangan langit malam yang sangat menghangatkan hati dan memberikan asupan mata bagi sepasang netra cokelat miliknya.
"Sana sampai kapan kau akan duduk di sini saja?" Tanya Asahi. Pria yang di panggil adik oleh Sana ini selalu berbicara non formal dengannya, itu juga karena dirinya membiarkan pria berkebangsaan Jepang itu menganggapnya sebagai teman jadi jangan salahkan Asahi.
"Aku suka bintang di langit malam ini." Jawab Sana tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun.
"Kau sudah mendapatkan ide untuk tema lukisan mu selanjutnya?" Sana mengangguk cepat dan tersenyum lega.
"Baguslah kalau begitu, jadi mau sampai kapan kau di sini?" Ulang Asahi bertanya dan sekilas ia melihat jam yang terpakai biasanya di tangan kirinya.
"Ini sudah hampir larut malam dan kau bahkan tidak ingin kembali atau berjalan ke tempat lain lagi." Ucap Asahi melanjutkan.
Sana menghela napas dan dia tahu bahwa pria bermarga Hamada itu sedang mengkhawatirkan dirinya.
"Kau tenang saja, aku sudah besar dan aku tidak akan di culik ataupun menghilang. Kau paham itu?" Balas Sana sembari memegang pundak Asahi mengisyaratkan bahwa dia akan baik-baik saja.
Pria itu tersenyum kecut namun detik berikut dia tersenyum tipis.
"Baiklah kalau begitu aku kembali ke hotel duluan, kau jangan lama-lama di luar. Aku dengar di padang rumput ini juga sering di datangi hewan buas dan liar, kalau memang tidak sabaran lagi untuk melihat aurora maka itu terserah padamu tapi aku memang tidak mau kau kenapa-kenapa." Ucap Asahi diiringi senyuman manis yang jarang ia perlihatkan ke orang-orang sekitarnya.
Sana balas tersenyum manis juga, "Baik aku paham, sekarang biarkan aku di sini untuk menunggu pemandangan langkah itu oke." Kata Sana sambil memberikan kedipan mata, Asahi tertawa kecil karena merasa gemas.
"Ya sudah aku pergi dulu, sampai jumpa di hotel nanti." Asahi bangkit dari duduknya dan langsung beranjak pergi sebelum melambai singkat pada Sana.
Sana tersenyum melihat sahabatnya itu, lalu dia kembali mengarahkan pandangannya ke langit. Sesekali jam yang di tangannya ia sesuaikan untuk menunggu pemandangan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Handsome Devil
FanfictionPercayakah kalian adanya reinkarnasi? Ini bukan sekedar membahas hal yang langka dan tidak mungkin itu, tapi ini menyangkut hidup dan matinya dua orang yang berbeda dunia. V. Pemuda ini lahir dengan dua darah yang berbeda dalam dirinya, dia sebenarn...