3. Destiny

461 81 19
                                    

"Candy, selamanya cintaku hanya untukmu. Jangan pernah tinggalkan aku, bertahanlah demi diriku."

Senyuman hangat itu ia dapatkan sebelum kedua mata yang indah itu akan tertutup rapat, mata hazel itu mengisyaratkan dia ingin beristirahat, tertidur untuk selamanya.

"Selamat tidur, bintang kecilku."

Salju sudah turun beberapa hari ini, dan entah sudah berapa lama gadis itu masih terbaring di atas kasurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salju sudah turun beberapa hari ini, dan entah sudah berapa lama gadis itu masih terbaring di atas kasurnya. Seorang lelaki sedaritadi berdiri di balik pintu, tangannya enggan untuk membuka ruangan itu. Dirinya masih belum sanggup untuk kehilangan sosok yang sangat penting baginya itu. Ini tidaklah mudah untuk dirinya, karena gadis itu adalah harta yang sangat ia jaga, layaknya mutiara di dasar laut.

Salju turun pelan dari langit beriringan hembusan angin dingin yang juga ikut serta, butiran-butiran putih halus itu kini mulai menutupi permukaan tanah cokelat dan sekawanan rumput yang masih hijau segar. Bunga-bunga yang tadinya berwarna kini mulai bersatu padu dalam balutan satu warna polos, putih dan dingin. Tidak ada bunga yang disukai gadis polos itu tumbuh, namun tak membuat dirinya hilang niatan untuk melihat bunga yang tertutupi salju tersebut.

Gadis itu duduk dengan bersandar di kepala tempat tidurnya. Dengan posisi miring yang dibantu oleh beberapa tumpukan bantal pada bagian punggung belakangnya, dengan ditopang seperti itulah yang bisa membuatnya terduduk saat ini. Ia dapat merasakan semesta alam yang sangat indah pagi ini dengan melalui jendela yang terpasang tak jauh dari pandangannya. Dengan rambut sehitam langit yang tak berbenda angkasa, kulit mulus seputih salju, hidung yang mancung setajam pisau, bibir ranum yang mungil, lingkaran kepala yang kecil, dan dua pasang warna mata yang indah itu, mata hazel miliknya sungguh membuat orang yang melihatnya iri. Pipi dan bibirnya yang selalu merona merah seperti kelopak mawar di musim semi.

Tapi, kini dia telah tiada.

Wajahnya yang selalu melambangkan musim salju, kini benar-benar seperti musim salju, tubuh yang tadinya sehangat musim semi kini dingin dan tak bernyawa, lemah, pucat pasi seputih salju yang juga turun dari langit. Gadis itu sekarat.

Lelaki itu menatap penuh sendu dari balik pintu yang baru saja ia buka kecil, sengaja untuk tidak mengganggu sang gadis. Namun tetap saja si gadis menyadari kedatangannya yang tanpa suara langkah kaki itu. Tersenyum hangat dengan tubuh yang tak berdaya, dia merasa bersalah karena sudah mengganggu tidur gadis itu, yang ia lakukan hanya berdiri tertegun menatap sosok yang sangat ia rindukan itu.

Sudah lama.

Dengan pelan, V melangkahkan kakinya ke dalam kamar lalu mendekati tempat peristirahatan terakhir yang sangat berharga itu. Gadis itu menyadari kehadirannya tapi kenapa dia tidak bisa menahan butiran bening yang tak terbendung itu? Ah, akhirnya lolos juga ya. Seolah-olah bisa melihat namun itu hanya imajinasi dan harapan belaka. Sejak kapan hazel indah itu tidak bisa memandang paras tampan yang ia miliki? Kesempurnaan, tinggal kekurangan yang tak bisa diterima saja yang hanya ada sekarang ini. Haruskah senang atau sedih? V sudah tahu jawabannya.

A Handsome DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang