4. Crazy

439 72 11
                                    

Setelah adegan tadi terjadi, Sana hanya bisa duduk terpaku di atas tempat tidur berukuran king size itu. Dia kembali ke tempat di mana dia kira itu adalah yang terakhir, tapi sayangnya nasib berkata lain.

Sana tak bisa berkutik sedikitpun, hari sudah hampir malam dan dia masih terusik akan sosok yang sangat setia berada di dekatnya. Tentu saja orang asing yang tidak dia kenal sama sekali.

Sorot mata hazel itu tak berhenti menatap sinis ke sosok pemuda itu, ya lelaki yang di depannya sekarang sangatlah mengganggu. Terpaksalah Sana mengawasi diri sendiri dengan membuat benteng pertahanan dari bantal yang ada di kasur. Sangat tertutup tubuhnya, hanya kepala saja yang muncul.

"Hei, apa yang kau lakukan gadis kecil?" Lelaki itu kembali membuka suaranya. Mendadak kedua pipi Sana memerah menahan detak jantung yang sudah tidak stabil lagi sejak kejadian tadi.

Kening Sana mengerut tidak percaya, orang yang di depannya ini suka sekali mempermainkan orang lain.

"Kau bertanya padahal kau sendiri sudah berbuat." Sahut Sana dengan nada ketus.

"Ck, hanya ciuman saja kau sampai semalu itu padaku?" Tunggu, jadi letak kesalahannya ada pada Sana gitu? Sana ingin sekali menghabisi lelaki yang ada di depannya itu dengan kedua tangannya, ah mungkin dia harus menguliti pria itu dulu.

"Kau masih bisa berbicara tentang malu dan tidak malu? Hei, biar kukatakan padamu ya. Itu adalah ciuman pertamaku, ah-ralat tapi kemarin malam kau sudah merebutnya dan sekarang kau masih bisa merasa tidak bersalah?" Perjelas Sana panjang lebar, tapi yang dia dapatkan hanya tatapan nakal itu lagi.

Sana menyerah, ia sudah tak tahan lagi untuk berdebat lebih lanjut. Yang ini terakhir kali dan dia memilih untuk diam saja.

"Kembalikan aku ke asalku." Setelah beberapa menit kemudian, Sana memohon dengan wajah memelasnya. Ingat, dia hanya berpura-pura saja saat ini.

"Kau kira aku semudah itu untuk ditipu?" Katanya menjawab, dan Sana tidak tahu harus mengatakan apa lagi.

"Dengar gadis, kau sudah mencuri kalungku jadi jika kau ingin keluar dari wilayahku. Kembalikan barangku sekarang juga." Masalahnya adalah, kalung itu sudah tidak ada di leher Sana bahkan saat setelah dia bertemu dengan lelaki itu kalungnya menghilang begitu saja. Serba salah jika Sana menjawabnya sekarang karena nantinya yang ada perdebatan yang berujung dengan adegan menjijikkan itu.

"Cepat, mana serahkan padaku sekarang juga." Kata V mengulang lagi.

Sana memasang wajah bersalahnya, dan saat itu juga V berdiri dari kursinya dan berjalan mendekat.

"Yak! Kenapa kau kemari, apa yang mau kau lakukan?!" Sana berteriak saat itu juga.

Sana berusaha menahan tumpukan bantal-bantal itu, tapi percuma saja karena yang punya kekuasaan sekarang hanyalah V seorang.

V membuka sandal khusus yang biasa dia pakai saat berada di dalam rumah. V menaiki tempat tidurnya itu, lalu mendekati Sana secara perlahan menggunakan kedua tangannya.

Dengan respon cepat, Sana juga ikut bergerak tapi bergerak mundur. Ya, jangan sampai lelaki sialan itu mencium dirinya lagi bahkan melakukan hal-hal diluar kendali.

Sana memundurkan badannya ke belakang sedangkan V dengan gaya tak bisa ditebak itu hanya berjalan merangkak saja.

"Eh, apa yang mau kau lakukan?" Sana memelankan suaranya dan nada suara itu bergetar hebat, sangking ketakutannya Sana tidak tahu mau bagaimana lagi.

Dan sekali lagi dia berakhir dengan penghalang yang ada di belakang punggungnya. Tapi Sana tidak menyerah sampai disitu, tatapannya ia ahlikan ke sisi kanan maupun kiri, sebuah ide muncul dalam benaknya. Hanya cara ini saja yang bisa dia lakukan saat ini.

A Handsome DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang