HAPPY READING
Malam ini adalah malam minggu. Suasana Cafe tempat Dara bekerja lebih ramai dari pada hari biasa dan membuat Dara kelelahan melayani pelanggan. Sebenarnya Dara belum pulang ke rumah dari siang karena setelah pulang sekolah ia langsung berangkat ke Cafe sebab pelanggan meningkat. Tak apalah badan terasa sakit yang penting ia mendapatkan gaji lebih besar.
"Kamu pulang sama siapa?" tanya Tiara.
Dara membalikkan tubuhnya lalu menatap Tiara. "Sendiri. Emangnya ada apa, Ra?"
"Nggak, maaf ya aku nggak bisa pulang bareng soalnya aku buru buru ibu masih sakit," jawab Tiara.
Dara mengangguk, "Aku doain semoga ibu kamu cepat sembuh."
"Amin, makasih doanya, Dar. Aku pulang dulu."
"Iya, hati hati."
"Kasihan juga Tiara. Ternyata ada yang lebih dari aku," gumam Dara seraya menatap Tiara yang melenggang pergi meninggalkan Cafe.
Dua tahun dirinya mengenal Tiara. Dara merasa mempunyai hubungan baik dengan gadis muda itu. Umur Tiara bahkan lebih muda dari Dara tetapi gadis itu sudah menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Dara bersyukur ia mempunyai sahabat baik seperti Tiara di tempat kerjanya yang selalu membantunya. Karena Dara berpikir dirinya dan Tiara sama sama punya kehidupan yang sulit.
21.00
Pekerjaannya sudah selesai dan ini waktunya Dara untuk pulang. Setelah berpamitan pada manager ia kemudian berjalan meninggalkan Cafe. Jalanan malam ini terlihat sepi hanya ada lampu lampu saja yang menerangi di setiap trotoar. Ada perasaan mengganjal di hati Dara karena suasana yang sepi juga di tambah angin kencang yang membuat bulu kuduknya berdirinya. Tak berselang lama Dara merasa sesuatu yang menutup mulut juga. Ketika ia menghisap bau dari sapu tangannya ia merasakan obat bius dan pandangannya seketika gelap.
****
Tidurnya terusik karena cahaya matahari. Dara baru bangun kaget melihat Andra tidur di sampingnya tanpa memakai pakaian hanya tertutup selimut. Pikirannya sudah tak terkontrol. Raut wajah Dara berubah menjadi ketakutan dan tak terasa air mata menetes.
"Dara," suara Andra berat Andra yang baru saja membuka matanya.
"Hey please don't cry," Andra kemudian berubah posisinya menjadi duduk dan mendekap Dara yang menangis.
"Lepas!" sentak Dara yang tak mau di sentuh Andra.
"Kamu-"
"Kenapa terjadi lagi?!" Dara menatapnya dengan tatapan yang dalam.
Kemarin malam, Andra pergi ke Club bersama kedua sahabatnya dan menghabiskan banyak alkohol disana. Saat pulang Andra tetap keukeuh pada pendiriannya untuk pulang sendiri dan tak sengaja melihat Dara yang berjalan sendiri di trotoar. Lelaki brengsek itu tak merencanakan semua ini tapi kenapa kejadian bodoh ini terjadi lagi. Di tambah rumahnya sedang kosong karena mereka pergi ke Bogor untuk menghadiri pernikahan. Sungguh situasi yang mendukung.
Tak memperdulikan jawaban Andra. Dengan langkah tertatih-tatih Dara pergi menuju kamar mandi dan diiringi menangis. Menggosok badannya yang berharap bisa suci kembali. Ia berpikir kenapa Tuhan tak sekalian mencabut nyawa dibandingkan harus menerima kenyataan hidup seperti ini.
"Hikss..."
Kini Dara sudah berada di depan pintu rumahnya. Ada rasa ragu untuk masuk ke dalam rumah karena ia tahu apa yang akan terjadi. Mamahnya pasti akan menghukumnya karena semalam ia tak pulang ke rumah. Dengan berat hati Dara memasuki rumah dan berharap semuanya akan baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise [REVISI]
Teen FictionFollow akun sebelum baca! (Beberapa part di hapus untuk revisi) Ini kisah gadis berumur 18 tahun yang hamil karena perbuatan sang kekasih. Begitu banyak terukir cerita memilukan di kehidupan seorang Dara Nesyana. Diasingkan dan dikucilkan kekurangan...