•9• RUMAH SAKIT (REVISI)

45.5K 3.3K 73
                                    

HAPPY READING

"Lebih baik kamu usir saja Dara dibandingkan harus menyiksanya terus terusan," ucap Irawan menatap sang istri.

Riri dengan angkuhnya, "Segampang itu? Nggak bisa, Mas!"

"Kenapa? Masa lalu biarkan berlalu. Emangnya kamu mau perbuatan kamu di laporkan ke pihan berwajib?"

"Emangnya siapa yang akan melaporkan aku?"

Irawan mulai menatap serius Riri lalu berbicara, "Ri, ayo kita berdamai dengan masa lalu. Yang berlalu biarlah berlalu."

Mata Riri mulai berkaca-kaca, "Nggak segampang itu, Mas! Kamu nggak tahu seberapa sakitnya aku dengan kejadian itu. Kamu emang gampang dengan ngomong seperti itu tapi aku yang merasakan!"

Irawan yang di balas perkataan seperti itu pun hanya bisa mengangguk mengerti dan prihatin dengan perasaan sang istri. Benar juga apa yang di katakan Riri tetapi istrinya tidak harus balas dendam dengan melakukan kekerasan pada Dara.

"Ya sudah maaf. Aku mengerti dengan perasaan kamu."

"Aku harap begitu," Riri lalu beralih pergi meninggalkan suaminya.

Tanpa mereka tahu Amanda dari tadi mendengarkan percakapan orang tuanya dengan mengintip dari tembok luar ruang kerja. Riri berlalu saja menuju kamarnya tanpa mengetahui Amanda yang sedang menguping di belakangnya.

"Ini semua gara gara si Dara sialan itu. Keluarga dia itu emang jahat dan pembawa sial!" umpat gadis berusia 20 tahun.

Berpindah pada Dara yang masih setia mengerjakan tugas Ekonomi dengan telaten. Hari ini ia pulang dari Cafe lebih awal karena Cafe tersebut tutup lebih awal. Ketika asik mengerjakan soal ia tiba tiba teringat sesuatu.

"Ehh... Aku kan belum pernah periksa kandungan," ucapnya.

"Besok kan hari Minggu nah aku coba aja izin ke bos."

Pandangannya teralih pada perutnya yang masih rata kemudian mengusapnya, "Kamu sehat sehat di sana ya, Nak. Mamah tahu dunia ini terlalu pahit untuk kamu tinggali tapi Mamah mohon kamu untuk bisa kuat karena Mamah nggak punya siapa siapa selain kamu," lirihnya.

****

Andra mengawali pagi di hari Minggu ini dengan jogging di sekitaran perumahan. Keringat terlihat membasahi pelipis juga tubuh lelaki itu. Karena merasa sudah cukup berolahraga untuk pagi ini kemudian ia pulang ke rumah.

"Bella? Kamu ngapain di sini?" tanya Andra kaget melihat Bella yang duduk di ruang tamu rumahnya.

"Aku mau ngasih brownies buatan aku," jawab gadis itu dengan senyum.

Andra hanya mengangguk lalu pergi tak acuh menuju kamarnya. Saat hendak menaiki anak tangga ia terhenti dengan panggilan dari Alya.

"Andra!"

Andra menoleh, "Apa, Mih?"

"Mau kemana kamu? Bella nggak ada yang temenin kasihan," tegas Alya.

"Kan ada Mamih yang bisa ngobrol sama Bella."

Alya menghela nafasnya, "Mamih mau pergi ke rumah temen Mamih buat bahas baju pesta."

Promise [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang