Superman

814 153 73
                                    

Kan? gue ngadi-ngadi. Masih ada dua cerita ongoing malah sok-sokan bikin yang baru.

Nggak kepikiran juga alurnya mau gimana, gue pengen ngetik baru aja wkwkwk

Nggak tau deh kedepannya. Tapi kalo feedback nya bagus, ya... gue lanjut dong.

***

Superman

Siang terik itu gedung DPR dipadati oleh ribuan mahasiswa dengan berbagai warna identitas dari kampusnya masing-masing. Nadine berdiri di tengah bersama satu teman perempuannya, juga dua pemuda yang sedari tadi turut menjaga. Diksa dan Jhonny, dua mahasiswa aktif di himpunan yang terus menerus mengajak Nadine dan Yure turut serta demo yang akhirnya terealisasi hari ini.

"Buruh tani mahasiswa rakyat miskin kotaaa~"

"Bersatu padu rebut demokrasi, gegap gempita dalam satu suara~"

"Demi tugas suci yang mulia~"

Nadine menutupi wajahnya dengan kedua tangan, panas coy. Nyaris saja Yure dengan idel gilanya mau mengeluarkan payung hitam. Tapi ditolak langsung sama Nadine.

Gila, bisa-bisa bukan nyanyi Buruh Tani, tapi nyanyi...

Biar, hujan, turuuuuuun lagi. Di bawah payung hitam ku berlinduuuung~

Nggak deh, Nadine belum siap kalau tiba-tiba harkat dan martabatnya turun dengan suatu aplikasi yang bikin dia viral.

Nanti netijen budiman malah berpendapat sesuka hati.

Kalau takut panas dirumah aja kak, sana skincare-an.

Mahasiswa jaman sekarang mentalnya tempe. Sama panas aja nggak kuat, gimana memperjuangan kesejahteraan dan hak masyarakat Indonesia.

Nyinyinyinyinyi~

Namun semua orasi dan nyanyian itu terhenti oleh mobil besar dengan antek-anteknya berupa motor keren. Mereka berbaju hitam dengan helm, dan memegang tameng besar yang menutupi seluruh badan.

Tida sampai hitungan ketiga, gas air mata dilemparkan ke arah ribuan mahasiswa. Ibarat kata, semut yang lagi ngumpul ke gula langsung heboh kesana kemari waktu ada hujan.

Begitulah mereka. Yure ditarik Diksa, sedangkan Jhonny berusaha menarik Nadine, namun gagal karena tubuh pemuda itu terdorong ke satu arah hingga genggaman tangannya terlepas.

"JHONEEEEE ANJENG NINGGALIN GUE!"

Kalau urusan begini, orang-orang lebih memperhatikan dirinya sendiri. Sehingga nggak ada yang sadar kalau Nadine udah semaput di aspal sambil berusaha menutupi matanya dengan sikut.

Jatuh bangun jatuh bangun lagi gitu terus nggak berhasil larinya. Akhirnya Nadine pasrah, ia sekuat tenaga melindungi wajahnya dari kepulan asap sialan.

Hingga kedua tangan seseorang membantu tubuhnya bangun dengan paksa, kemudian membawa Nadine berlari ketepian. Tak lupa almet si penolong itu dijadikan pelindung mereka berdua.

Cie.

Dalam hati mau ngomong cie, tapi Nadine urungkan. Anjir ya kali dia berada di ambang kesemaputan, malah ngemis keuwuan.

Mereka berhenti di gerai toko kelontong yang sudah tutup dekat perkampungan warga. Buset berapa lama dia berlari nih.

Nadine mengadah, menatap pemuda tinggi berambut hitam dengan sapu tangan abu yang dililit dijadikan masker.

SimpanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang