Jennie jalan dengan cepat sambil membawa sebuah nampan yang berisi satu buah burger dan satu botol minuman. Sudah satu tahun Jennie bekerja sebagai pelayan di salah satu kafe yang cukup terkenal di kota Seoul. Gajinya lumayan,cukup untuk membutuhi kehidupannya dan juga ibunya. Apalagi Jennie terhitung fresh graduate dan belum ada pengalaman kerja sama sekali. Maklum,setelah lulus SMA, Jennie memutuskan untuk bekerja terlebih dahulu.
Padahal sebenarnya Jennie ingin sekali merasakan yang namanya kuliah. Tapi apa boleh buat, Jennie tidak bisa memaksa, uangnya pas-pasan. Bisa membeli lauk pauk untuk makan sehari-hari saja, Jennie sudah bersyukur.
Tapi untungnya, Jennie masih mempunyai Jimin. Pria yang sudah 2 tahun menjadi kekasih sekaligus penghibur hatinya. Jennie pertama kali kenal dengan Jimin saat ia duduk di bangku SMA dulu.
Ah, kalau tiba-tiba ingat masa-masa SMA, tanpa sadar hati Jennie langsung terenyuh. Masa sekolah, masa dimana semuanya masih terasa begitu mudah. Masa dimana kedua orangtuanya masih lengkap. Ingin sekali rasanya Jennie kembali ke masa-masa itu.
Atensi Jennie kini memperhatikan jam yang tertempel di dinding bangunan kafenya. Benda itu menunjukkan pukul 7 malam yang berarti waktu kerja Jennie sudah habis. Ia pun membuka celemek khusus untuk pekerja kafe yang ia gunakan.
"Kau sudah ingin pulang?" Jennie segera menoleh ke arah asal suara. Terdapat Seokjin yang ternyata sudah berdiri tepat di hadapannya. Pria itu adalah pemilik dari kafe yang cukup terkenal ini.
Jennie mengangguk, "Waktu kerjaku sudah habis, ehm kenapa? apa kau butuh bantuan?" tanya Jennie.
Seokjin menggeleng, "Ah, tidak. Ya sudah kalau begitu kau boleh pulang sekarang".
"Kalau begitu aku permisi" Jennie tersenyum tipis sambil membungkukkan badannya sekilas ke arah Seokjin. Lalu mengambil tas selempangnya dan pergi meninggalkan kafe.
Karena sekarang baru pukul 7 malam, Jennie berniat untuk menghampiri Jimin. Ia ingin menjenguk kekasihnya yang sedang sakit itu. Dan hari ini juga Jennie sama sekali belum bertemu dengan pria yang ia cintai itu. Biasanya, setiap pagi Jimin akan selalu mengantar Jennie untuk berangkat ke kafe, dan Jimin juga akan menjemput Jennie saat waktu bekerja Jennie sudah selesai. Tapi hari ini Jimin sama sekali tidak melakukan rutinitasnya, alasan sakit adalah penyebab pria itu tidak menjalani kebiasaannya.
Jennie meraih ponsel yang ada di dalam tasnya dan mulai menghubungi Jimin. Saat di panggilan pertama, Jimin tidak mengangkat teleponnya. Dan sekarang sudah ketiga kalinya Jennie menghubungi Jimin, tapi pria itu masih saja tidak mengangkat teleponnya. Seketika, jantung Jennie sedikit berdegup lebih kencang. Di mana Jimin sekarang? Apa kekasihnya itu baik-baik saja?
Tanpa basa-basi, Jennie segera menghentikan taksi untuk mengunjungi rumah Jimin. Hujan rintik-rintik mulai turun saat Jennie sedang dalam perjalanan menuju rumah Jimin. Entah mengapa, hujan yang turun malah membuat perasaan Jennie jadi tidak enak. Sebenarnya, apa kira-kira yang sedang terjadi?
"Paman, berhenti di depan sana" ujar Jennie kepada sang supir taksi.
Setelah membayar uang ongkos, Jennie segera turun dari taksi dan sedikit berlari untuk sampai di depan rumah Jimin. Jennie mengerutkan dahinya begitu ia sampai tepat di depan rumah Jimin. Sayup-sayup, Jennie mendengar suara. Buka suara laki-laki, melainkan suara perempuan. Ya, suara seorang perempuan yang sedang mendesah.
Mungkinkah Jennie salah dengar?
Jennie masih mencoba berpikir positif saat ini. Mungkin itu suara dari ponsel Jimin. Jennie tahu betul, Jimin ini sering sekali menonton film berbau dewasa. Bahkan ketika Jennie mengutak-atik ponsel pria itu, Jennie di kejutkan oleh banyaknya video dewasa di galeri Jimin. Mungkin, Jimin saat ini sedang menonton video itu? Entahlah.
![](https://img.wattpad.com/cover/244397665-288-k425416.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Passion [21+] [ON GOING]
Short Story⚠️🔞 WARNING 21+ MENGANDUNG KONTEN CERITA DEWASA, VERY MATURE, ROMANCE🔥 Jennie, seorang yang selalu mendapatkan kesialan di hidupnya. Namun saat kedatangan pria bernama Taehyung, semuanya perlahan mulai berubah, perlahan Jennie merasakan sebuah ras...