34. Aku Disini Untukmu

3.1K 254 24
                                    

Taehyung mengerutkan dahinya saat merasakan hangatnya sinar matahari menyirami kulit wajahnya. Kedua mata indah Taehyung langsung membulat bagai ikan mas koki begitu jari-jari tangannya yang panjang dan kokoh itu meraba-raba ranjangnya. Kosong, Jennie sudah tidak ada di sampingnya. Mungkin Jennie sudah bangun sedari tadi.

Dengan perlahan, Taehyung mengetuk pintu kamar mandi yang letaknya ada di dalam kamar tidurnya. 'Mungkin sedang di kamar mandi', batin Taehyung. Maklum, semenjak hamil, Jennie jadi sering ke kamar mandi. Sekedar muntah-muntah atau tidak buang air kecil.

"Jennie? Kau di dalam?" tanya Taehyung penasaran.

Selang lima menit, tak kunjung ada orang yang menjawab. Sudah tidak sabaran, akhirnya Taehyung membuka pintu kamar mandinya. Oh, ternyata tidak ada siapapun di dalam. Nihil. Sia-sia Taehyung menunggu sedari tadi.

Dengan langkah cepat, akhirnya Taehyung memutuskan untuk cepat-cepat keluar kamarnya. Mungkin Jennie sedang asik masak di dapur. Begitu keluar dari kamarnya, lagi-lagi dahi mulus Taehyung kembali mengkerut. Rumahnya gelap sekali, minim pencahayaan. Taehyung ingat sekali kok baru saja melunasi tagihan listrik minggu lalu. Tidak mungkin bukan listrik di rumahnya diputus. Ibu ART sepertinya lupa menyalakan lampu rumah.

Deg, deg. Jantung Taehyung semakin berdegup kencang. Tidak hanya gelap, rumahnya terasa sunyi sekali. "Kenapa tidak ada orang?" kata Taehyung yang mulai kesal sendiri.

Jantung Taehyung semakin berpacu kencang begitu melihat seorang laki-laki yang sedang berdiri membelakanginya. Lelaki itu sedang berdiri persis di tengah ruang tamu. Tak bergerak, layaknya seonggok batu. Anehnya, Taehyung sama sekali tidak bisa merasakan suara nafas laki-laki ini. Satu-satunya yang Taehyung dengar sekarang hanyalah suara nafasnya sendiri.

"Siapa kau?" kata Taehyung yang merasa begitu penasaran dan takut. Duh, bagaimana ini? Jangan-jangan perampok?

Deg. Kedua mata Taehyung langsung membulat begitu laki-laki itu membalik tubuhnya. Ternyata seorang laki-laki yang berusia 30-an akhir. Bukan karena usianya, tapi karena bagian dada dan perut laki-laki itu terdapat luka tembakan yang sangat memilukan hati. Kemeja birunya yang begitu lusuh itu bersimbah darah. Laki-laki itu tak kunjung bicara. Diam seribu bahasa. Wajahnya pucat pasi, tak ada kehidupan. Ekspresinya begitu sedih, seolah-olah kebahagiaan tak pernah datang menghampiri hidupnya.

Taehyung baru membuka mulutnya sedikit, hendak bertanya siapa gerangan laki-laki yang penampilannya begitu mengerikan bak di film horor. Tetapi aksinya tertahan begitu Taehyung melihat Jennie, yang datang entah darimana.

Begitu melihat Jennie, Taehyung merasa lega ... tapi sedih di saat yang bersamaan. Bagaimana tidak? Ekspresi wajah Jennie tak kalah menyedihkannya seperti laki-laki berpenampilan horror di hadapannya ini.

"Jennie?" kata Taehyung. Kedua kaki jenjang Taehyung mulai bergetar, suara nafasnya semakin memburu. Suara nafas Taehyung begitu kontras terdengar di antara sunyinya suasana rumahnya yang gelap itu.

Dengan perlahan, Jennie mendekati laki-laki itu. Tanpa basa-basi Jennie langsung memeluk laki-laki yang bajunya lusuh dan berlumuran darah itu.

"Aku merindukanmu ayah ..," lirih Jennie dalam pelukannya.

Deg. Oh, astaga. Jadi ini Kim Jong-Ki?

Tapi bukankah Jong-Ki sudah meninggal? Bukankah ayah Taehyung sendiri yang sudah menghilangkan nyawanya? Taehyung masih ingat sekali setiap detail pengakuan ayahnya. Woobin tidak mungkin bohong kan?

Begitu selesai memeluk Jong-Ki, Jennie kembali bicara. Kali ini Jennie bicara pada Taehyung, yang masih berdiri sambil melongo, masih tidak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya.

Love and Passion [21+] [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang