Falling

3 0 0
                                    

Setelah sampai di Bandung, aku tak mendengar kabar dari Will. Di hubungi tidak bisa, kantornya tutup, ia seperti menghilang ditelan bumi. Bukan hanya aku yang mencarinya, semua orang, pegawainya, orang-orang di kantorku, semua orang yang berhubungan dengannya. Aku bingung harus menjawab apa ketika mereka bertanya Will dimana, karena aku juga tidak tahu. Sampai beberapa minggu kemudian, Aca mengirimkan video satu berita kepadaku, Will melakukan penipuan.

Jika itu penipuan penggelapan uang, atau utang piutang dan lain sebagainya, aku benar-benar tak percaya, Will itu adalah satu-satunya pengusaha besar yang menghindari hutang, aku tau itu, dan semua koleganya juga tahu hal itu. Will adalah orang yang berprinsip, setauku Will sangat hari-hati dalam setiap langkah yang ingin dia ambil.

Will cowok yang baik, setiap hari jumat dia sering berdonasi, bukan hanya hari itu saja. Ia juga sering memberikan bonus untuk karyawannya, semua orang tau, bahwa santunan THR di perusahaan Will itu sangat besar dibandingkan perusahaan lain, Will juga baik ke karyawan perusahaan tempat aku bekerja selaku partner kerjanya, jika project berhasil, pasti Will mengundang karyawannya dan karyawan kantor ke bar paling mewah di Jakarta. Namun semua seperti hilang di telan bumi, semua kebaikan itu terlupakan.

Sampai akhirnya aku tau, Will terlibat dalam kasus pemalsuan identitas, status kewarganegaraan, keluarga, latar belakang pendidikan, itu semua palsu. Will adalah seorang imigran dari amerika latin yang bekerja di Inggris.

Lambat laun aku terseret, aku di kejar wartawan dimanapun aku pergi, semua orang memandangku dengan tidak berkeperimanusian, memandangku dengan tatapan menghakimi itu, sembari mengarahkan kamera handphone mereka ke arahku tanpa izin, mengeluarkan kata-kata yang menusuk sanubari.

"Hay guys, itu tuh calon istri Will buronan penipu itu."

Bahkan Nita yang aku kira satu-satunya temanku di kantor itu pun enggan membuka suara, menjauh. Aku sampai lelah berlari mencari tempat yang aman tanpa lensa kamera menyorot tajam, aku benar-benar lelah dan saat itu Will masih menghilang.

Saat keadaan semakin memanas, Ibuku datang ke Bandung, tahu anaknya sedang tidak baik-baik saja. Aku masih ingat pelukan hangat yang aku rasakan sejak masih kecil itu, masih menjadi tempat pulang ternyaman. Aku menangis di pelukannya sambil tidur di sampingnya, ia mengelus rambutku, sembari menyuruhku bersabar.

Ibu memang tak mengerti apa yang terjadi, dan ia juga tidak kenal dengan sosok Will, tapi sebagai seorang Ibu, ia pasti akan membela anaknya, apapun yang terjadi. Saat itu aku rasa duniaku hancur, sakit, seperti ditimpa sesuatu yang berat berkali-kali.

Seminggu Ibu di rumah, seminggu itu aku tersadar Ibu sudah semangkin tua, rambut yang beruban itu seperti hampir memenuhi seluruh rambutnya, ia sudah mulai lupa beberapa hal yang ia lakukan. Sampai akhirnya, aku berbicara padanya, memegang pundaknya.

"Ibu, Kakak resign saja dari kerjaan ya."

"Ya sudah, kalau itu sudah tak membahagiakan lagi." kata Ibu sembari mengupas kulit jeruk.

"Kakak mau pulang, mau jaga Ibuk dan Ayah dirumah, Ninda dinas diluar, Alya sekolah di Medan. Biar kakak jaga Ibu dan Ayah."

Ibuku sedikit kaget, karena ia tau, pulang kerumah dan ke kota itu adalah sesuatu yang bukan aku senangi. Namun sadar atau tidak, pada saat itu bukan tentang mengejar apa yang aku mau dan aku senangi, karena pada faktanya apa yang aku kejar tak pernah datang menghampiri, ia malah terlihat tambah jauh di depan, aku lelah mengejar, aku lelah menunggu, aku lelah sakit hati, aku lelah melakukan hal-hal yang membuatku kecewa, umur bertambah tua, tapi anehnya kita malah lelah merasakan hal-hal yang membuat kita merasa sebagai manusia, salah satunya kecewa itu sendiri.

Sudah kuputuskan, aku akan meninggalkan rumah itu, rumah yang sudah dua tahun lebih aku tempati bersama Aca, toh tahun depan Aca juga akan menikah, satu persatu dari kami memang akan meninggalkan rumah itu pada akhirnya. Aku merapikan barang-barang yang bisa aku bawa pulang, tiba-tiba Ibu mengetuk pintu kamar.

BBF (best friendzone forever)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang