Terakhir

3 0 0
                                    

Aku pulang ke kota kecil itu, lagi. Melewati jembatan saat aku dan Arman berantem disana karena masalah handphone hilang itu, melewati GOR, sekolahku, dan jalan menuju area perumahaan rumah Arman yang sekarang semua sudah berubah, dengan berbagai renovasi dan inovasi, kota ini berkembang, tapi entahlah, setiap jalan di kota ini masih sama, masih menggambarkan setiap situasi yang ada bertahun-tahun lalu.

Aku pulang, mengurusi rumahku yang sudah tua, saksi bahwa waktu terus berjalan, rumah dengan cat usang itu, perabotan yang mulai menguning, bau khas ayahku tak lagi sama, seperti bau khas nenek atau kakekku dulu, kini kesibukannya tak lagi bekerja di kantor, pagi ia duduk di teras ditemani secangkir kopi dan koran terbaru, siang ia masuk ke kamar untuk tidur siang, ketika magrib datang ia segera beribadah sampai ia mengantuk dan tidur.

Beberapa minggu setelah aku pulang, aku kedatangan tamu yang mengejutkan. Will datang kerumahku, mengenakan jaket jeans dan ransel di pundaknya. Aku mengajaknya pergi hanya untuk sekedar duduk di kedai kopi, yang kini telah berubah menjadi cafe dengan gaya american retro. Aku dan Will duduk di bangku paling ujung, dekat dinding kaca yang besar itu, Will memesan vanilla milkshake kesukaanku, dan americano untuknya seperti biasa, dan kami memulai pembicaraan yang rasanya sudah mulai kikuk.

" Aku mau minta maaf ke kamu Jasmine." Katanya.

"Bukan maksud aku untuk nipu kamu, untuk menipu siapa pun. Aku harus lakukan itu agar orang tidak menganggapku remeh. Ketika aku membangun bisnis ku di London dan tidak ada satu orang pun yang percaya padaku karena aku mantan buruh pabrik yang tidak berpendidikan. Lalu aku pergi ke Asia, merangkai kebohongan satu per satu tentang siapa diriku sebenarnya, dan yang aku kesalkan mereka menerimaku, mereka malah menerimaku dengan semua kebohongan yang aku buat itu."

"Kalau ada selama ini kalimat yang bilang aku sayang padamu dan aku ingin menikahimu, percayalah itu semua benar. Mungkin apa yang terjadi pada saat ini sudah tepat, aku juga sudah tidak sanggup untuk terus berpura-pura kepada kamu."

"Setelah ini, lanjutkanlah kehidupanmu Jasmine, bersama orang yang benar-benar kamu sayangi, aku yakin dia juga menyayangi kamu. Dan setelah ini, aku akan kembali ke Inggris, aku kembali diterima di pabrik itu dan aku akan mulai semua dari awal. Mungkin kalau sudah dapat modal aku akan buat gerai taco, kamu juga bilang taco buatanku enak." kata Will kemudian tersenyum kepadaku, aku balas senyuman itu.

Aku melepas cincin yang ada di jari manisku itu, ku letakkan ia tepat di tengah telapak tangan Will, kemudian tanganku mendorong jari-jarinya untuk menutup cincin itu.

"Ambillah, gunakan itu untuk modal usaha kamu, aku rasa kalau dijual bisa beli satu gerobak taco di Inggris beserta persedian bahan baku beberapa bulan kedepan." kataku.

Ia tersenyum, kemudian membuka kembali jari-jari yang sudah tertutup itu.

"Ini untuk kamu." katanya sembari melihat telapak tangannya.

"Ambillah, aku tak bisa melihat cincin itu terus ada di jariku. Melihat cincin itu mengingatkan aku pada kita, yang tak bisa bersatu. Apa yang kamu lakukan itu tidak merugikan siapapun Will. Aku tidak marah ke kamu, aku hanya bingung dengan perasaanku sendiri, dari dulu Will aku tak benar-benar tahu apa yang hati aku inginkan dan aku tak ingin menjebak orang lain lagi, atau kamu untuk ada di situasi itu. Kita butuh perbaikan, kamu, aku. Kita hanya orang yang tak tau tujuan kita apa pada ideologi kita sendiri. Seolah-olah kita paling mengerti apa yang kita mau, namun ketika kita berdiri diatas ke mauan itu, kita bingung."

Will pergi bersama dengan senyum hangat yang ia miliki, ia pergi untuk menemukan apa yang ia mau, apa yang ia inginkan, kali ini mungkin berbeda, kali ini ia jujur pada dirinya sendiri dan orang lain.

Will itu adalah gambaran dari setiap sifat burukku, ia keras kepala, ia selalu ingin didengarkan, ia tak suka memuji sehingga terkadang membuat orang lain tersinggung, ia selalu membohongi perasaannya, ia selalu berada di tengah keramaian saat ia bermasalah, kecewa, sedih.

BBF (best friendzone forever)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang