4. Seorang diri?

349 70 19
                                    

Happy Reading!

Votment!

4. Seorang diri?


***

Menit berganti menit, Jam berganti jam dan hari berganti menjadi hari. Tampak seorang gadis yang sudah siap dengan perlengkapannya untuk lari pagi. Ia pamit pada asisten rumah tangga yang sudah bertahun-tahun bersama dengan keluarga Adijaya. Bukan hal biasa untuk Klarisha lari pagi, namun entah kenapa di minggu pagi ini ia ingin berjogging.

"Bik Yati, Isha pamit mau lari pagi dulu"pamit Klarisha sambil mencium punggung tangan ART nya itu.

'Tumben non. Biasanya masih dikamar jam segini"ucap Bik Yati seraya terkekeh

"Hehe iya bik. Gatau kenapa pengen aja gitu sekali sekali"jelas Klarisha sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Tak lupa menggunakan topi hitam miliknya, ia pun mulai berlari keluar dari pekarangan rumahnya. Rumahnya lumayan dekat dengan taman yang biasanya ia datangi bersama Ayah dan Bunda nya. Taman itu yang menjadi saksi bisu betapa kehilangannya Klarisha saat kedua orang tuanya dikabarkan telah tiada meninggalkannya sendiri.

Sampai ditaman, Klarisha membenarkan letak topinya yang sedikit miring. Rambutnya ia ikat keatas, terdapat beberapa helai rambut yang keluar membuatnya menjadi tambah cantik dengan kulit yang putih.

Mulai melangkahkan kakinya memutari seisi taman. Hingga 3 kali putaran, ia terduduk di salah satu kursi taman mengelap peluhnya yang bercucuran. Jarang sekali ia seperti ini, lari pagi dan bercucuran peluh. Biasanya ia akan bergelung dengan selimut enggan untuj keluar kamar.

"Fiuh... capek juga"keluh Klarisha

Klarisha meneguk minuman yang tadu sempat ia beli dikedai dekat taman. Hanya sebotol air mineral, namun cukuplah untuk menghilangkan dahaga nya.

Klarisha memperhatikan sekitarnya. Terdapat beberapa anak kecil yang sedang bermain dengan kedua orang tua nya. Begitu bahagianya mereka pikir Klarisha.

"Andai bunda sama ayah disini"gumam Klarisha. Tak terasa air matanya luruh begitu saja.

"Kakak kenapa nangis?"Klarisha membuka matanya yang semula terpejam. Ia melihat anak kecil yang tadi ia perhatikan bersama kedua orang tuanya menghampiri Klarisha. Klarisha dengan cepat menghapus jejak jejak air matanya.

"Kakak nggak nangis kok"elak Klarisha dengan lembut

"Kata Mami kalau ada yang nangis berarti butuh temen. Aya mau kok jadi temen kakak"ucap gadis yang berumur sekitar 5 tahun itu.

Klarisha menoleh pada kedua orang tua gadis mungil itu. Kedua orang tuanya mengangguk seraya tersenyum

"Ahahaha kamu ini pinter banget, tapi kakak nggak nangis kok"elak Klarisha lagi

"Kakak jangan sedih nanti cantiknya ilang lo"bujuk gadis bernama Aya itu.

"Ahahha iya iya kakak nggak sedih lagi deh buat Aya"ucap Klarisha sambil mencubit gemas pipi gembul gadis kecil itu.

"Janji?"

"Janji"Klarisha menautkan tangan kelingkingnya pada tangan kecil milik Aya

K L A R I S H ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang