Karena menunggu Taehyung yang terlalu lama bersiap-siap, jadilah BTS baru sampai di lokasi syuting sekitar jam setengah tiga siang.
Setelah menyelesaikan take untuk semua scene grup dan beberapa scene member lainnya, kini giliran Taehyung. Dia memang selalu tampak seperti seorang pangeran di semua MV.
"Baiklah, Taehyung-ssi! Tiga, dua, mulai!" perintah director.
Musik yang berada dari speaker yang tak berada di pojok ruangan mulai terputar. Taehyung memang dilahirkan untuk menjadi seorang aktor. Ia terus mengeluarkan pesonanya sambil mulutnya terus mengikuti irama dan lirik lagu.
Jimin menontoni pengambilan video sahabatnya. Jimin juga tidak kalah menawan dari Taehyung, begitu juga dengan member lain.
"Taehyung-ssi! Itu sudah bagus, kita ulang sekali lagi, ya!"
Sehabis selesai dengan bagiannya, Taehyung akan kembali ke tempat duduknya. "Minggir," suruhnya sarkas pada Jimin yang menghalangi jalan. Jimin hanya memandang Taehyung tanpa bergerak sedikitpun. "Ck, minggir, Park Jimin!"
Ketika Taehyung akan mendorong Jimin, Jimin mencekal pergelangan tangannya. "Apa yang kau lakukan, huh?!" tanya Taehyung berusaha menarik tangannya.
Jimin memeluk Taehyung. "Aku sudah berkali-kali minta maaf! Apa masalahmu? Eoh? Kau mau aku lakukan apa?! Kau mau aku mati, Tae...?" Nada Jimin melirih.
Mata Taehyung berair. Dia melepas paksa tautan tangan Jimin. "Heh, dengar, ya! Aku tidak akan pernah mau memaafkanmu! Terserah kau mau lakukan apa! Itu bukan urusanku! Tapi, kuberi kau kesempatan, sampai... kau beri tahu semua orang. Titik."
Semua orang di situ mengalihkan atensi pada mereka berdua sejak Taehyung mulai meledak dan memarahi Jimin.
Jimin terus berupaya menghentikan tangisannya dengan mengusap matanya, tapi air matanya terus mengalir.
"Jimin-ah," panggil Namjoon sembari menepuk bahu Jimin. "Ada apa?" tanyanya.
"Eum? Tidak kenapa-kenapa, Hyung," bohong Jimin.
"Jangan berbohong, Jimin-ah... Hyung tahu kalau kalian menyembunyikan sesuatu dari kami, tapi Hyung tidak tahu apa itu."
Jimin menggeleng lagi untuk memberi tahu Namjoon bahwa semuanya baik-baik saja. "Nan gwaenchana, Hyung... kenapa kau tidak percaya padaku?" Jimin balik bertanya karena mulai emosi.
"Bukan begitu, Jim. Hanya saja,-"
"Hanya saja apa? Sudahlah! Dwaesseo!"
Namjoon agak kaget saat Jimin berani menyentaknya seperti tadi. Jimin pergi untuk menyendiri. Helaan napas meluncur dari mulut Namjoon. Dia tahu semuanya tidaklah baik-baik saja.
Semuanya aneh! Semuanya berubah sejak dua tahun lalu. Dan semua itu pasti berakar dari Jimin dan Taehyung. Bukannya Namjoon mau menuduh atau menyalahkan mereka berdua atas masalah-masalah yang BTS alami beberapa waktu ini. Tapi memang itu kenyataannya. Setiap ada yang murung atau marah, pasti itu dari pertengkaran VMin.
Di panggung, mereka tampak normal. Bermain, berpelukan, dan bercanda, serta tertawa bersama. Tapi di balik itu semua, sekarang justru hening, tatapan tajam, tangisan, atau bahkan bentakan seperti yang Taehyung lakukan.
Biasanya, jika ada masalah semacam ini, Namjoon bisa menyelesaikannya dengan mengajak semua member berkumpul dan berdiskusi. Meskipun tidak selesai hari itu juga, setidaknya seminggu adalah waktu paling lama.
Tapi ini? Lebih dari setahun! Namjoon bahkan tidak mengerti apa yang jadi permasalahan. Lalu bagaimana dia bisa membantu menyelesaikan itu?
Jika begini, Namjoon sebagai leader jadi sangat merasa bersalah karena tidak bisa menjaga keutuhan grupnya.
Tidak putus asa, Namjoon menghampiri Taehyung yang sekarang ini bersama Yeontan dan Seokjin. Senyatanya, percuma saja memang bertanya, toh, dia mau bertanya sampai mulutnya berbusa juga tidak bakalan dijawab. Jikalau saja ia tidak sayang grupnya, akan dibiarkannya mau bertengkar atau apalah itu.
"Taehyung-ah, kita perlu bicara," ujar Namjoon serius. "Berdua saja."
"Waegeurae, Hyung? Soal Jimin? Aku tidak punya waktu untuk membicarakan dia, mian. Hyung tanya saja sendiri," tembaknya langsung. "Aku tahu dia sudah menolak, tapi yang mulai bukan aku, Hyung."
"Maksudmu?"
Taehyung tersenyum miring. "Hyung, apa sandiwara Jimin sebaik itu di mata kalian semua?"
Seokjin menahan bahu adiknya. "Kim Taehyung! Jaga kata-katamu, ya!" tegurnya. "Namjoon lebih tua darimu, Taehyung..."
Setelah mendengus kasar, Taehyung pergi bersama Yeontan di gendongannya.
"Apa dia Kim Taehyung yang kita kenal, Hyung?" tanya Namjoon.
"Entahlah... ARMY pasti kecewa jika tahu soal ini," sahut Seokjin.
Maafkan aku... kumohon semua orang maafkan aku... aku tidak bermaksud untuk menghancurkan kebahagiaan kalian. Maaf...
Kedua bola mata itu melihat punggung seseorang yang asangat dikenalnya. Jimin. Sungguh, sejujurnya rasa penyesalan yang amat sangat banyak terus menyelimutinya.
'Kenapa dia menuruti permintaan Jimin?', 'Kenapa egonya saat itu tidak bisa lebih besar dari hatinya yang terlalu mudah luluh?', 'Kenapa harus Jimin?', dan yang paling ia sesali, 'Kenapa ia memusuhi Jimin?'.
Di tempat lain yang masih terjangkau oleh penglihatan, Jimin memainkan batu yang ada di bawah kakinya. "Arghhhhh!" teriaknya frustasi lalu memungut batu dengan ukuran cukup besar itu dan melemparnya dengan perasaan marah.
Bahkan, Jimin menarik rambutnya dan mengacak-acaknya sehingga rambut yang tadinya rapi menjadi berantakan. Make up nya juga sudah luntur tidak karuan. "Benciii! Aku benci diriku! Aku bencii! Aku tidak suka semua ini!! Aku ingin pergi saja! AKU BENCI SEGALANYA! ARRGHHHH!" teriaknya keras di luar lokasi syuting.
Sesudah puas mengeluarkan semua emosinya, Jimin berjongkok kemudian menangis, menutup wajahnya di antara kedua lututnya.
Seseorang mengelus punggung Jimin yang bergetar hebat. "Apa kau juga membenciku, Jimin-ah? Saudara kita yang lain juga?"
Kepala Jimin terangkat mendengar suara yang familiar di telinganya. Matanya berbinar, tanda bahwa ia memang sedang membutuhkan kehadiran orang itu saat ini. Bahwa jika dia bisa percaya dan mendapat saran darinya.
"Gwaenchana, aku di sini." Orang itu memeluk Jimin yang tangisannya semakin menjadi.
=======
To be continuedYeorobun!! Maaf kemarin aku lupa up, hehehe
Gimana part ini? Dapat bawangnya?
Eh? Aku selipin bawang sama cabe gak ya?Nah hayo, itu yang samperin Jimin siapa, ya?
Mudahan kalian suka dan tetap baca Friends sampai habis ya.. Maaf ke typo an nya
Votement dong..
Tinggalkan jejak kalianBorahae💜
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDS -VMin- [END]
FanfictionAda alasannya ketika seorang sahabat memusuhimu Dia tidak akan marah begitu saja, pasti ada alasannya Meski begitu, semarah apapun dia... Dialah yang selalu siap menerima kita apapun kondisinya Dan dia yang mendengarkan bahkan rela mengorbankan sega...