Ini pertama kalinya BTS pergi ke ruang CT Scan. Tidak juga, Jimin pernah ke sini. Sungbin mengambil sesuatu dari lemari kecil di pojok ruangan dan menyalakan lampu khusus. Dia meletakkan kertas foto itu.
"Perhatikan ini. Ini usus Jimin dan ini kankernya," jelas Sungbin layaknya seorang guru. "Foto ini diambil tujuh setengah bulan yang lalu saat kanker Jimin masih stadium dua."
"Apa maksudmu, masih, Sungbin Hyung?"tanya Hoseok.
Setelah menghela napas, Sungbin memasangkan satu foto lagi di samping foto pertama. "Apa yang berbeda dari kedua foto ini adalah kankernya semakin banyak dan menyebar."
Sungbin paham jika mereka tidak paham apa yang ia jelaskan. "Intinya, sekarang kanker Jimin sudah mencapai hati yang artinya sudah stadium empat. Ini bisa bertambah buruk jika sampai paru-parumu, Jim. Bersyukurlah karena hatimu baru sedikit yang terkena. Kau harus operasi, Jimin... tolong menurut."
"Tidak bisa kemoterapi?"
"Sayang sekali itu sudah,-"
Sebelum Sungbin selesai menjawab Yoongi, Jimin sudah berlari keluar terlebih dahulu. "Jimin Hyung!" panggil Jungkook lantas pergi menyusul Jimin.
"Astaga anak itu.. aku belum selesai bicara." Sungbin memijit pangkal hidungnya.
"Katakan saja, Hyung. Biar kami yang membujuknya nanti."
"Baiklah, Joon. Kalau mau kemo, itu bisa saja. Cuma tidak akan efektif dan tingkat kesembuhan rendah. Setidaknya, masih ada kesempatam tinggi untuk hidup jika dia operasi. Aku harap kalian bisa membujuknya."
Saat ini, Jimin terlelap di paha sang ibu yang datang sore tadi. Ngomong-ngomong, tidak ada member yang bicara soal kedatangan mereka siang tadi. "Eomma... Chim tidak mau operasi, Eomma..." lirihnya ketika mengigau. Ny.Park mengusak surai legam Jimin penuh cinta. "Gwaenchana, jangan menolak, hm. Chim tahu, kan, Eomma selalu bersamamu," bisiknya.
"Chim takut, Eomma.. takut pergi." Jimin meremat selimutnya. Ny.Park menggandeng tangan putranya lembut agar buah hati pertamanya itu tenang. "Ssst.. jangan takut. Jiminie tidak akan pergi ke mana-mana, ya."
"Kalian pulang dan istirahatlah," tutur Tn.Park.
Taehyung dan Jungkook sempat ingin menolak, tapi dilarang oleh Seokjin untuk memberi ruang Jimin bersama kedua orang tuanya. Setelah membungkuk sopan, BTS pulang ke dorm.
"Eomma, Appa... sakit," rintih Jimin.
Ny.Park mengelus perut dan puncak kepala Jimin nya, lalu berucap dengan lembut. "Tidak apa-apa, Sayang... tenang, ya, nak."
Sang ayah ikut menenangkan anaknya dan memijat pelan lengan Jimin menyalurkan kasih sayang. "Jagoan Appa kuat. Sakit sedikit saja tidak akan mengganggu."
Mungkin Tn.Park bisa berkata begitu dengan memasang topeng senyum pura-pura kuat. Tapi, sesungguhnya saat ini dia menangis meraung kencang dalam hatinya melihat Jimin. Kenapa harus Jimin yang menderita seperti ini?
Sedangkan, sang istri sudah beberapa kali mengusap air matanya. Sesekali Ny.Park mengecup tangan Jimin yang gemetar.
Tiba-tiba saja, napas Jimin memburu membuat orang tuanya panik. Langsung saja Tn.Park pergi mencari Sungbin. Padahal bisa saja memencet tombol merah di sebelah tempat tidur Jimin, tapi, Tn.Park terlalu panik hingga tidak terpikir hal itu. Tak lama, diikuti Tn.Park, Sungbin datang dan memasang masker oksigen yang lagi-lagi berperan sebagai alat bantu bagi Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDS -VMin- [END]
FanfictionAda alasannya ketika seorang sahabat memusuhimu Dia tidak akan marah begitu saja, pasti ada alasannya Meski begitu, semarah apapun dia... Dialah yang selalu siap menerima kita apapun kondisinya Dan dia yang mendengarkan bahkan rela mengorbankan sega...