Tengah malam, kembali terdengar suara keras di bawah. Jimin yang belum tidur sepenuhnya memutuskan untuk turun dan memeriksa keadaan. "Omo! Jin Hyung!"
Jimin berlari ke dapur mengambil air minum lalu meminumkannya pada Seokjin. "Hyung, kau habis minum banyak, ya? Astaga, bau sekali.. Hyung tidak biasanya begini. Ada masalah apa?"
Jimin membantu Seokjin pergi ke kamar. Namun, Yoongi menguncinya dan sepertinya dia memang tidak ke luar seharian ini. Seokjin sesekali tertawa. "Aku.. aku payah sekali. Menyebabkan semua adikku.. duh duh duh, kakak macam apa aku ini? Hahahhh.." racaunya. Jimin membawa kakaknya ke ruangannya sendiri.
"O? Jimin-ah?"
"Hobi Hyung..."
"Kenapa? Ya! Jin Hyung minum?!" Hoseok membantu Jimin. "Kamarnya sendiri dikunci, ya?" tebak Hoseok.
Jimin mengangguk.
"Kau akan menidurkannya di sini?"
Jimin mengangguk lagi.
"Lalu kau di mana? Kau di tempatku saja."
Jimin menggeleng kuat. "Tidak, tidak usah! Aku saja yang di luar. Hyung tidurlah di tempatmu sendiri. Jangan khawatirkan aku, Hyung."
"Jim, tapi kau, kan-,"
"Hyung, berapa kali aku harus tidur di sofa karena Jungkook diam-diam menempati tempatku?"
"Arasseo. Hyung akan ambilkan bantal dan selimut untukmu."
~~~
Dia terbangun. Wajah tampan bak seorang pangeran itu. Sedetik kemudian, dia tersadar sesuatu. Menoleh ke arah jendela, menyadari bahwa matahari sudah tinggi. "Ah, benar. Aku minum kemarin. Geundae, kenapa aku di kamar Jimin?"
"Hyung, kau sudah bangun?"
"Hoseok-ah.. kenapa aku di sini? Di mana Jimin?"
"Dia yang membawamu ke sini kemarin. Dia tidur di sofa, Hyung. Tapi sekarang dia sedang bermain game bersama Jungkook."
Oh, astaga.. Seokjin segera ke bawah. Merasa menjadi orang paling berdosa karena melakukan hal ceroboh dan membiarkan adiknya yang sedang sakit tidur di luar. Dia menyandarkan diri di tembok ketika melihat Jimin. Seokjin mengusak rambut Jimin gemas. "Gomawo, saeng..."
"Ih, Hyung! Jauh-jauh! Hyung bau, deh. Belum mandi, ya? Jorok tau, Hyung! Aku saja sudah mandi!"
Seokjin memasang wajah datarnya memandang Jungkook sedikit sebal. Berani sekali anak ini mengusirnya. Seokjin menoyor kepala si bungsu kemudian beranjak pergi.
Mata Jungkook mengekori Seokjin pergi. "Hyung, gwaenchana?" cemasnya pada Jimin. Di pelupuknya sudah ada genangan air yang siap siaga untuk jatuh dalam sekali kedipan. Makanya tadi dia membelakangi Seokjin dan mengusirnya. Karena, mereka mendengar Seokjin akan turun dan itu bertepatan kala Jimin kambuh. "Hyung, ayo ke rumah sakit."
Jimin memandang wajah Jungkook lalu menggeleng. "Jangan, Kook."
"Tapi, Hyung, hiks.."
"Jangan menangis, Kook... jangan menangis, ya." Jimin mengusap kepala Jungkook. "Tolong ambilkan obatku, bisa?"
"Eum! Bisa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDS -VMin- [END]
FanfictionAda alasannya ketika seorang sahabat memusuhimu Dia tidak akan marah begitu saja, pasti ada alasannya Meski begitu, semarah apapun dia... Dialah yang selalu siap menerima kita apapun kondisinya Dan dia yang mendengarkan bahkan rela mengorbankan sega...