"Gak apa-apa, lagi bosen aja. Sepi banget sih," jawab Jaehyuk dengan wajah tanpa dosa, yang bikin Haruto kesal dan pingin bejek-bejek wajah temannya itu.
"Parah lo," kata Jihoon geleng-geleng kepala dramatis.
"Bodo amat gue ngambek," ucap Haruto menyuap sesendok seblak dengan sinisnya.
Mau... T_T
Jihoon menahan tawanya. "Anak orang jangan dibikin panik dong, nanti nangis siapa yang tanggung jawab?"
"Dih, bapak lo nonton," balas Haruto melempar dompetnya yang terisi penuh ke pundak Jaehyuk.
"Lo mau pamer dompet atau gimana?"
"Iyalah, dompet baru. Kalau isi mah gak ada."
"Pft, yang sabar. HAHAHAHA!"
Yedam geleng-geleng kepala, makan malam bersama di warung pinggir jalan bersama mereka sepertinya keputusan yang salah. Soalnya dia lagi tidak enak badan, kan lebih baik tidur saja di rumah.
"Pst!"
"Apa?"
Haruto mengernyit. "Lo kenapa dah? Apanya yang apa?"
Yedam melongo. "Loh, lo yang pst pst tadi kan?"
"Mana ada, gue aja makan seblak. Paling nih makhluk satu, dia kan suka iseng."
"Enak aja, gue sama Jihoon baru aja mau mulai ghibah," balas Jaehyuk tak terima.
Yedam mengalihkan pandangannya ke luar warung. Di luar sedang hujan lebat, di luar juga gelap dan sepi. Hanya terdapat satu lampu jalan, itupun remang-remang karena belum diganti.
"Hmm? Apaan tuh?"
Haruto ikut melihat keluar. Apa sih yang membuat Yedam bertanya-tanya seperti itu?
"Tinggi, besar, warna-warni..."
"Jaehyuk kali."
Jaehyuk langsung menabok pundak Haruto. "Heh, yang sopan dikit dong."
"Itu kok pegang gergaji mesin..." cicit Jihoon setelah memperhatikan sosok itu cukup lama.
"Hah?!"
"Kalian adalah targetku selanjutnya! Sampai jumpa di rumah kalian!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Start : 17 Oktober 2020 Finish : 16 November 2020
Karena banyak spoiler, ku kasih tau. Cerita ini adalah prequel. Prequel cerita apa? 游戏 | 00 Line. Habis itu kalian baca Zweitausend Series, cek reading listku