"Kenapa Kak Jihoon, Haruto, Jaehyuk, Yedam, Kak Hyunsuk, sama Junghwan gak angkat telpon ya?" Tanya Mashiho terheran-heran. Sudah berkali-kali di telpon, tapi tidak diangkat juga. Kurang lebih dua puluh kali.
"Sama nih, gak ada yang angkat," kata Jeongwoo sebal, buang-buang pulsa saja, begitu katanya dalam hati.
Junkyu merengut, mengerang kesal mendorong mangkuk buburnya tak selera. "Ck, berpikir positif aja, mungkin hp mereka kecemplung di toilet."
"Positif darimana itu hei?!" Protes Yoshinori yang tidak jadi minum.
"Mereka juga gak angkat telpon dari gue!" Sahut Doyoung agak ngegas.
"Sok sibuk banget," cibir Junkyu julid.
"Sok kesel banget," balas Jeongwoo ikutan julid.
"Diem lo!"
Asahi melirik sinis keduanya, mengunyah buburnya tampak tak berselera juga. Sebab, badannya disenggol terus sama Jeongwoo.
Omong-omong, mereka lagi makan bubur di warung langganannya Junkyu. Rasanya enak sih, tapi tempatnya sepi pengunjung. Agak kecil juga, mereka aja dempet-dempetan.
"Mau ke rumahnya, gak?" Tanya Mashiho menawarkan.
"Lo aja gih, gue mau rebahan di rumah."
"Dih, rebahan mulu lo."
Junkyu menepuk dadanya. "Aku suka rebahan dan aku bangga."
"Sok banget lo."
"Heh Jeongwoo, lo ada masalah apa sih?"
"Gak ada," balas Jeongwoo santai, alhasil sendok mendarat mulus ke keningnya. Sakit woi!
Yoshi menatap Asahi, dan Asahi balas menatap Yoshi. Seolah-olah paham, mereka berdua berdiri dan pergi keluar. Untungnya sih tidak ada yang bertanya ataupun melihat.
"Asahi, lo udah dikasih tau, kan?" Tanya Yoshi begitu mereka berdua agak jauh dari warung.
Asahi mengangguk. Itu lho, tentang badut yang tiba-tiba datang dan menghantui mereka. Bukan mereka sih... lebih tepatnya orang-orang yang tidak bisa ditelepon.
Kasihan, Hyunsuk sampai demam, begitu kata Junghwan. Lalu dia bilang, Hyunsuk terpeleset dan pundaknya membentur kursi. Iya, saking takutnya.
"Yoonbin kemana?" Tanya Asahi.
"Gak tau, tidur kali."
Bukan Yoshi yang menjawab, tapi Doyoung. Mereka berdua kaget, kirain ada hantu.
"Gue setuju aja sama saran Kak Mashiho, kita ke rumah mereka. Tapi, gak mungkin kita semua mampir ke rumah mereka, takut waktunya gak cukup," lanjut Doyoung.
"Dibagi aja, biar gue yang ke rumah Haruto," kata Yoshi menawarkan diri.
"Kak Junkyu ke rumah Kak Jihoon, Kak Asahi ke rumah Kak Jaehyuk, gue ke rumah Kak Hyunsuk sama Junghwan, Kak Mashiho sama Jeongwoo ke rumah Kak Yedam, gimana?"
Yoshi dan Asahi mengangguk setuju. Eh tapi, apa tidak apa-apa seperti itu? Takutnya badut itu muncul lagi, terus menganggu mereka dan terjadi hal yang tidak diinginkan gimana?
"Percaya sama gue, hari ini kita bakal baik-baik aja," ucap Doyoung serius.
Asahi mengernyit. "Tau darimana?"
"Kak Yoonbin, kalian tau kan kalau dia itu?"
Yoonbin mengetuk-ngetuk stir mobilnya dengan santai, menikmati pemandangan kota di tengah kemacetan. Dia doang emang, macet bukannya kesal malah senang.
Lagipula, dia tidak bosan kok. Kan ada lagu dan snack yang setia menemani.
"Heran, makin hari makin ramai aja, jadi kangen kota yang dulu," monolognya mengingat masa lalu.
"Gue mau cerita nih, diem dulu dong," kesal seseorang dari seberang telepon.
Tuh kan, dia sampai lupa kalau dia sedang teleponan dengan Jihoon.
"Cerita aja, yang jelas dan detail."
"Gue, Haruto, Yedam, sama Jaehyuk kan makan seblak tadi malem. Terus ada badut serem, bawa gergaji mesin. Mana cuma kita berempat aja yang ada disana, parah sih. Kalau bukan hantu, gue takutin balik itu badut."
"Emang berani?"
"Enggak, kan 'kalau'."
"Terus maksud lo telpon gue apa? Gue yakin gak sekedar cerita aja."
"Nah, gak salah gue cerita ke lo. Jadi gini, setelah berunding membentuk konferensi bersama Haruto, Yedam, Jaehyuk, dan Junghwan, kita sepakat untuk minta tolong ke lo kalau gak merepotkan. Gue yakin lo paham."
"Bahaya gak?"
"Err... menurut gue sih iya, kita gak maksa kok. Tapi gue kasian sama Kak Hyunsuk dan Haruto, lo tau lah mereka sepenakut apa."
Yoonbin menggaruk kepalanya, dia bingung. "Gini deh, nanti gue selidikin dulu. Kalau ada kesempatan, gue bakal bertindak. Gue gak pernah ngurusin yang kayak gitu, paling yang biasa."
"Oh, ya udah deh. Makasih banyak ya, berguna juga lo jadi temen gue."
"Sialan, jadi lo manfaatin gue gitu?"
"Iya, pft."
Yoonbin mendengus. "Kurang ajar."
"Oh iya, satu lagi."
"Apaan?"
"Yedam berpesan ke gue, asek bahasanya."
"Serius njing," kata Yoonbin kesal. Dia itu kalau sudah marah atau kesal pasti ada aja yang keluar dari mulutnya, dan itu salah satu contohnya.
"Dia bilang, untuk saat ini jangan kemana-mana. Kalau mau keluar atau jalan, lebih baik bertiga atau berempat. Takutnya badut itu muncul lagi terus you know lah."
Yoonbin mengangkat sudut bibirnya. "Gak apa-apa, hari ini kita semua aman kok. Gak bakal terjadi apa-apa."
"Wah, gak disangka lo cenayang juga."
"Gak gitu! Dengerin dulu!"
"Iya-iya."
"Setelah melakukan penelitian dengan objek seseorang yang belum diketahui hantu atau bukan, gue menyimpulkan kalau hari ini kita baik-baik aja. Kalau mau kumpul, ayo tentuin tempatnya. Ki-"
"Ojo baku baku to le, koyo bocah lab aja sampeyan."
"Diem dulu bangsat, gue belum selesai ngomong."
"..."
Yoonbin menghembuskan nafasnya, lanjut bicara seraya menginjak gas setelah mobil di depannya mulai bergerak.
"Ayo kita bahas sama-sama, gue punya wowfakta menarik tentang badut itu. Tadi malem, gue gak sengaja liat badut itu dateng ke rumah gue, tapi dia gak masuk. Gak tau kenapa, tapi syukurlah. Dia gumam sesuatu, untungnya gue denger..."
"Dia ngomong apa?"
"Dia bilang gini, "besok saya tidak akan datang, tapi selanjutnya kalian akan saya bunuh, sesuai perintah tuanku", begitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Clown | Treasure ✓
Mystery / Thriller❝ Kita bakal mati karena badut, gitu? Gak elit banget. ❞ Treasure ft. Ha Yoonbin