O7

40.6K 11K 7.5K
                                    

Sesuai permintaan Hyunsuk, mereka semua berkumpul di rumah sakit tempat Doyoung berada. Doyoung kehilangan banyak darah akibat luka di pinggangnya, dokter bilang lukanya karena terkena gergaji mesin.

Yedam berdeham, suasana terasa canggung dan suram. Yoonbin dan Jaehyuk tidak ada disini, mereka berdua harus memberi kesaksian kepada polisi terkait jasad Junghwan.

Matanya tak berpaling dari empat temannya. Yoshi, Junkyu, Jihoon, dan Haruto. Mereka kenapa? Kok diam saja? Junkyu pingsan dan dibaringkan di belakang mereka, apa yang terjadi?

Asahi dan Hyunsuk juga diam-diaman, mereka berdua terlihat tak bersahabat. Jeongwoo dan Mashiho tak berhenti melihat Junkyu, lalu mengangguk-angguk.

Hmmm.

"Kita harus gimana?" Tanya Yedam membuka pembicaraan.

Jihoon mendengus, bersedekap dada. "Ya gimana? Ada ide gak? Udah tiga temen kita jadi korban, dua hampir meninggal. Yang pinter mikir dong, jangan diem aja."

"Lo nyindir gue, kak?" Tanya Yedam tak suka.

"Emang gue sebut nama? Gak kan?"

Yoshi memutar bola matanya malas, itulah yang akan terjadi kalau Jihoon kesal. Untung dia masih cukup sabar.

"Jadi menurut lo yang lain gak pinter?" Tanya Jeongwoo sinis.

"Emang gue bilang gitu? Kalau merasa ya bukan salah gue."

Mashiho tertawa, gelut gelut gelut.

"Makanya ngomong yang jelas, kalimat lo ambigu, banyak artinya," balas Jeongwoo.

"Suka-suka gue lah, gue yang ngomong."

"Kalian bisa diem gak? Ini rumah sakit, bukan pengadilan. Debat mulu jadi orang," tegur Hyunsuk marah, menatap keduanya bergantian dengan wajah pucatnya.

Jeongwoo bergidik, Hyunsuk seram sekali, sebelas duabelas seperti hantu.

Haruto mengangkat tangan kanannya. "Gue punya dugaan."

"Apa?" Tanya Jihoon tak sabaran.

"Pelakunya pasti orang yang gak terduga."

"Kalau itu gue juga tau. Tapi lo inget kata badut itu? Dia punya tuan, tuannya mau kita semua mati. Apa kalian gak mikir, siapa yang mau kita mati? Sedekat apa dia sama kita? Gue yakin, tuan dari si badut itu salah satu dari kita, minus Junghwan, Doyoung, dan Junkyu."

"Maaf, gue malah curiga ke lo," ujar Yoshi menuding Jihoon.

"Gue sih curiga ke Jaehyuk," kata Jihoon mengutarakan dugaannya. "Kenapa? Dia yang pertama kali liat mayat Junghwan, tapi kenapa dia gak telpon polisi atau ambulan? Kenapa dia telpon kita satu persatu?"

"Karena dia panik," jawab Mashiho. "Orang yang panik pasti gak bisa berpikir jernih, kecuali dia orang yang bisa sembunyiin rasa paniknya."

"Orang yang bisa sembunyiin rasa paniknya ya... berarti dia juga bisa sembunyiin sesuatu dong? Misalnya bohong."

"Jadi maksud lo, orang-orang yang keliatan tenang bisa aja tuannya?"

Mereka menoleh bersamaan ke Asahi. Seperti biasa, pemuda berdarah Jepang itu datar tanpa ekspresi. Dia sih masa bodo mau dituduh apapun, wong dia aja tahu siapa yang lagi bohong saat ini.

"Orang-orang yang pintar sembunyiin sesuatu itu Kak Asahi, Kak Yoonbin, Kak Mashiho, Kak Yedam, Kak Yoshi, dan Kak Jihoon."

Haruto menatap aneh Jeongwoo. "Kak Yoshi sama Kak Jihoon? Gak salah lo, waktu main game sembunyiin benda aja mereka yang pertama ketahuan."

Itu lho, mereka pernah bermain game menyembunyikan barang, mereka dapat misi gitu. Mereka ambil kertas, dan di kertas itu ada nama benda yang harus mereka sembunyikan dan tidak boleh ketahuan.

Jihoon dan Yoshi sama-sama mendapat kertas, tak disangka mereka menyembunyikan kertas mereka di tempat yang sama, Hyunsuk yang menemukan.

"Gue dimana?"

"Akhirnya bangun juga, Kyu!"

Junkyu duduk, mengerjap-ngerjapkan matanya. Kepalanya pusing, badannya juga sakit. Jihoon segera memberikan sebotol air putih yang ia bawa dari rumah, Junkyu meneguknya sampai setengah botolnya.

"Lo ada di kamar rawatnya Doyoung, tadi lo kerasukan hantu badut itu," jawab Jihoon.

Junkyu menganga kaget. Antara percaya dan tidak percaya sih, dia tidak percaya hantu.

Padahal tadi jelas kerasukan.

"Karena Kak Junkyu udah bangun, gue mau tanya ke kalian tentang badut itu. Apa yang kalian tau? Badut itu kayak gimana? Sepengelihatan kalian aja deh," tutur Yedam ketika sebuah ide terlintas di benaknya.

"Menurut gue, hantu badutnya jelek," kata Jeongwoo sejujur-jujurnya, Mashiho, Jihoon, dan Haruto setuju.

"Badut itu ngincer orang yang lengah," kata Asahi. Jihoon tersenyum miring.

"Jawaban lo mencurigakan."

"Lo lebih mencurigakan," balas Asahi, balas tersenyum, terlihat mengejek. Mereka kaget, tidak biasanya Asahi seperti itu.

"Dia serem, dia ketawa terus seolah-olah udah tau targetnya siapa," jawab Hyunsuk.

"Badut itu ragu-ragu nyerang orang yang berani," kata Yoshi. Yedam mengernyit, kok aneh ya?

Semakin kesini, jawabannya semakin mencurigakan.

"Kalau lo sendiri, Dam?"

"Yang pasti badut itu susah dikalahin."

Benar juga, sepertinya akan butuh waktu lama untuk dikalahkan.

Jihoon beralih ke belakangnya. "Junkyu, menurut lo gimana?"

Junkyu garuk-garuk kepala. "Dia suka muncul di pagi, sore, dan malam hari. Terus larinya cepet... udah itu aja."

"Tau dari mana?" Tanya Jihoon menyipitkan matanya curiga.

"Lah, kan lo sendiri yang bilang ke gue, gimana sih?"

Nah loh.




















































Krieeet

"Kalian sedang membicarakan saya, ya?"

Pintu ruangan terbuka, menunjukkan hantu badut yang tengah menyeringai lebar kepada mereka.

"Lain kali, periksa pintu dengan benar, ya."

Clown | Treasure ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang