23

35.2K 9.7K 7.6K
                                    

Mentari pagi mulai menyinari bumi. Cahayanya mengenai wajah seorang Park Jihoon, membuatnya terbangun. Badannya terasa pegal, tidur dalam posisi duduk semalaman membuat otot-ototnya terasa kaku.

Matanya mengerjap pelan, menyesuaikan cahaya. Tempatnya berada cukup asing, dia mengernyit. Begitu menoleh ke samping kanannya, matanya membola.

Ada Junkyu yang duduk terikat di kursi dengan kedua tangannya di belakang. Kepalanya menunduk, belum bangun dari pingsannya.

Fokus Jihoon berpusat ke rambut Junkyu, ada cairan kental berwarna merah disana. Ya ampun, kepala Junkyu bocor lagi!

Dia pun sadar kalau posisinya juga sama seperti Junkyu, duduk terikat. Panik melandanya, tangan dan kakinya bergerak serentak berusaha melepas ikatannya. Tapi tak berhasil, ikatannya kuat sekali.

Dia menoleh ke kirinya, kembali terkejut melihat Doyoung yang terlihat kacau. Tak hanya dia, ada Mashiho juga. Kondisi mereka berempat sama, sama-sama terikat di kursi kayu.

Dia lebih terkejut lagi melihat Yoshi ada disini juga, posisinya agak jauh dari mereka. Dia duduk bersandar ke dinding, terikat oleh rantai. Bambu berwarna kuning mengelilinginya, apa maksud tumbuhan itu?

"Pst, Kyu. Junkyu."

Tak ada pergerakan. Jihoon berdecak, beralih ke kirinya. "Doy, Doyoung. Bangun woi."

Sama saja, tidak bangun juga. Ingin membangunkan Yoshi, tapi pemuda itu agak jauh. Mashiho harapan satu-satunya.

"Cio, Mashiho. Pst!"

Dalam sekali panggilan, Mashiho terbangun. Mereka saling berkontak mata, dan Mashiho sadar dimana dan apa yang terjadi padanya.

"Kak Jihoon, kok kita ada disini? Ini dimana?!"

"Mana gue tau! Gue baru bangun, taunya udah ke iket begini!"

Mashiho berdecak sebal. Ini pasti gara-gara badut itu. Kurang ajar, seharusnya sejak awal Mashiho memusnahkan badut itu dengan mencari bantuan orang pintar.

"Cio, lo bawa pisau?"

Mashiho mengangguk. Pisau lipatnya ada di saku celana bagian belakang. Tapi tangannya yang terikat mempersulit proses pengambilannya, tapi dia terus memaksakannya sampai pisau lipat pun berhasil terambil.

"Cepet potong talinya, terus bantu yang lain."

Sejujurnya Jihoon terkejut melihat pisau lipat Mashiho, ada darah yang sudah mengering disana. Menyadari tatapan Jihoon, Mashiho berhenti memotong tali dan balas menatapnya.

"Gue habis bunuh burung merpati semalem, gak usah suudzon," katanya datar, lalu lanjut memotong tali sampai akhirnya terlepas.

"Gue kira lo yang bunuh Asahi..."

"Ck, gue gak mungkin bunuh temen gue sendiri," decak Mashiho sebal, melepas tali yang memgikat tangan dan kaki Jihoon. "Mereka dilepas juga gak talinya?"

"Junkyu harus, kalau Doyoung... lepas juga deh. Kasian gue, mana masih muda."

Mashiho merotasikan bola matanya, menepuk-nepuk pipi Doyoung. "Doy, gue bakal bunuh lo kalau lo gak bangun."

Bagaikan sihir, Doyoung langsung bangun. Sejenak dia terdiam, lalu berteriak seperti orang kesetanan.

"GUE DIMANA?! KOK DIIKET GINI?! ADUH, LEHER GUE KESELEO!"

"Doy, gue lagi pegang pisau loh," ucap Mashiho mengacungkan pisau lipatnya.

Karena tali sudah terlepas, Doyoung langsung bangun menghadap Mashiho, mengeluarkan pisau lipat yang ia bawa kemana-mana, menodong Mashiho.

Clown | Treasure ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang