"Gagal lagi, gagal lagi."
Pemuda bersurai hitam ini membanting dirinya ke kursi panjangnya, kesal karena gagal membunuh target selanjutnya. Padahal sudah di depan mata, tinggal wush, mati deh.
Sebuah benda ia pandangi setiap sisinya, senyum bangga ia tunjukkan. Untung saja dia memilikinya, coba kalau tidak. Pasti sulit membunuh target-targetnya.
"Asahi... gue bakal bunuh lo hari ini juga. Haha, mereka pasti bingung siapa pelakunya."
Benda tersebut ia letakkan di masukkan ke balik kemejanya, kakinya ia naikkan ke atas kursi, berubah posisi menjadi berbaring santai.
Sudah lama dia tidak merasakan kebahagiaan seperti ini, mereka memang pantas menerima semuanya. Memangnya dia tidak tahu apa yang mereka pikirkan tentang dirinya?
Apalagi pemuda bernama Choi Hyunsuk itu. Cih, amarahnya seketika menggebu-gebu.
"Hehehe," kekehnya tiba-tiba.
Sebuah ide terlintas di benaknya, bagaimana kalau menculik salah satu dari mereka untuk ia bunuh secara langsung?
Wah, ide yang sangat bagus. Sepertinya, orang yang cocok adalah Hyunsuk. Orang yang kondisinya sedang tidak stabil belakangan ini.
Iya, dia akan membawa Hyunsuk ke suatu tempat untuk ia bunuh dalam waktu dekat.
"Hai semua!" Sapa Junkyu riang seraya melambaikan tangan kepada teman-temannya yang datang menjenguknya.
Mereka diam, Junkyu baru saja mengalami kecelakaan terlihat ceria dan err... agak berbeda?
"Kok dia udah bangun? Padahal baru tujuh jam sejak kecelakaan," tanya Yoonbin terheran-heran.
"Justru bagus dong, kita gak perlu khawatir," jawab Jihoon merasa senang karena teman seperjulidannya baik-baik saja. "Junkyu, lo harus banyak istirahat ya, biar bisa beli es krim lagi."
Junkyu menganggu-angguk senang, dia tersenyum menunjukkan deretan gigi putihnya. "Ne~!"
Yang lain semakin diam, larut dalam pikiran mereka masing-masing. Jaehyuk sih masa bodo, dia langsung selonjoran di lantai untuk memijat kakinya yang pegal.
"Jihoon, kata dokternya apa?"
Jihoon menoleh lagi ke Yoonbin. "Katanya Junkyu hebat karena bisa bertahan disaat dia hampir aja─ ah engga-engga. Dia baik-baik aja kok."
"Lo yakin...?"
"Iya, emang kenapa? Kalian curiga sama Junkyu?"
"Bukan curiga, tapi lo gak ngerasa aneh?"
"Bener tuh, ada yang aneh sama dia," timpal Haruto menunjuk Junkyu yang asik memainkan kunci motor Asahi di tangan teman blonde mereka itu.
"Maaf nih, bukannya berharap begitu, tapi... gue rasa otaknya geser," tutur Hyunsuk pelan setelah memperhatikan perban yang melingkar di kepala Junkyu.
"Kalau ngomong jangan sembarangan dong!" Bantah Jihoon marah. "Dia kan emang begitu sejak awal, lo bilang otaknya geser seenak jidat, emangnya lo mau dia sakit hati?!"
"Gue setuju sama Kak Hyunsuk," sahut Asahi, membiarkan kunci motornya jadi mainan. "Dia agak aneh, kalau lo perhatiin sifat anak-anaknya beda dari biasanya."
"Lo semua masih gak suka sama Junkyu?" Tuduh Jihoon to the point.
"G-gak gitu, Hoon..."
"Lo semua mikir gak sih, selama ini Junkyu baik sama kalian. Dia jadi penghangat suasana setelah cukup lama susah bersosialisasi sama kalian yang curigaan sama dia. Kalau gue jadi Junkyu, gue bakal sakit hati sih."
"Jangan berantem..." gumam Junkyu menundukkan kepala.
"Lo salah paham, Jihoon. Kita semua bukannya gak suka sama Junkyu, tapi kita butuh waktu untuk pahamin dia luar dalam," ujar Hyunsuk membantah semuanya.
"Alasan klasik," sarkas Jihoon tak mau mendengar penjelasan apapun lagi.
"Tolong jangan berantem," pinta Junkyu, kepalanya semakin menunduk.
Haruto menggeser Hyunsuk dari depannya, maju selangkah. "Enak banget nuduh kita gak suka sama Kak Junkyu. Kadang-kadang lo sendiri juga kesel kan sama dia?"
"Loh, berarti gue bener dong kalau lo gak suka sama dia?" Balas Jihoon semakin sarkas.
"Daripada berantem, mending pijitin kaki gue," kata Jaehyuk cengar-cengir.
"Gue bukan babu lo, ya!"
"Udah! Udah, jangan berantem!" Teriak Junkyu kuat-kuat.
"Junkyu, mereka kan-"
"Jangan berantem, gue mohon," lirih Junkyu dengan mata berkaca-kaca. "Gue gak mau kita kepecah gara-gara gue... gue mohon berhenti."
"Lo liat kan!" Bentak Jihoon menunjuk Junkyu. "Dia aja peduli sama kita, lah kalian apaan?"
"Jihoon, cukup," tegur Yoonbin mulai terpancing emosi.
"Gue peduli sama dia! Lo sendiri peduli gak? Kalau lo peduli, gak seharusnya lo mancing emosi orang disini! Ini rumah sakit!" Balas Haruto membentak juga.
"Kenapa jadi gue? Gue kan ngomong fakta," kata Jihoon tak peduli.
"Kayaknya lo yang otaknya geser deh, kak," ucap Haruto menyeringai tipis. Jihoon membelalakan mata, apa-apaan.
"Mana sopan santun lo, Haruto! Jangan kayak bocah, lo udah remaja!"
"Lo sendiri mana sopan santunnya?! Jangan sok dewasa disaat lo sendiri masih kayak anak bocah!"
"BANGSAT! UDAH CUKUP! BISA DIEM GAK, JING! JUNKYU BUTUH ISTIRAHAT, BUKAN TONTONAN GRATISAN DARI KALIAN!" Teriak Yoonbin sampai suaranya menggelegar di tempat itu.
Nah kan, marah dia.
"Kak Yoonbin, jaga bahasa lo," tegur Asahi mulai was-was, takut ada baku hantam disini.
"Udah-udah, pasien lain pasti keganggu," bujuk Hyunsuk menarik Yoonbin mundur.
"Kalian kenapa kumpul disini?" Tanya seseorang dari luar.
"Njir, setan!" Umpat Haruto tak sengaja.
Selanjutnya, mereka terbelalak, mereka terkejut. K-kok dia ada disini?
"Aku takon ora dijawab, yowes lah aku arep mulih dhisik," kata orang itu berlalu pergi.
Tidak ada jawaban, mereka semua tak percaya. Kok bisa sih? Padahal tadi jelas-jelas dia terluka.
Bagaimana mungkin Yoshinori baik-baik saja setelah kehilangan banyak darah dari perutnya yang hampir terpisah dari badannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Clown | Treasure ✓
Mystery / Thriller❝ Kita bakal mati karena badut, gitu? Gak elit banget. ❞ Treasure ft. Ha Yoonbin