13 - Marahan

1K 144 10
                                    

Hai:)

Aku kembali up part 13 lagi, semoga kalian masih setia menunggu kelanjutan cerita ini:)

Jangan lupa vote dan spam komennya lagi, krisan aja jika ada typo.

Soo, lanjut aja ke ceritanya.

Udara pagi bertiup cukup kencang, menerbangkan setiap helai rambut gadis yang tengah berjalan memasuki gerbang kelas itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udara pagi bertiup cukup kencang, menerbangkan setiap helai rambut gadis yang tengah berjalan memasuki gerbang kelas itu. Dia Anya.

Namun ada yang beda dari gadis itu, wajahnya tampak datar tidak seceria biasanya. Saat melewati kelas sepuluh Anya meberhentikan beberapa murid.

"Gue kasi tau sama kalian semua, kalau nanti Mounira datang. Pasang wajah datar kalian, jangan sapa atau senyum sedikit pun!" tegas Anya pada beberapa siswi itu.

Begitu pun saat bertemu kelas sepuluh lainnya. Ia mengatakan hal yang sama pada mereka. Tidak menyapa atau memberi senyum pada Mounira.

Saat masuk ke kelas, Anya menyeret kursi milik Mounira ke bagian paling belakang yang kosong. Tampaknya gadis itu tidak main-main dengan niatnya.

Tak lama kemudian Mounira datang. Seperti biasa, gadis polos itu akan menyapa setiap orang yang berpapasan dengannya dan akan memberi senyum selebar mungkin. Namun sayang, pagi ini mereka sudah bersedia untuk melaksanakan perintah Anya.

"Hai, Alma!" sapa Mounira, tapi tidak dibalas.

"Hai!" sapanya. Dan lagi, tak ada balasan sedikit pun.

Mounira mengerutkan alisnya, pagi ini aneh sekali. Semua orang tidak seramah yang biasa ia jumpai. Saat masuk ke kelas semuanya juga begitu.

'Hm. Mungkin mereka lagi fokus kali,' batin Mounira.

Namun alangkah terkejutnya ia, kursi miliknya sudah tidak ada di samping Anya. Dan gadis itu pun enggan untuk menyapanya seperti biasa.

"Nya, kursi aku ke mana ya?" tanya Mounira pada gadis itu.

"Tuh!" Anya menunjuk kursi milik Mounira hanya dengan giringan kepalanya.

Mounira kaget, tidak biasanya Anya jutek begitu saat ditanya. Mounira tetap berpikir positif dan beranjak mengambil kursi itu, mengembalikannya ke posisi semula. Tepat di samping Anya.

"Lo ngapain, naruh kursi di situ?" tanya Anya dengan mengangkat wajahnya, itu terkesan angkuh bagi Mo.

"Loh, kan Mo emang duduk sama Anya," ucap Mounira terkekeh, karena berpikir Anya hanya bercanda.

Anya berdecih, memutar bola mata malas. "Gue udah gak nyaman duduk sama lo, pergi sana!"

Mounira terbalalak kaget. Ia menggeleng tak percaya, Anya yang ia kenal tidak seperti ini. "Nya, kamu kenapa? Mo ada salah?" Mata Mounira mula berkaca-kaca.

Calonku Cogan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang