Dikamar terlihat lah seorang gadis yang masih asik dengan dunia mimpinya. Sinar matahari masuk kedalam kamar tersebut melalui celah-celah gorden, karena merasa terusik gadis itu pun mengejap-ngejap mata untuk menyesuaikan cahaya.
Setelah berhasil mengumpulkan nyawanya, dia langsung beranjak kekamar mandi. Dia Stella Anastasya, seorang gadis cantik yang sudah menempuh pendidikan SMA. Setelah beberapa menit dia selesai bersiap-siap. Dia turun dari kamarnya menggunakan seragam sekolah. Tasya melihat kedua orang tuanya yang sudah duduk di meja makan.
"Pagi mi." Mami dan papi Tasya menoleh.
"Pagi sayang," balas mereka berdua serempak.
"Ayo, sarapan dulu," kata maminya. Tasya mengangguk dan duduk di kursi. Mereka pun sarapan dengan hening.
Tasya berpamitan kepada kedua orang tuanya. Dia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang ke sekolahnya. Keluarga Tasya termasuk terpandang. Beberapa menit kemudian dia sampai di sekolahnya, banyak sekali tatapan yang di berikan kepadanya. Tetapi, dia mengacuhkannya.
"Selamat pagi." Seorang guru masuk ke kelasnya membuat semuanya diam.
"Pagi Bukk!"
"Sekarang kita kedatangan perwakilan dari Rose Academy."
Semua cewek berbisik-bisik ketika dua orang cowok masuk ke kelas. Tasya hanya menatap malas mereka.
"Nama saya Jonathan," kata laki-laki berambut pirang.
"Alex." Singkat, padat dan jelas. Sepertinya dia orang yang dingin.
"Silahkan di jelaskan maksud kedatangan kalian," kata buk guru.
"Disini kami akan memilih siswa atau siswi untuk bersekolah di Rose Academy, biar kami jelaskan sedikit tentang Rose academy.Rose academy adalah sebuah sekolah yang terletak jauh dari sini dan sekolah berasrama, disana setiap siswa di didik untuk mandiri," jelas Jonathan.
"Ada yang perlu di pertanyaan? Atau bagaimana?" tanya Jonathan.
Seorang cowok mengangkat tangannya, "Rose Academy? Kenapa saya baru mendengar sekolah itu?"
"Hm...." Jonathan merapatkan bibirnya, dia menoleh ke samping melihat Alex yang menaikkan bahunya seolah-olah dia menyuruh Alex untuk menjawab. "K-karena sekolah ini tersembunyi." Jawaban itu membuat Tasya menaikan alisnya, aneh! Cowok yang tadi bertanya manggut-manggut mengerti saja.
"Ada yang ditanyakan lagi?" tanya Jonathan.
"Tidak!" jawab semua siswa serempak kecuali Tasya yang hanya menatap keluar jendela.
"Bagi yang absennya di panggil silahkan diam disini, sedangkan yang belum di panggil silahkan keluar," titah Jonathan. Banyak sekali yang menggerutu padahal mereka ingin mengetahui terlebih dahulu ini tes apa. Mereka pun keluar dari sana menyisakan 1 orang yang dipanggil tadi.
Beberapa menit kemudian Tasya di panggil. Saat masuk ke kelas ia di tatapan dingin Alex dan sapaan ceria dari Jonathan.
"Kamu Stella Anastasya?" tanya Jonathan.
"Iya." Tasya mengucapkan itu dengan nada dingin.
"Kamu silakan duduk disana," ucap Jonathan sambil menunjukkan 1 buah kursi, Tasya berjalan ke kursi itu dan duduk disana.
"Bisa dimulai?" tanya Jonathan. Tasya mengangguk.
"Okey kita mulai, kamu tarik napas perlahan-lahan lalu buang ulangi sampai kamu tenang," titah Jonathan.
Tasya pun mengikutinya, "sudah."
"Tutup mata." Tasya tidak bertanya dia hanya mengikutinya walaupun Dian bingung ini tes apa. "Kamu jangan buka mata sebelum saya suruh." Tasya mengangguk. Samar-samar dia mendengar Jonathan mengucapkan sesuatu yang ia tidak mengerti.
Tasya tiba-tiba sudah berada di taman bunga yang sangat indah. Dia menatap hamparan bunga mawar berwarna-warni. ia menghirup udara segar, dia sebenarnya tidak tahu sedang berada dimana. Tasya berjalan-jalan berharap ada jalan untuk kembali, namun suara Jonathan membuat dia menghentikan langkahnya.
"Tasya kamu pilihlah sebuah bunga yang menurutmu paling bersinar."
Tasya mencari-cari bunga yang bersinar paling terang, dan ia menemukannya. Tasya memetik bunga tersebut, semua mawar yang ada disana bergoyang. Dia terkejut ada sebuah suara yang memanggilnya bukan suara Jonathan atau Alex, tapi ini suara perempuan.
"Kamu memilih bunga yang benar Tasya."
Tasya pun membalikkan badannya, disana. Dia melihat 5 orang perempuan yang mirip dengan dirinya. Sungguh-sungguh mirip!
"Kalian siapa?" tanya Tasya takut.
"Tidak perlu takut Tasya, kami adalah kekuatan mu," kata perempuan bergaun putih membuat Tasya semakin tidak mengerti.
"Kekuatan? " tanya Tasya.
"Iya, kamu bukan manusia biasa kamu bisa mencari jati dirimu yang sebenarnya di Academy," ucap perempuan bergaun merah. Tasya hanya mengangguk pelan.
"Sekarang kamu pilihlah salah satu diantara kami, karena kami tidak ingin membuat orang curiga," kata bergaun merah itu lagi. Tasya menunjuk perempuan bergaun biru.
"Nama aku Crystal," kata bergaun biru itu memperkenalkan dirinya, "ini Sela, Moza, Lena, dan yang terakhir Dila. Kekuatan kami sesuai gaun kami." Ia menunjuk temannya satu-persatu.
"Hm...," deheman Tasya masih tidak mengerti. Dia sedang di zaman apa? Kekuatan? Mustahil!
"Biar aku jelaskan Tasya, Crystal kekuatan es, Sela kekuatan api, Moza kekuatan angin, Dila kekuatan air dan aku kekuatan tumbuhan," jelas Lena. Tasya mengangguk saja sedari tadi, tidak tahu harus berbicara apa.
"Ayolah Tasya, jangan seperti itu kenapa kami. Aku tahu, kamu beranggapan bahwa ini mustahil tapi, ini nyata," kata Dila.
"Maaf, aku sungguh bingung harus percaya atau bagaimana," ucap Tasya akhirnya bersuara. Crystal menghela nafas.
"Intinya, kamu harus percaya. Jika ingin bukti, nanti di academy kamu akan mendapatkan banyak bukti disana," kata Crystal.
"Baiklah, aku pergi dulu," pamit Tasya. Mereka berlima mengangguk.
"Kamu bisa kesini kapan pun, dengan cara fokuskan pikiran mu dan bayangkan tempat ini." Lena tersenyum menatap Tasya.
"Oke, bye." Tasya melambaikan tangannya dan langsung hilang dari sana.
"Bye."
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose Academy [SELESAI] ✅
FantasyPROSES REVISI [Follow sebelum membaca!] *** Kisah seorang gadis yang dimanfaatkan kepintarannya oleh teman-temannya, itu membuat sifatnya berubah menjadi dingin, datar dan tidak tersentuh kepada semua orang kecuali kepada keluarga nya. Sampai suatu...