2. Bukan anak kandung? ✔️

4.8K 462 20
                                    

Tasya membuka matanya perlahan, dia melihat wajah Jonathan dan Alex yang terkejut tetapi, Alex langsung menetralkan wajahnya.

"Ada apa?" tanya Tasya spontan.

Jonathan tidak menjawab dia malah memberikannya cermin. Tasya menerimanya dia mengarahkan benda itu ke wajahnya. Ia terkejut saat melihat rambut yang dulunya sepenuhnya berwarna hitam sekarang diujungnya berisi warna biru.

"Itu perubahanmu Tasya," telepati Crystal.

"Hm... kamu dimana crystal?" Ucapan Tasya membuat dua cowok yang berada disana menatapnya aneh.

"Berbicara dengan siapa Tasya?" tanya Jonathan. Tasya melebarkan matanya, dia menggeleng.

"Bodoh! Aku itu bertelepati," ujar Crystal.

Tasya hanya mengangguk, "sorry, aku belum tahu." Akhirnya Tasya menggunakan telepati.

"Kamu memiliki kekuatan es?" tanya Jonathan. Tasya mengangguk pelan.

"Kamu lolos, besok perwakilan dari academy akan menjemput di rumahmu, sekarang kamu boleh keluar," kata Jonathan. Tasya pun keluar dari sana, namun sampai di luar banyak yang berbisik-bisik tentang rambutnya yang aneh. Tetapi Tasya...

Bodo amat!

**

Setelah selesai test tersebut semua siswa di perbolehkan untuk pulang. Begitupun dengan Tasya yang sekarang sudah berada di depan rumahnya.

"Mami Tasya pulang!!" teriak Tasya.

"Kok cepat pulangnya?" tanya mami Tasya yang muncul dari arah dapur.

"Tadi ada test mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di academy dan aku lolos mam," jelas Tasya dengan mengucapkan tiga kata terakhir dengan pelan.

"Wahh...kamu hebat, tapi kenapa wajah kamu sedih hm....?"

"Nanti mami ngak mengizinkan aku buat sekolah di sana," kata Tasya sambil menundukkan kepalanya.

"Mami mengizinkan itu malah bagus kamu mendapatkan beasiswa, nanti biar mami yang bilang sama papi," ucap Maminya membuat Tasya berbinar.

"Jinja?" tanya Tasya.

"Iya, beneran sayang," balas maminya.

"Thank you, mami," kata Tasya.

"You are welcome." Tasya tersenyum mencium pipi maminya dan berlari ke kamarnya. Dia menghempaskan tubuhnya ke kasur. Tasya terlihat sangat bahagia karena maminya mengizinkan. Setelah selesai mandi dia memikirkan kata-kata Sela yang terus berputar di otaknya.

"Kamu bukan manusia biasa Tasya, kamu bisa mencari jati dirimu yang sebenarnya."

Apakah benar dia memiliki kekuatan? Apakah benar dia bukan manusia biasa? Siapa sebenarnya dirinya?
Pertanyaan tersebut berputar di pikiran Tasya. Karena tak mau ambil pusing dia pun turun untuk makan. Dia melihat maminya yang sedang menyiapkan makanan.

"Mami udah makan?" tanya Tasya yang duduk di salah satu kursi makan.

"Belum," balas maminya.

"Yaudah, kita makan barengan aja," ajak Tasya. Maminya mengangguk. Mereka pun makan siang hanya berdua, papinya jarang sekali bisa lunch bareng keluarga karena kesibukannya di kantor. Beberapa menit mereka selesai makan, Tasya ingin membantu mamanya mencuci piring, namun maminya menolak. Dia pun menonton tv di ruang keluarga sambil menunggu papinya pulang.

Setelah beberapa menit, papinya pulang. Dia mendekati Tasya yang terlalu fokus menonton tayangan televisi.

"Nonton apa sih? Sampai fokus banget," kata papinya mengagetkan Tasya.

"Eh.....Yatuhan pa, sejak kapan duduk di samping aku?" tanya Tasya.

"Baru aja, abisnya kamu fokus makanya nggak tahu papi pulang." Tasya hanya menunjukan deretan gigi putihnya.

"Papi! Ganti baju dulu baru makan!" teriak maminya dari dapur.

"Iya ma," balas Papinya.

"Papi ke atas dulu." Tasya mendengus kesal saat papinya itu mengacak rambutnya.

**

Malam pun tiba, sekarang Tasya dan kedua orang tuanya sedang berkumpul di ruang keluarga. Tasya sedari tadi tertawa mendengar gombalan Papinya yang di berikan kepada maminya. Walaupun keluarga dia sama-sama sibuk tetapi, setiap malam mereka rutin berkumpul seperti ini.

Mereka terus saja tertawa, namun suasana berubah saat maminya berdehem. Sepertinya akan berbicara serius.

"Ada apa mami?" tanya Tasya.

"Hm... mami ingin berbicara serius." Tasya mengangguk saja.

"Tapi kamu janji ngak akan sedih dan marah sama papi atau mami," ucap Papinya.

"Iya, aku jadi penasaran kalian ingin bicara apa. Biasanya juga nggak pernah kayak gini," balas Tasya.

Mami dan Papinya saling tatap-tatapan seperti berbicara lewat mata. Maminya menghela nafas, "k-kamu bukan......"

"Bukan?" tanya Tasya.

"Kamu bukan anak kandung mami sama papi."

Tasya menegang. Apa? Dia tidak salah dengar? Ia menggeleng.

"Kalian bencana? Sekarang nggak lagi april mop 'kan?" tanya Tasya. Papinya menggeleng.

"Kita serius Tasya!" Maminya mengangguk menimpali perkataan papinya.

"Kenapa mami sama daddy baru sekarang bicara sama Tasya?! Kenapa mami sama daddy menyembunyikan semua ini dari Tasya?! " teriak Tasya sambil menangis.

"Maaf nak, kita harus cari waktu yang tepat," balas maminya, "karena besok kamu sudah ke Academy bagi kami ini waktu yang tepat buat kamu tahu semuanya."

Tasya menangis sejadi-jadinya. Maminya yang tidak tega memeluknya. Kenyataan sangat pahit.

"K-kenapa mereka meninggalkan aku?" tanya Tasya di pelukan maminya.

"Itu pasti ada alasannya," balas maminya. Tasya sulit sekali menerima kenyataan ini tetapi, apa boleh buat? Semuanya ini sudah kenyataan bukan mimpi.

"On ya, sayang  ada sebuah liontin dan surat yang kami temukan dan belum pernah kami buka." Maminya berlari ke kamarnya. Beberapa menit ia datang membawa surat dan liontin.

"Ini sayang." Tasya menerimanya dengan ragu, apakah harus percaya? Dan membuka surat itu? Dia sangat sedih, kenapa ia baru tahu? Akhirnya Tasya membuka surat itu, ia menarik nafasnya dengan panjang.

*****

Rose Academy [SELESAI] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang