Pangeran dan Putri sekarang berada di taman Academy setelah berganti pakaian. Mereka sedang berdiskusi tentang keanehan yang terjadi.
"Apa ramuan itu memang habis?" tanya Niko.
"Tidak mungkin Mrs. Dila berbohong. Pasti ada seseorang yang mencurigakan di Academy ini," balas Luna.
"Kita harus mencari tahu tentang itu sebelum bulan purnama saat perang datang jika dia salah satu siswa atau guru kita bisa dalam bahaya dia akan membocorkan strategi perang kita," kata Ivan.
"Iya, bulan purnama sudah akan datang beberapa hari lagi," ucap Ana.
"Sedangkan kita belum mencari pedang kehidupan itu, dan Tasya sedang sakit," kata Aletta.
"Mungkin kita harus mencari jalan keluar dari masalah ini," ucap Aldi.
Mereka mengangguk dan mulai berpikir dari mana mereka mencari tahu.
"Gimana jika kita membuat jebakan?" usul Luna.
"Boleh, tapi gimana caranya?" tanya Aletta.
"Biasanya pengikut black rose itu akan melapor kepada Tangan kanan Raja kegelapan jika terjadi sesuatu kepada kita atau Raja dan Ratu kan?" tanya Ivan.
"Biasanya kayak gitu, terus?" ucap Niko.
"Gimana kalau diantara kita ada yang pura-pura meninggal karena diserang. Bagi gue nih, mata-mata ini salah satu siswa. Nah...dia pasti akan bicara kepada tangan Raja Kegelapan, kita bakal mengawasi jika menemukan seseorang yang mencurigakan kita bakal mengikutinya," jelas Ivan.
"Gue setuju," ucap Ana. Yang lain juga setuju.
"Tapi siapa yang mau pura-pura meninggal? Dan siapa yang mau menyerang? Sisanya akan mengawasi," tanya Aldi.
"Hm... gimana kalau Aldi jadi orang yang diserang, Luna dan Aletta akan menyerang. Bisa kan?" kata Ivan.
"Gue bisa," balas Aldi.
"Kita juga bisa," kata Luna mewakili Aletta.
"Berarti gue sama Ivan bakal mengawasi, sebelum itu gue bakal suruh Alex pura-pura khawatir supaya meyakinkan semoga besok Tasya udah sadar. Kita akan menjalankannya besok kan?" ucap Niko.
"Iya lah, gue udah pengen cepat-cepat nangkap mata-mata itu," kata Ivan menatap kearah yang lain dengan penuh arti.
"Kita juga," kata yang lain serempak.
***
"Tasya!" panggil seorang perempuan memakai mahkota.
Seorang gadis membalikan badannya dan terkejut.
"Hm... iya," balas Tasya.
"Sini sayang," kata seorang Ratu itu.
Tasya terlihat ragu-ragu tetapi dia tetap berjalan kearah Ratu itu. Mereka sekarang berada di sebuah taman yang sangat indah. Tetapi itu terlalu asing bagi Tasya.
Ratu itu memeluk Tasya dan membawa Tasya kepangkuan nya. Dia mengelus rambut Tasya dengan lembut.
"Tasya," ucap Ratu itu.
"Hm," deheman Tasya memejamkan matanya.
"Kenalin nama aku Ikarina," kata Ratu itu.
"Hm..." Tasya masih menikmati sentuhan tangan Ratu itu di rambutnya, tetapi setelah beberapa menit dia membuka matanya dan menatap Ikarina dengan lekat.
"Apa? K-kamu Ikarina?" tanya Tasya.
Ikarina mengangguk.
"Bukannya kamu berada di pedang kehidupan?" tanya Tasya.
"Iya, tapi saya kesini ingin menemui kamu," balas Ika.
"Aku?" tanya Tasya menunjuk dirinya.
"Iya."
"Kamu ingin menemui saya ada apa?" tanya Tasya.
Ikarina berdiri dari teman duduknya. "Aku ingin berbicara tentang pedang kehidupan dan perang yang akan terjadi."
Tasya mengangguk dan mulai mendengarkan.
"Apa kamu tahu cerita pedang kehidupan dan kematian?" tanya Ika.
"tahu," balas Tasya
"Kamu mengetahuinya dari ayah kamu?" tanya Ika.
"Iya," jawab Tasya.
"Itu bukan cerita sebenarnya," kata Ikarina menatap lurus ke arah Tasya.
"Kenapa? bukanya biasanya Raja dan Ratu itu mengetahui kebenarannya," balas Tasya.
"Aku yang menutupi kisah yang sebenarnya bersama seseorang yang masih hidup," kata Ikarina.
"Jika kamu memang ingin mencari pedang kehidupan, jangan lah mencarinya menurut peta karena semua itu akan sia-sia. Memang dipeta itu pedang kehidupan memang disana tetapi itu dulu sekarang aku sudah pindah ketempat yang lebih aman," lanjut Ikarina.
"Dimana?" tanya Tasya.
"Aku tinggal bersama seseorang itu dalam bentuk pedang. Jika kamu ingin menemukan ku carilah orang itu."
"Tapi siapa?"
"Dia seseorang yang dekat-dekat ini yang akan kamu temukan tanpa sengaja. Setelah kamu merasa ada orang yang mencurigakan kamu silahkan mengikutinya. Ingat Tasya! Kamu harus sendiri mencarinya!"
"Te-"
Semuanya gelap dan Ikarina menghilang dari hadapan Tasya.
"Aaaaa....," jerit Tasya saat kepalanya tiba-tiba sakit.
***
"Hei! Tasya!" kata Alex menepuk pelan pipi Tasya yang sedang berteriak.
Tasya membuka matanya dengan keringat yang membasahi wajahnya.
"Are you okay?" tanya Alex.
"Iya gue baik-baik aja," balas Tasya.
Alex menghela nafas lega, tetapi dia belum puas akan jawaban Tasya melihat wajah Tasya yang masih berkeringat dingin.
"Lo benar-benar baik-baik aja?" tanya Alex.
Tasya mengangguk.
"Gue mau tidur, Lo bisa biarin gue sendiri?" tanya Tasya.
"Yaudah gue keluar, kalau ada apa-apa telepati aja gue," balas Alex.
"Oke," ucap Tasya.
Alex keluar dari sana. Membuat Tasya bernafas lega, dan mulai memikirkan mimpi yang tadi.
"Apa aku harus mencari Pedang kehidupan mulai besok? Perang beberapa hari lagi, sedangkan aku hanya diam disini? Apa aku akan siap melihat orang yang aku sayang melindungi ku yang seharusnya aku yang melindungi mereka," gumam Tasya.
"Aku harus cepat mengambil keputusan," lanjutnya.
***
"Alex!" teriak Niko setelah Alex sampai dikamar asramanya.
"Hm?" deheman Alex.
"Tasya gimana? Kenapa Lo tinggalin?" tanya Niko.
"Tasya udah sadar, dia yang nyuruh gue pergi dari sana mungkin dia butuh waktu sendiri," ucap Alex.
"Apa gue bisa kesana?" tanya Niko.
"Biarin dulu dia sendiri," kata Alex menepuk bahu Niko.
Niko mengangguk dan masuk ke kamarnya diikuti Alex.
***
Jangan lupa vote
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose Academy [SELESAI] ✅
FantasiPROSES REVISI [Follow sebelum membaca!] *** Kisah seorang gadis yang dimanfaatkan kepintarannya oleh teman-temannya, itu membuat sifatnya berubah menjadi dingin, datar dan tidak tersentuh kepada semua orang kecuali kepada keluarga nya. Sampai suatu...