[Note : Maaf Chapternya pendek. Don't like? Don't read!]
"Kalau kamu sudah membaca surat ini berarti kamu sudah besar, maaf bunda meninggalkan mu di sana. Bunda punya alasan akan hal itu, jadi kamu carilah jati dirimu dengan liontin yang ada bersama surat ini. Semoga kita bisa bertemu sayang, bunda menunggumu. Bunda sayang Tasya❤."
Tasya semakin menangis. Dia rindu bundanya, walaupun tidak tahu bagaimana wajahnya. "Tasya juga sayang bunda," lirihnya.
"Sayang kamu jangan sedih, kamu harus tetap semangat buat menemukan orang tuamu," kata papinya menyemangati. Tasya menghapus air matanya dengan kasar.
"Terimakasih sudah merawatku sampai sebesar ini." Tasya tersenyum mengucapkan.
"Iya sayang, mami bersyukur ada dirimu yang menemani mami," balas maminya ingin menangis.
"Kamu tidur dulu ya, besok kamu 'kan mau ke Academy," kata papinya. Tasya tersenyum dan mengangguk.
"Yaudah aku ke kamar dulu, good night." Tasya pun berlari pergi dari sana.
"Too."
**Pagi hari, terlihat Tasya yang sudah berpakaian sekolah di depan cermin sedang merias dirinya. Dia akan berangkat ke academy hari ini, setelah selesai merias diri Tasya pun turun ke bawah sambil membawa satu koper berisi barang-barangnya.
"Udah selesai sayang?" tanya maminya yang berdiri di depan kamarnya.
"Udah mam," balas Tasya.
"Yaudah ayo kita sarapan, nanti jemputannya buruan datang." Tasya mengangguk. Mereka pun turun. Di meja makan ada papinya yang sudah menunggu.
Selesai sarapan Tasya dan keluarga berada di depan rumahnya menunggu jemputan dari academy. Setelah menunggu beberapa menit akhirnya jemputan pun tiba. Dia pun berpamitan dengan kedua orang tuanya.
"Mami, daddy, Tasya pergi dulu ya."
"Iya sayang, ingat jaga kesehatan, ingat makan, jaga suka bergadang, belajar yang benar, dan kalau kamu ada hari libur ingat pulang," ucap mami Tasya sambil menangis.
"Mami jangan nangis, nanti Tasya juga nangis," ucap Tasya sambil memeluk mami nya. Dia tega melihat orang tuanya menangis. Dia juga tidak ingin meninggalkan orang tuanya, namun mengingat kata-kata Sela dan Crystal.
"Iniya, mami ngak nangis kok," kata mami Tasya sambil menghapus air matanya.
"Untuk nasehat mami pasti akan selalu ku ingat, papi aku berangkat dulu ya." Taysa menatap ayahnya itu.
"Iya sayang, kamu jaga dirimu yaa," ucap Papinya. Tasya mengangguk dan memeluk ayahnya itu.
"Bye, mami papi." Tasya melambaikan tangannya tersenyum menatap mereka.
"Bye sayang," ucap mami dan papi Tasya.
Setelah berpamitan kepada orang tuanya Tasya pun masuk ke mobil dan melambaikan tangan keluar. Mobil pun berjalan meninggal lingkungan rumah Tasya, didalam mobil hanya keheningan yang terjadi.
"Nona jika mengantuk silahkan tidur."
"Baiklah, saya akan tidur," kata Tasya.
Setelah menempuh perjalanan berjam-jam sekarang Tasya pun sudah sampai di depan sebuah gerbang. Dia sekarang sudah sampai dengan depan gerbang, dia pun masuk disana Taysa melihat 3 bangunan. Sekarang ia sedang berkeliling untuk mencari ruang kepala sekolah dan tidak menemukannya. Di tengah perjalanan dia tidak sengaja menabrak seorang siswi.
Brukk....
"Maaf," ucap Tasya.
"Aku yang harusnya minta maaf," balas siswi itu. "Kamu siswa baru?" tanyanya.
"Iya, maaf banget. Hm...apakah aku boleh bertanya?" tanya Tasya.
"Boleh, asalkan aku tahu pasti bakal aku jawab," balas siswi itu.
"Dimana ruang kepala sekolah?" tanya Tasya.
"Mari, biar aku saja yang antar." Mereka pun berjalan beriringan.
"Kenalin nama aku Bella," kata siswi itu mengulurkan tangannya. Tasya membalasnya, "Tasya. "
Sepanjang perjalanan mereka banyak bercerita, sampai mereka tidak menyadari bahwa sudah sampai di depan pintu ruang kepala sekolah. Tasya pun mengetuk pintu tersebut sampai ada intruksi dari dalam untuk masuk.
"Bella, aku masuk dulu ya," kata Tasya.
"Iya Tasya, aku menunggu kamu disini aja," balas Bella. Tasya mengangguk dan masuk ke dalam saat masuk dia melihat seorang wanita yang sibuk dengan berkas-berkasnya di mejanya.
*****
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose Academy [SELESAI] ✅
FantasíaPROSES REVISI [Follow sebelum membaca!] *** Kisah seorang gadis yang dimanfaatkan kepintarannya oleh teman-temannya, itu membuat sifatnya berubah menjadi dingin, datar dan tidak tersentuh kepada semua orang kecuali kepada keluarga nya. Sampai suatu...