IV. Stupefy [M]

2.1K 117 294
                                    

Kalo kemaren Mature content tentang kekerasan, baiklah untuk sekarang kuberi yang memabukkan. Eits dengan satu syarat. Kurang dari 18+ pulang dulu ya nak.
‼️‼️‼️‼️‼️‼️

Tapi kalo masih mau baca, silahkan. Kalo ada tanda ini 🖤 silahkan di scroll sampai ketemu tanda ▪️itulah batasnya. Terimakasih banyak atas perhatiannya.

Aku tau kalian pasti bijak dalam memilih cerita, memilih mana yang harus di contoh dan tidak.

Min jae hanya diam membisu, tidak ada satu pertanyaanpun dari Jimin yang berhasil membuka mulutnya untuk menjawab atau sekedar memberi bantahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Min jae hanya diam membisu, tidak ada satu pertanyaanpun dari Jimin yang berhasil membuka mulutnya untuk menjawab atau sekedar memberi bantahan. Hanya keheningan yang dihasilkan dari keduanya yang saat ini saling berhadapan satu sama lain membaringkan tubuhnya di atas ranjang putih milik Jimin.

Jimin bahkan sudah mengganti bajunya menggunakan pakaian tidur, tapi tidak dengan Min jae. Dia masih mengenakan pakaian penuh noda darah bahkan beberapa kain yang sudah membakar baju yang masih melekat di tubuhnya, bahkan bau wine yang tadi disiram oleh Yunki. Sadar akan hal itu, Jimin mulai mengusap surai hitam milik Min jae dengan lembut. Menghantarkan ribuan ketenangan untuk sang gadis yang masih menatap kosong ke arahnya. Bahkan kedipan matanya terlihat sangat pelan. Jimin sempat khawatir kalau jiwa Min jae sudah di curi oleh Jungkook.

Tapi semua tidak berlangsung lama saat Min jae mulai menurunkan tangan Jimin di surainya. Butiran air mata yang sejak tadi dia tahan turun begitu saja. Jimin bahkan sempat terkejut melihat semua itu. Tapi saat jarinya mau menghapus air mata yang sudah turun mengalir dengan derasnya membasahi wajah Min jae, dengan cepat tangannya ditahan oleh tangan milik Min jae.

"Katakan Jim, katakan padaku. Apa yang sedang kau rencanakan? Apa yang sedang kalian lakukan?" Isakan tangis Min jae memberhentikan sejenak ucapannya. Memberinya jarak untuk kembali melanjutkan. "Kalian ingin membunuhku begitu? Atau kalian ingin menjadikanku seorang budak yang bisa kalian pakai? Apa begitu Jim?"

Jimin memberanikan diri kembali mengusap air mata yang semakin turun membasahi pipi Min jae. Entahlah hatinya sedikit teriris saat ini. "Ada kalanya sesuatu yang sangat kau ingin ketahui. Lebih baik dibiarkan tidak terungkap." setelah puas menghapus jejak air mata yang ditinggalkan, tangan Jimin kembali mengusap surai Min jae. "Percayalah aku sedang berusaha membebaskanmu dari hal gila ini. Tapi aku tidak bisa. Aku tidak mau melepasmu. Aku gabisa jauh dari kamu. Aku aneh ya?"

"Apa aku harus mempercayaimu kembali, dengan semua ucapan mereka yang malah menyudutkan ke arahmu untuk menuntaskan tugasmu. Tugas apa yang mereka maksud Jim? Apa aku tidak pantas untuk bahagia? Apa aku tidak pantas untuk hidup? Apa aku harus terus merasa menderita sejak aku kecil Jim?" Isakan tangis Minji disertai perih di hatinya kembali mencuat meruntuhkan pertahanannya untuk tidak menyesali kembali takdir pahit ini.

Jimin diam, dia tidak mengeluarkan suaranya lagi. Tapi dia mengambil tubuh mungil Min jae untuk berada di dalam pelukannya. "Percayalah padaku saat ini juga. Aku memang harus melakukan satu hal yang membuatmu akan bebas nanti. Tolong berikan padaku hak yang akan aku ambil nanti. Aku janji akan memberitahu kerancuan yang sedang hinggap di hatimu saat ini. Saat semua sudah aku tuntaskan. Aku memang bajingan. Tapi rasa yang sudah ada didalam hatiku ini sulit untuk membuat aku melepasmu. Aku tidak mau, tapi aku harus melakukan hal ini. Hal yang pasti berat untuk kau setujui."

DEV[k]ILL [M] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang