II. Enigma

1.5K 171 547
                                    

Jimin terus mengeratkan rengkuhannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jimin terus mengeratkan rengkuhannya. Sebenarnya ini terasa sangat tidak nyaman, mereka baru saling mengenal tapi tangan kekarnya melingkar dengan satainya di perut Min jae. Jimin belum memejamkan mata, begitu juga dengan Min jae yang masih menatap kosong langit-langit kamar Jimin.

Firirannya sedang melayang-layang tak tentu arah, tapi saat Jimin mulai mengusap surai hitamnya lembut fikirannya tertuju pada sebuah pertanyaan.

'Apakah yang dia lakukan benar?'

Dikeheningan ini ditambah dengan seorang pria yang masih terjaga membuatnya membuang jauh-jauh rasa kantuknya. Aura Jimin membuatnya kembali merasakan perasaan aneh. Antara harus mempercayainya atau mencurigainya. Dia terlihat penuh misteri dibalik wajah manisnya.

"Min jae,"

Suara Jimin terdengar sangat dalam menyapa rungunya, dia merubah posisinya menjadi duduk bersandar sebelum menaruh kepala Min jae yang tadi beralaskan lengannya. Ah mungkin dia mulai kebas. Itu yang Min Jae fikirkan, berusaha berfikir positif di situasi menegangkan seperti ini lebih baik bukan?

Min jae tidak menjawab panggilannya, hanya mendongak ke atas melihat ke arah kedua netra kembar Jimin yang masih menatap lurus ke arah sebuah keranjang berisi buah apel dan anggur. Tapi sepertinya bukan itu yang dia lihat. Melainkan sebuah pisau yang mengkilat berdiri dengan gagahnya menusuk sebuah apel. Itu Jimin yang menaruhnya tadi saat dia habis mandi.

"Kenapa kau percaya padaku? Kenapa kau mau kubawa ke dalam rumahku? Aku ini orang asing. Bisa saja aku membunuhmu. Dengan pisau tajam itu." Jimin mengedarkan pandangannya ke arah Min jae yang masih menatapnya penuh tanya.

Datar, Dingin dan gelap. Itulah yang tertera sekarang di wajahnya dan matanya. Tidak ada lagi Jimin yang tadi memberi candaan saat dia beres mandi.
Seperti bukan Jimin yang dia kenal. Bulu kuduknya meremang tiba-tiba karna mimik wajah Jimin yang tanpa ekspresi.

"K...kau kau baik Jim" Min Jae berusaha tenang walau ucapan pertamanya terbata menahan kegundahan di hati.

Jimin terkekeh samar, tangannya menyingkap kebelakang surainya yang berwarna silver. "Sebagian besar penjahat akan berpura-pura baik bukan? Bisa saja dibalik bantalku aku menyembunyikan sebuah pistol lalu" Jimin menggeser sedikit badannya lalu memperagakan sebuah pistol dengan tangan kanannya menempelkan di kepala Minji. "Dooooor".

Min jae memejamkan matanya, tubuhnya sedikit gemetar mendengar semua yang Jimin utarakan tadi. Terdengar mengerikan dan menakutkan secara bersamaan. Tapi dia harus menahan rasa takutnya. Dia tidak boleh terlihat lemah. "Aku percaya itu bukan kamu Jim, kamu orang baik. Aku percaya itu."

Jimin menghela nafas panjang dan menghempaskan tubuhnya kembali di sebelah Min jae. Memejamkan mata dan berteriak frustasi. Membuat Min jae sedikit tersentak kaget karna perbuatan Jimin. Min jae menggigit bibir dalamnya menahan gejolak di hatinya. Dia terus mengirim pesan pada otaknya agar terus berfikir positif pada pria di sebelahnya yang entah sedang memikirkan apa.

DEV[k]ILL [M] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang