2

32 2 0
                                    


Jingga duduk dengan tenang di hadapan pria tampan yang sekarang berprofesi sebagai guru BK itu. Ragas sedang melihat-lihat buku catatan dan beberapa kali menghela nafas sambil sesekali melirik Jingga. Yang di lirik malah asik memainkan kuku nya.

"Jingga Almeera.. kamu sudah sering masuk BK ternyata. Ucap nya, karena memang dia adalah guru baru pindahan dari Bekasi.

"Iya Pak, saya langganan BK, jadi bapak gak usah khawatir gitu.. saya udah biasa, bu Mona juga udah bosen lihat muka saya. " Sahut Jingga santai, memang.. Bu Mona selaku guru BK sebelumnya sampai-sampai bosan melihat Jingga.

"Kenapa kamu sering bolos?"

"Karena saya males sekolah. "

"Kenapa kamu sekolah?"

"Karena di suruh orang tua saya. "

Ragas menaikkan sebelah alisnya, baru kali ini ada murid perempuan yang berani kepada guru nya seperti Jingga. Dia bahkan terlampau santai, tidak ada rasa takut sedikitpun, lalu matanya beralih menatap Ragas yang sedari tadi memandang nya heran.

Bibirnya melengkung membentuk senyuman tipis "Bapak ganteng deh.." Gurau Jingga, tapi masih bisa terdengar jelas di telinga Ragas, dia terkekeh pelan, lalu mengalihkan pandangan nya lagi ke dinding yang terpajang beberapa poto pahlawan negara.

"Nanti saya akan panggil orang tua kamu. "

"Jangan pak !" Jingga refleks berteriak, untung saja di ruangan ini hanya ada mereka berdua.

"Jangan panggil Mama saya ya.. mending hukum aja saya Pak. "

"Kenapa?"

"Nanti uang jajan saya dipotong kalau saya ketahuan bolos. "

"Yasudah, saya kasih hukuman, lari keliling lapangan 100 kali. "

"APA?!!"

"Kenapa? Kamu gak mau? Yasudah saya tinggal telpon orang tua kamu buat datang kesini. "

"Iya deh iya. "
Akhirnya Jingga pasrah, dia pergi keluar sambil terus menggerutu di ikuti Ragas sebagai pengawas nya.

"Bapak hitung yang bener yah. " Ucap Jingga setelah sampai di lapangan, dia meringis dalam hati ketika melihat lapangan yang mendadak menjadi sangat luas.

"Ini siapa sih yang bikin lapangan..? Bikin susah gue aja.." gumam Jingga tapi masih bisa terdengar oleh Ragas yang berada di belakangnya. Lalu Jingga memulai kegiatan nya,

Rambut nya yang di kuncir kuda bergerak kesana kemari, begitu juga rok pendek nya. Jingga berlari cukup cepat karena dia memang suka jogging pagi di komplek rumah. Iya itu kan pagi, sekarang kan sudah jam 9 lebih dimana matahari sedang memancarkan cahaya nya yang membuat Jingga silau dan menunduk.

Tepat di putaran ke 48, seorang murid laki-laki menghalangi langkah Jingga membuat gadis itu menghentikan lari nya dan melihat siapa yang berdiri di depan nya, dia tersenyum ketika melihat orang itu, lelaki itu juga tersenyum.

"Ngapain kesini kak?" Tanya Jingga,

"Gue mau kasih minum, biar tenggorokan Lo gak seret. " Jawab nya, tangan kanan nya masih setia menjadi payung untuk Jingga supaya gadis itu tidak merasa silau. Lalu dia menyodorkan botol minuman pada Jingga yang langsung di tenggak habis oleh gadis itu.

"Haus banget neng?" Ledek lelaki yang bernama Romy tersebut.

"Iya lah, gila tuh guru suruh gue keliling lapangan 100 kali. "

Baru saja Romy akan menjawab, suara tegas Ragas menyahut. Membuat muda mudi itu menoleh.

"LANJUTKAN LARI NYA !!!" Teriak nya tak ingin di bantah.

"Udah kak, pergi sana.." usir Jingga pelan, lalu dia meneruskan lari nya.

"Semangat Jingga!! Makanya jangan suka bolos !!" Teriak Romy cukup keras dan dapat balasan tawa dari gadis itu.

"Kamu ngapain masih disini?!" Tanya Ragas, Romy tersenyum sopan lalu pergi ke kelas nya.

Beberapa menit berlalu, Jingga juga sudah terlihat penat, akhirnya Ragas menyuruh Jingga untuk berhenti.

"Cukup Jingga !!" Teriak nya agar gadis itu bisa mendengar nya.

Jingga berjalan ke arah nya dengan lesu dan nafas ngos-ngosan.

"Bapak tega banget sama saya.." Ucap nya lemah, lalu tubuh nya ambruk, Ragas refleks menahan tubuh Jingga dengan khawatir, jelas lah khawatir, dia kan yang memberi hukuman ini.

Ragas menepuk-nepuk pipi gadis itu, sambil terus memanggil namanya. Tapi yang terjadi kemudian sangat diluar kendali. Jingga tertawa dan menegakkan tubuhnya.

Jingga menjahili guru nya sendiri?!!

Jingga masih sibuk tertawa sedangkan Ragas cengo di tempat, dia sudah panik tapi anak ini malah mengelabui nya.

"Segitunya bapak khawatir sama saya?" Tanya nya di sela tawa nya, Ragas masih diam.

"Makanya Pak kalau ngasih hukuman buat cewek jangan yang berat-berat dong. Untung fisik saya kuat, gak gampang ambruk. " Ucap nya sambil menaik turunkan kedua alisnya dengan tatapan menggoda.

"Berani nya kamu bohongi saya.. Mau saya kasih hukuman lagi?" Tanya Ragas, tawa Jingga langsung meledak lalu dia berlari pergi meninggalkan Ragas sambil terus tertawa karena berhasil menjahili guru baru nya.

JINGGA : Cerita Cinta Di SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang