Seluruh siswa SMA PGRI berhamburan untuk kembali ke kelas masing-masing setelah mengikuti upacara di hari Senin. Tentang hari Senin, bagi siswa PGRI adalah hari yang paling rapi, mereka di wajibkan memakai blazer yang biasa nya di sunah kan di hari lain, yah maksud nya kalau mau pake yah silahkan kalau enggak juga gak papa.Jingga melonggarkan dasi kupu-kupu nya saat sedang berjalan menuju kelas, kancing blazer nya dibuka karena gerah. Hal sama dilakukan juga oleh Fanny di samping nya.
"Gue mau ke toilet dulu deh.." Ucap Fanny, Jingga hanya mengangguk, dia tidak berniat untuk mengikuti Fanny yang hanya akan memperbaiki riasan nya.
"Jingga ..!!!!"
Jingga menoleh ke belakang dan mendapati Romy yang sedang berlari ke arah nya
"Kamu kemarin kemana aja? Aku telpon tapi gak aktif"
"Ada di rumah"
"Yaudah, nanti aku main ke rumah kamu yah"
"Gak usah!" Sahut Jingga cepat, Romy menaikan alis nya bingung
"Kenapa?"
"Orang tua aku gak tau kita pacaran."
"Kok gitu? Kamu gak bilang sama mereka?"
"Belum.. aku belum bilang sama mereka" Jawab Jingga, untuk kali ini dia jujur, karena memang dia belum memberi tahu orang tua nya. Tapi dia juga tidak mungkin bilang kalau dia pacaran dengan lelaki lain
"Terus kapan kamu bilang nya?"
"Aku gak akan pernah bilang"
"Kenapa ga?" Romy mulai panik
"Kak Romy.. aku minta maaf, aku mau hubungan kita cukup sampai disini aja"
"Maksud kamu apa?"
"Aku gak suka di buli terus sama Maureen. Dia gak suka kita pacaran" Ucap Jingga, dia memang berusaha menjadi orang yang paling jujur,
"Kamu kenapa jadi terpengaruh dengan omongan Maureen?" Tanya Romy dengan nada bicara yang mulai meninggi
"Bukan gitu kak.. aku cuma gak suka rebutan cowok. Gak keren banget. Walaupun aku suka sama kamu, tapi kalau gini kejadian nya, sama aja aku malu-maluin diri sendiri."
"Jadi kamu mau nyerah gitu aja? Itu yang kamu mau?!"
Kening Jingga mengkerut setelah mendapat bentakan dari Romy. Dia merasa sakit hati, dia bahkan tidak pernah dibentak oleh keluarga nya. Tapi Romy? Hanya karena di putusin aja, dia berani bicara seperti itu.
"Iya.! Mulai sekarang kita gak ada hubungan apa-apa lagi." Jawab Jingga lalu pergi, dia mendadak muak dengan Romy
"Aku tau kamu begini pasti karena Ragas !!" Teriak Romy, tapi Jingga tidak memperdulikan nya. Padahal dia termasuk orang yang keras, tapi dibentak sedikit saja rasanya sangat melukai hati nya.
. . . . . . . . . . .
"Lagi nunggu siapa?"
Jingga yang sedang berdiri di pinggir jalan itu menoleh dan mendapati Ragas yang berdiri di samping nya.
"Nunggu kak Rafa,"
"Emang kamu gak bawa motor?"
"Motor aku lagi di servis. Tadi juga nyesel banget gak ikut sama Fanny"
"Kenapa gak pulang bareng pacar kamu aja?." Tanya Ragas memancing
"Ihh Pak Ragas,! Kan kemarin aku udah bilang, aku bakal putusin dia, dan sekarang udah aku tepati, kita udah putus" Jawab Jingga yang hanya dapat anggukan dari Ragas
"Kalo bapak ngapain berdiri di sini?""Nemenin kamu"
Jingga memukul pelan lengan Ragas "Kok cuma nemenin aja sih, gak niat anterin aku pulang?"
"Tadi katanya udah dijemput sama Rafa.."
"Kalau Pak Ragas mau anterin aku, nanti aku bilang sama kak Rafa jangan jemput aku." Jingga menampilkan senyum manis nya sambil mengedip-ngedipkan kedua matanya
"Yaudah.. kamu telpon dulu Rafa. Saya mau bawa mobil."
Jingga melompat kegirangan ketika Ragas pergi ke parkiran, lalu dia membuka ponsel nya untuk menelpon Rafa.
Sejak masuk ke mobil, Jingga mendadak jadi orang pendiam, kepalanya di senderkan ke kaca mobil dan memilih menatap jalanan. Sekarang perasaan nya sedang tidak enak, dia merasa bersalah telah mengakhiri hubungan nya dengan Romy disaat laki-laki itu tidak punya kesalahan apapun. Tapi Jingga tidak bisa membohongi hati nya kalau dia mulai suka sama Ragas. Gadis itu menghela nafas panjang yang membuat Ragas menoleh padanya.
"Kenapa?" Hanya itu yang keluar dari mulut Ragas
"Gak papa.."
"Gak mau cerita?"
"Lagi gak mood."
Ragas merogoh sesuatu di saku celana nya dan mengeluarkan cincin berwarna hitam lalu menunjukkan nya tepat di depan wajah Jingga
"Kalau aku kasih ini. Mood nya baik belum?" Tanya Ragas, dia bisa melihat kedua mata Jingga berbinar-binar melihat benda kecil itu dan langsung mengambil nya dari tangan Ragas.
"Cantik banget Pak. Dapat ini dari mana.?" Sekarang senyuman itu sedang menghiasi wajah gadis manis itu.
"Kamu gak perlu tahu itu dari mana."
"Bapak nyuri yah !!" Tuduh Jingga "Atau jangan-jangan ini cincin dari mantan Pak Ragas."
"Jangan suudzon dulu Jingga.. itu cincin khusus buat kamu."
"Yang bener Pak?!!" Tanya Jingga masih tidak percaya
Ragas mengangguk "Iya.."
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA : Cerita Cinta Di SMA
Novela JuvenilIni bukan sebuah kisah tentang siswi paling pintar bertemu dengan siswa paling nakal Bukan juga tentang kisah perempuan tercantik dan lelaki tertampan.. Ini hanya kisah absurd atas kelakuan murid terhadap guru nya 👐 ____________ "Kamu tidak seharus...