Jeya menatap sayu perempuan di hadapannya. Ini masih pagi buta dan matahari belum terlihat, dan Jeya di paksa untuk bangun.
"Ternyata kau jelek saat bangun tidur" katanya sambil mengunyah roti isi di mulutnya.
Jeya berdecak kesal, bisa-bisanya perempuan itu menghinanya padahal ia baru saja menolongnya dari kelaparan. Itu Yeonseo, yang menggedor pintunya saat hari masih gelap untuk meminta makan. Ia bilang persediaan makanannya habis dan belum sempat diisi. Dan hari ini ia harus berangkat pagi menyiapkan keperluan bangtan. Sungguh coordi noona yang baik, cibirnya dalam hati.
Ingin sekali Jeya menyumpahi Yeonseo, tapi ia tengah malas meski hanya untuk bergumam.
"Biasanya kau bangun saat fajar?"
Jeya hanya melirik dan bergumam. Hari ini tak seperti biasanya. Tamu bulanannya datang sejak kemarin dan ia butuh banyak istirahat karena itu.
"Oh, iya? Kau ingat saat kau hilang malam itu? Saat aku menginap di sini"
Jeya berhenti memainkan ponselnya dan melirik Yeonseo yang masih tampak tenang dengan roti isinya.
"Seokjin bilang ia melihat hantu berdarah di depan gedung apartemennnya malam itu. Ia bilang perempuan berambut pendek sebahu"
Yeonseo menggigit roti isinya "saat itu aku teringat dirimu" katanya sambil mengunyah.
Jeya masih diam, dalam hatinya ia berkata 'kau masih belum tersedak'
Dan benara saja, selanjutnya perempuan dengan pakaian fashionable itu terbatuk-batuk dan kepimpungan membuka kulkas mencari air. Kata-kata Jeya seperti mantra saja.
Jeye terkekeh tanpa suara, bibirnya tersenyum miring dengan pandangan yang tak lepas dari Yeonseo.
Yeonseo kembali duduk di hadapan Jeya sambil mengatur nafasnya yang agak memburu.
"Mungkin dia takut padaku"
Yeonseo dengan cepat menatap Jeya "jadi itu benar kau?"
Jeya mengedikkan bahu.
"Jawab yang benar!" Kesal Yeonseo.
"Dia hanya takut darahku" jawab Jeya malas.
Ya, malam itu Jeya bertemu Kim Seokjin di depan gedung apartemen setelah ia pulang dari sungai Han. Saat itu Jeya tahu jika member tertua BTS itu ketakutan saat melihatnya yang penuh darah di bajunya. Sebenarnya tak banyak, hanya saja terkena air saat ia membasuh luka di jarinya sehingga noda darahnya melebar.
Yeonseo ber-oh ria lalu melanjutkan acara makannya. Kali ini ia memakan buah potong milik Jeya. Sebenarnya ia hendak membawanya nanti untuk bekal, tapi malah di tandas habis oleh sepupunya itu.
"Kau akan kemana?" Tanya Yeonseo saat melihat Jeya beranjak pergi.
"Tidur"
Tentu saja tidur. Yeonseo membangunkannya sebelum jam lima pagi. Ia masih punya cukup waktu untuk kembali memejamkan mata. Terserah Yeonseo ingin apa di apartemennya, Jeya tak peduli. Ia hanya ingin kembali tidur sekarang.
***
Berbeda dengan tadi pagi, kali ini Jeya kembali di bangunkan paksa dengan lebih parah. Mata Jeya yang terlihat sayu harus melihat kelakuan Juno yang sekarang tengah mencak-mencak di kamarnya. Ia jengah dengan itu.
"Aku masih butuh dua jam lagi untuk tidur, Juno"
Juno, pemuda dengan jaket hitam itu berhenti membuat suara gaduh dengan memukul berbagai perabot di kamar Jeya. Ia menatap Jeya yang masih bersandar di kepala ranjangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
still with you
Fanfiction*disarankan untuk baca Trainee terlebih dahulu Sekarang namanya Jeya, Jeon Jeya, dan bukan yang lain. Sekarang hidupnya yang baru dan kisahnya yang baru, tapi tak memungkinkan kisah lama tak akan datang. Haruskah ia kembali? Atau tetap pergi?