Orion hanya bisa meneguk ludahnya kasar saat ini. Ingin sekali rasanya ia lebih baik menghilang saat ini. Tiga tatapan tajam seakan menusuknya. Ini semua karena ide konyol Kirana yang justru membawanya pada suasana menyeramkan saat ini.
"Jadi..."
Orion mendongak menatap sosok fi hadapannya. Tatapan mata paling tajam dan dingin.
"Jadi apa?"
Boleh Orion bilang, ia seperti orang linglung dan orang paling bodoh di sana. Ia menatap Kirana yang duduk di sampingnya sambil menggamit sebelah lengannya. Dan itu makin membuat perasaan Orion bertambah tak karuan.
"So, your boyfriend?" Pertanyaan itu telak membungkam Orion.
"Iyalah!" Kirana menjawab lantang pada pertanyaan kakak keduanya itu. Karena itu justru malah membuat netra Rigel menjadi semakin menyipit. Tapi tak lama, hanya beberapa detik dan kemudian rautnya berubah seperti ejekan untuk Kirana.
Di balik semua itu, Orion tengah panas dingin. Ia tahu siapa Rigel Adrian Aaron, putra kedua Abraham Aaron. Orion yakin, saat ini jika kakak Kirana itu tak mempercayainya, ia sungguh yakin. Ia pasti mengira, bagaimana bisa seorang Kirana memiliki pacar, dan itu dirinya. Sebuah keajaiban jika dirinya berpacaran dengan Kirana. Jika bukan karena sandiwara ini, ia tak akan mau. Ini semua untuk rencana gila Kirana. Ya, benar, Kirana benar-benar gila.
"Kenapa muka abang kayak gitu?" Sewot Kirana.
"What?" Rigel menjawab seolah tak ada apapun.
"Abang ngeselin"
Dan terjadilah cek-cok antara kakak beradik itu. Kirana yang terus berbicara dan Rigel yang pura-pura tak tahu. Sungguh tak pernah akur.
"Oke, Kirana, cukup"
Suara berwibawa itu menginterupsi Kirana untuk diam. Kirana menatap pada sang ayah yang sedari tadi hanya diam memperhatikan putra-putrinya berdebat tentang sesuatu yang tak penting.
"Jadi kamu pacar Kirana?"
Mendadak jantung Orion bertambah berdegup kencang. Ia menghela nafas pelan "iya, om" cukup lancar dan terlihat tenang kali ini. Rencana gila Kirana harus berhasil kali ini, ia sudah ketakutan setengah mati hanya untuk bersandiwara di rumah besar kediaman Kiran. Akan sia-sia rasanya jika gagal.
"Tapi sebenernya saya dateng mauminta ijin sama om"
"Ijin?"
"Iya, saya mau ajak Kirana liburan ke Korea"
Perkataan Orion sungguh lancar dan tenang. Tapi siapa yang tahu, jika saat ini jantung Orion berasa ingin melepaskan diri saja. Sebenarnya ada raut tegang di wajah Orion, namun tak ada yang mengira.
Mendadak hening. Abraham, ayah dari dua putra dan satu putri itu mengeryit karena pernyataan Orion.
"Apa jaminanmu menjaga putriku satu-satunya?"
"Saya sendiri" Orion menjawab dengan cepat dan mantap.
***
"Ini masih terlalu pagi, Jey. Sebaiknya kau masuk, ini sangat dingin"
Jeya melirik ke sampingnya. Ada Juno dengan wajah segar namun matanya mengantuk. Sesekali ia mengusap matanya pelan guna mengusir rasa kantuknya.
"Sudah?"
Juno mengangguk pelan. Lalu menatap ke depan. Keduanya diam menikmati hawa yang terasa lebih dingin dari biasanya. Jeya menatap hamparan sungai yang tampak tenang, beralih pada lagit dengan gumpalan awan yang terlihat kemerahan, sungguh cantik.

KAMU SEDANG MEMBACA
still with you
Fanfiction*disarankan untuk baca Trainee terlebih dahulu Sekarang namanya Jeya, Jeon Jeya, dan bukan yang lain. Sekarang hidupnya yang baru dan kisahnya yang baru, tapi tak memungkinkan kisah lama tak akan datang. Haruskah ia kembali? Atau tetap pergi?