07 - Bukan Deadliners

84 23 11
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keadaan kamar yang sunyi membuat suara ketikan jari Diandra terdengar menggema

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keadaan kamar yang sunyi membuat suara ketikan jari Diandra terdengar menggema. Sementara itu, di samping laptop terdapat secangkir coklat panas yang tersisa setengah. Itu merupakan minuman yang selalu menemaninya saat belajar maupun mengetik naskah. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh, tetapi gadis itu masih asyik menyusun outline untuk naskahnya.

Tok tok tok

"Di, udah malam. Lanjutin besok lagi," kata Dena di balik pintu.

"Iya, Bun." Meskipun sudah mengiyakan titah sang Bunda, gadis itu tetap menyelesaikan Outline naskahnya yang hampir jadi.

"Huff! akhirnya," helaan napas keluar dari mulut Diandra. Dua jam berkutat di depan laptop membuatnya pegal dan lelah. Gadis itu meraih cangkir berisi coklat panasnya yang sudah dingin. Setelah menghabiskannya, baru dia merenggangkan otot, lalu merebahkan diri atas kasur.

Namun, ingatannya malah kembali pada kejadian tadi sore, saat Ghandi mengantarkan pulang. Ya, tentu saja dengan satu alasan.

"Lo mau ngomongin apa?"

"Sambil jalan pulang aja, gue bakal lama." Ghandi menyerahkan helm berwarna hitam dengan motif Doraemon. Entah di mana cowok itu mendapatkan helm seperti ini.

Diandra mengangguk, lalu dengan hati-hati naik atas motor besar Ghandi yang berwarna hitam itu. Mereka pun keluar dari area sekolah karena Ghandi tadi memang menyimpannya di parkiran.

"Jadi, lo mau ngomongin apa?!" kata Diandra setengah berteriak, di belakang Ghandi

Namun, Ghandi tidak menyahut. Dia masih sayang pada suara dan tenggorakannya. Lalu, setelah beberapa menit melaju di jalanan, baru motor cowok itu berhenti di warung pinggir jalan.

Diandra tidak banyak bertanya, gadis itu turun dan mengikuti langkah Ghandi yang mulai masuk ke warung pinggir jalan tersebut

Baru saja gadis itu mendudukkan dirinya atas kursi plastik, suara Ghandi sudah menginterupsi.

"Gue to the points aja."

"Hah?"

Ghandi mengabaikan wajah Diandra yang masih melongo, cowok itu tetap melanjutkan. "Selama dekat sama geng Adgar, lo enggak boleh ngusik kehidupan mereka. Jangan pernah bocorin apapun yang lo liat di sana. Apalagi kalo sampai gue tau, lo jadi mata-mata," peringatnya dengan tegas.

"Ya Rosul! tega amat lo nuduh gue," kata Diandra dengan dramatis. "Dari awal gue udah bilang kalo gue butuh informasi soal kalian. Gue enggak niat macem-macem, kok."

"Ya siapa tau, kita enggak kenal satu sama lain," ujar cowok itu lagi dengan jujur, meski menyakitkan.

Untuk kesekian kalinya Diandra mendengus, "iya-iya, gue juga enggak niat tuh nyebarin soal kalian. Dibolehin buat denger cerita kalian aja udah syukur," katanya dengan sebal.

Jungkir Balik Dunia Diandra [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang