“Jangan menjadikan kesuksesan orang lain menjadi standar kesuksesanmu juga. Karena kadar kemampuan setiap orang itu berbeda-beda. Hal itu hanya akan membuatmu lelah karena terus mengejar orang lain.”
A/N: HumairaLiska
🌸🌸🌸
Teriknya matahari di siang bolong, tak menyurutkan niat Diandra untuk terus berjalan menuju rumah Kyara. Rasanya gadis itu ingin segera sampai ke sana dan memastikan semuanya.Gadis itu terus saja mensugesti dirinya bahwa terkaannya tidaklah benar. Kyara tidak mungkin melakukan itu pada sahabatnya sendiri. Dia mengenal Kyara dengan baik. Mereka telah bersahabat sejak SMP, dan Diandra tahu jika Kyara bukan gadis jahat.
Dengan tergesa-gesa gadis itu turun dari ojek online, dengan ragu dia menatap rumah minimalis di depannya. Itu rumah Kyara, tempat yang sering dia kunjungi dulu sebelum SMA.
Tanpa masuk dalam rumah, Diandra sudah menemukan Kyara yang menyeret koper besarnya keluar. Gadis itu rupanya hendak pergi.
Kyara meletakkan kopernya di teras rumah, lalu berjalan menghampiri Diandra yang masih mematung di depan pagar.
"Di," panggilnya dengan senyum manis. Sayangnya Diandra menatap Kyara dengan sendu dan ... ragu. Apa benar dia sudah mengenal Kyara luar dan dalam? Tiba-tiba saja hal itu terngiang-ngiang dalam pikirannya.
"Gue mau ngomongin sesuatu," ujar Diandra tanpa semangat. "Tapi enggak di sini, di tempat lain."
Kyara bersikap biasa saja, gadis itu dengan santai mengangguk dan mengajak Diandra untuk pergi ke taman dekat rumahnya. Hal itulah yang membuat Diandra semakin dilema. Bagaimana jika terkaannya salah dan itu malah membuat persahabatan mereka merenggang?
Sesampainya di taman, keduanya duduk di bangku panjang tanpa sandaran. Diandra masih diam dengan telapak tangan yang mulai berkeringat dingin. Jujur, dia takut mengetahui yang sebenarnya. Entah perkiraannya itu benar atau salah, kedua opsi itu tentu akan membuat hubungan mereka hancur.
"Di, lo sebenarnya mau ngomongin apa? Gue enggak bisa lama-lama," tegur Kyara.
Akhirnya Diandra meyakinkan dirinya, gadis itu akan menanggung apapun resiko yang akan terjadi ke depannya.
"Kya, gue mau nanya sesuatu. Gue harap lo enggak marah," katanya dengan mata yang fokus ke pangkuan, dimana tangannya saling bertautan.
"Tanya aja, gue enggak bakalan marah, kok."
"Kya, apa bener ...." Belum sempat Diandra menyelesaikan kalimatnya, cairan bening dari matanya tiba-tiba saja meluruh. Sungguh, ini sangat berat baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jungkir Balik Dunia Diandra [TAMAT]
Teen FictionKalian bisa mendukung cerita ini dalam challenge 30 hari menulis yang diadakan oleh Millennial Author Project bersama Sky publisher dengan cara VOTE, KOMEN dan SHARE cerita ini. Terima kasih ***** Diandra Amira, seorang penulis muda yang sedang menj...