19102020
"Jangan marah lagi.."
Tut Tut Tut...
"Hallo..."
"Hallooo???"
"Noel???"
Louis tertawa miris sambil melirik geli kearah layar ponsel yang berkedip beberapa kali, menunjukan panggilan yang telah diakhiri secara sepihak oleh lawan bicaranya.
"Dasar bocah" gerutu Louis pelan,
"Ada apa?" tanya Jelita yang duduk santai disofa ruang tamu loft apartement milik pria itu, mata Jelita memandang penuh minat keselurahan ruangan yang didominasi kesan monochrome yang simple.
"Tidak ada apa-apa" jawab Louis singkat, "Apa yang ingin kau minum sesuatu dulu?" tanya sang tuan rumah sambil melirik Jelita yang tampak antusias menjelajah apartementnya dalam tatapan mata jernih gadis itu.
Jelita menunjuk botol-botol gelap yang tertata rapi dibalik lemari kaca, Louis mengikuti arah yang ditunjuk tamunya. Louis mendengus geli, saat menawari Jelita minuman bukan minuman semacam itu yang dimaksudnya.
Tanpa berkata apapun, Louis langsung melangkah kearah mini bar sambil melepas jas abu-abu yang dikenakannya siang itu bersamaan. Menyampirkan setelan mahalnya djpinggiran kursi meja bar, meninggalkan shirt putih pas badan yang mencetak otot punggungnya yang kencang dan terbentuk sempurna hasil olahraga teraturnya selama ini.
Louis kembali melangkah kearah Jelita lengkap dengan sebuah botol kaca gelap dan 2 buah gelas wine tinggi dari kristal di kedua tangannya. Pria itu mengulum sebuah senyum yang begitu menggoda kearah Jiyeon, memamerkan lesungan dipipinya, "Actually, when i offer you i don' think of this kind of drink. But if you prefer so.. it's also okay for me" ucap pria itu diakhiri dengan senyuman mautnya.
Jelita hanya tersenyum acuh menaggapi,
"Bordeaux*?" tanya pria itu dengan suara menggoda semanis madu miliknya yang dijawab dalam anggukan singkat dan tatapan manja milik Jelita
Louis mengambil pembuka wine miliknya, seperti seorang somellier* profesional pria itu dengan muda membuka lapisan cork* yang menyegel anggur merah asal kota Bordeaux Prancis itu.
Detik berikutnya pria itu menuangkan cairan merah pekat dari dalam botol kedalam dua gelas kristal yang disiapkannya sebelum ini, menggoyang gelasnya diudara untuk sesaat menghirup aroma fermentasi anggur yang kuat sebelum menyerahkan salah satunya kearah sang gadis.
"Cheers" ucap pria itu sambil mengangkat gelasnya kemudian mengecap cairan merah maroon yang pahit dari gelasnya perlahan, cara terbaik menikmati segelas anggur adalah mengecapnya perlahan membiarkan rasa getir digantikan dengan sedikit rasa manis dari anggur yang terfermentasi sempurna.
"Cheers" ucap Jelita dengan senyum tipisnya yang cantik,
Louis melonggarkan dasinya, sebelum mengecap habis anggur merah digelasnya. Pria setinggi 180 sentimeter itu kemudian bangkit dari tempatnya dan mulai melonggarkan juga kancing-kancing dilengan kemejanya,
"Tunggulah sebentar, aku akan mengganti pakaianku" pamit pria itu sebelum menuang segelas anggur lagi untuk dirinya dan berlalu kearah tangga yang menuju lantai 2 apartement tipe loft itu.
Louis mengecap anggurnya sekali lagi dengan santai pria itu mulai membuka kancing demi kancing shirt putih miliknya, melemparnya asal keatas tempat tidurnya. Memamerkan otot perutnya yang terbentuk sempurna, selain rajin bekerja Louis juga banyak menghabiskan waktu berolahraga. Dia bukan makluk sosial yang sukses, tidak banyak teman yang dimiliki pewaris grup Berlian itu. Jadi hanya berolah-ragalah satu-satunya cara Louis mengisi waktu senggangnya selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apple & Orange
RomanceLouis jatuh cinta dengan karakter Jelita yang kuat, berani dan apa adanya. Gadis itu selalu menarik dimata Louis, bersamanya Louis merasa harinya tidak lagi membosankan. Tapi kalau bicara tentang kedewasaan emosional, Jelita jelas tidak cocok untuk...