Sorry [END]

42.9K 578 158
                                    

Pagi ini aku ke makam mama.

"Hai ma...maaf lama ga kesini nengok mama. Tapi bukan berarti Rania ga sayang mama, ga rindu mama..mama lebih tahu kondisi Rania dari atas sana. Maa..aku harus gimana?? Rania bingung, papa juga susah di hubungi sekarang semenjak papa menikah lagi. Sekarang Rania sakit ma..bisakah mama tunggu Rania sebentar saja??  Aku kangen mama, Rania butuh support mama...Love you maa."

Aku menaburkan sekeranjang bunga mawar yang kubeli di toko bunga sambil terisak menangis sejadinya. Namun tiba-tiba di sampingku ada Rio dan Hans, aku berusaha tenang dan biasa saja.

"Kalian ngapain kesini."

"Anggep aja kamu punya previllage sehari dari kami buat jadi bodyguard kamu." kata Rio sambil ikut menaburkan bunga ke makam mama

"Aku ga kenal kalian." jawabku datar.

"Kita juga ga butuh kenal kamu,  kami tujuannya cuman pengen menjaga aja. Terserah kamu suka atau enggak, kita maunya jagain." kata Hans dengan cuek.

"Toxic banget sih kalian. Minggir sana!!  Aku ga butuh kalian!!"

"What.. Ever.....!!" kata Rio sambil geregetan.

"Kalian napa sih gangguin aku?? Aku cuman pengen disini, ga mau di ganggu!!"

"Oke, kita ga ganggu..Tapi jelasin alasan kamu kabur dari RS waktu itu"

"Aku ga kabur. Aku cuman pengen pulang"

"No.. Jawab dengan baik Ran. Pikirkan baik-baik sebelum jawab, karena ini berhubungan dengan nyawamu"

"Apa?? Siapa?? Farah lagi??"

Mereka berdua terperanjat kaget saat aku menyebutkan nama wanita itu.

"Kamu inget Farah?? "

"No... Aku ga inget, bahkan wajahnya pun aku ga inget,  tapi waktu itu Joe bilang aku harus waspada dengan semua orang yang deket sama aku..termasuk kalian. Mereka selalu menyebut nama Farah."

Aku berusaha berbohong dengan sebaik mungkin,  aku harus terus bersikap tidak mengingat siapapun. Karena ini lebih baik.

"Kalo kamu hanya berniat pulang, harusnya kamu lewat pintu depan rumah sakit, bukan pintu emergency"

"Ya..Okey..aku kabur..bukan karena siapa-siapa. Tapi karena aku bosan di rumah sakit,  kalian ga ijinkan aku pulang. Trus kalo aku balik kos pasti kalian mencariku dan menyuruhku kembali ke rumah sakit!! Aku ga mau!!! "

Seketika dua orang itu menggaruk dahinya yang tidak gatal. Mereka tidak habis pikir dengan jalan pikiranku yang aneh. Untungnya aku masih dipikir orang amnesia, jadi masih bisa di maklumi.

"Ya ngomong dong Ran, kalo kaya gini kita jadi bingung kamu kemana? Kamu jangan egois dong." kata Rio.

"Egois??? Kamu siapa berani bilang aku egois?!!! Aku ga minta kamu buat kesini. Aku ga nyuruh kalian mencariku?! "

"Udah-udah...sekarang mending kamu aku anter pulang yaa. Ke mana?  Ke nenek kamu?? Ayo aku anter.  Udah yaaa..ga usah marah-marah. Istirahat okey? " kata hans dengan lembut.

Saat aku mulai berdiri dan menuju ke mobil,  kepalaku terasa pusing dan hidungku mulai meneteskan darah, aku ambil tissue dengan segera agar Hans tidak melihatku sedang bleeding.
Aku berdoa agar darah ini segera berhenti, sehingga aku bisa baik-baik saja. Aku mengerti bagaimana kondisiku, hidupku pun juga entah tinggal esok atau nanti dan aku tidak mau membuat mereka terbeban karenaku. Cukup biar aku saja yang menghadapinya sendiri tanpa mereka.

Freaking LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang