28

935 45 15
                                    


😵😵😵

"Eza, kamu udah siap?"

Mendengar itu Eza langsung bangkit dan menoleh ke belakang dimana Alexa yang sedang di ambang pintu kamar nya

"Temen-temen kamu udah datang dibawah" beritahu Alexa

Eza menganggukan kepalanya "Iya Bun, bentar lagi Eza turun" ucap nya

Alexa hanya menganggukan kepalanya dan menutup pintu kamar Eza kembali. Kini tinggalah Eza sendiri, lagi-lagi ia memikirkan gadis yang pagi tadi memukulinya, menangis karna nya.

Eza menatap layar ponsel nya, ingin sekali ia menghubungi Willy, tapi Eza tak bisa melakukan itu. Eza memejamkan matanya seraya menghembus kan nafasnya. Lalu membuka matanya kembali, ia memantap kan hatinya untuk fokus pada pertunangan nya dengan Amdrea malam ini

Eza pun mulai keluar dari kamar dan menuruni tangga. Ya, di bawah sana memang sudah ada teman-teman nya, Bara dan Evan. Eza mengedarkan pandangan nya, mencari sosok gadis yanh sedari tadi mengusik fikiran nya.

Evan tahu, apa yang sedang di fikirkan Eza. Evan tahu Eza sedang mencari Willy saat ini. Namun ia hanya bisa diam tak bertanya. Evan rasa itu tidak perlu, karna lebih baik untuk saat ini dirinya bungkam dan menikmati peran nya, di khianati pacar dan sahabat sendiri

Evan tidak marah di khianati, namun Evan sedikit kecewa karna Eza sudah membuat Willy menangis. Ada rasa ingin menghabisi Eza saat ini juga, namun dengan sekuat tenaga Evan menahan nya karna ia rasa ini bukan waktu yang tepat, ia tak mau merusak acara sahabat nya itu

"Eummm, Van. Kok lo sendiri? Gak sama cewek lo emang?" tanya Eza basa-basi, karna bagaimanapun ia ingin tahu keadaan Willy saat ini

Tepat sasaran - batin Evan

"Tadi gue udah ajak Willy, tapi katanya dia lagi kurang sehat" jawab Evan.

Evan tahu, itu hanya alibi Willy saja agar hadis itu tak bertemu Eza. Tapi walau bagaimana pun Willy memang sakit, sakit hati karna perlakuan Eza pada gadis itu.

Eza hanya mengangguk paham, tapi tidak dengan hatinya saat ini. Tampang boleh santai, namun hatinya kink sedanh di lamda kecemasan yang mendalam. Eza tahu, tidak akan mungkin Willy datang ke acara nya saat ini, setelah dirinya menyakiti gadis itu

"Eza, kamu sudah siap?" tanya Arsya yang tiba-tiba tiba datang

Eza mengangguk "Siap Yah"

Melihat itu Evan mengepalkan tangan kirinya, enak sekali cowok itu berkata siap. Apakah Eza tak menyadari? Di balik kata 'siap' itu ada hati yang tersakiti. Egois sekali - fikir Evan

Evan memang marah ketika mengetahui hubungan antara pacar nya dan sahabat nya itu. Namun Eza tak bisa berbuat apa-apa. Willy terlihat begitu senang jika bersama Eza, maka dari itu Evan tak mempermasalahkan nya karna baginya, kebahagiaan Willy adalah kebahagiaan nya

Namun kali ini lain, ia marah karna Eza sudah menyakiti hati gadis nya, membuat gadis nya menangis. Secinta itu kah Willy pada Eza? Evan cemburu? Oh jelas, ia memang cemburu tapi cemburu dirinya saat ini tak penting jika di banding kan air mata Willy.

Evan tak mau egois, biar lah ia mengalah. Ia masih ingin melihat senyum gadis itu walaupun bukan karna nya,

"Van" sentuhan di pundak Evan menyadarkan lamunan nya dan ternyata adalah Bara

"Ngelamun aja lo, kesambet lo" ucap Bara

"Mungkin Evan itu lagi galau kali, karna gada pasangan nya" ledek Ega

Mendengar itu Bara dan Ega terkekeh begitu pun Evan.

"anak-anak, ayo berangkat sekarang ya" intruksi Alexa

Elzagar FathurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang