Bagian 6 : Mind

620 109 13
                                    

Jung Dahye's POV

.
.
.

Malam hari yang terlihat cerah ini membuatku merasa lebih baik. Di tambah, Shotaro menemaniku setelah aku menangis selama 2 jam di taman belakang rumah. Jujur, aku merasa malu menangis di depan orang asing walaupun kenyataannya aku sering bertemu dengan Shotaro akhir-akhir ini. Aku hanya menangis, tidak menceritakan apapun kepada Shotaro dan bahkan laki-laki tersebut tidak bertanya apa alasanku menangis. Biasanya ketika menangis, orang-orang akan menanyakan alasannya mengapa ia menangis. Tapi Shotaro tidak. Dia hanya membiarkan bahunya basah karena air mataku dan tangannya yang menenangkan pundakku dengan hangat.

Kini aku duduk bersandar di kursi taman belakang rumah dengan Shotaro dan sama-sama memandang langit malam dengan banyaknya bintang di atas sana. Bintang malam ini sangat indah, dan ada satu bintang yang paling mencolok di antara bintang yang lainnya yang membuatku terus memandangi bintang tersebut.

"Kata kak Jaehyun, bintang yang paling terang itu adalah bintang orang yang sudah pergi, dan orang yang sudah pergi itu sangat kita sayangi," ucap Shotaro sembari menunjuk bintang yang paling terang itu dengan jari telunjuknya ke atas langit yang membuatku mengikuti arah tunjuknya.

"Lo percaya?" tanyaku kepada Shotaro dengan nada tak percaya. Iya aku tidak percaya dengan ucapan Shotaro.

Shotaro menurunkan tangannya dan aku kini memandangnya yang membuat mata kami berdua bertemu saat itu juga.

"Suatu saat, ketika orang yang kamu sayangi telah pergi dan kamu melihat bintang yang paling terang, itu adalah orang yang kamu sayangi. Termasuk orang yang kamu tangisi sekarang."

Bibirku tersenyum sedikit saat mendengar kata-kata dari Shotaro. Pasti kak Jaehyun banyak membacakan Shotaro buku dongeng sejak kecil, jadi Shotaro mengatakan hal seperti itu. Lucu, menarik, namun terlalu ke kanak-kanakkan untuk di percayai.

Aku melirik jam tangan berwarna hitam yang berada di pergelangan tangan Shotaro. Aku jadi ingat, ada seseorang yang memakai jam tangan yang sama dengan Shotaro yang membuatku tertawa miris saat mengingatnya kembali. Semua pada diri orang itu ada di diri Shotaro. Menyedihkan sekali untukku.

"Sakit?" tanyaku kepada Shotaro, aku masih memandangi jam tangannya. Aku mengingat kejadian di UKS tadi dimana Shotaro merasa kesakitan di dadanya dan jam tangannya itu berbunyi nyaring. "Sori, gue harusnya nolongin lo," lanjutku. Aku meminta maaf kepada Shotaro karena telah meninggalkannya begitu saja. Seharusnya aku menolongnya kala itu.

Aku menatap Shotaro setelah selesai memandangi jam tangan Shotaro. Laki-laki itu memandangku lalu tersenyum manis sampai matanya menjadi garis. Senyumannya benar-benar terlihat sangat candu dan membuat jantungku berdetak kencang saat itu juga. Laki-laki ini begitu manis saat tersenyum. Shotaro memiliki senyum yang sangat indah.

"Gak apa-apa. Aku gak tau apa masalah kamu sampai kamu shock, yang penting kan aku sekarang baik-baik aja," sahut Shotaro dengan nada bicaranya yang terdengar lembut. Hatiku menghangat saat itu juga.

"KAK!"

Aku dan Shotaro refleks menoleh ke belakang bersama-sama ketika mendengar suara nyaring dari depan pintu masuk belakang rumah. Aku melihat seorang gadis kecil yang membawa boneka beruang yang sudah usang tengah memasang wajah panik dan air matanya yang sudah mengalir deras, dia tidak menangis terisak.

Shotaro dengan cepat menghampiri anak tersebut. Dia kini berlutut di depan anak kecil tersebut untuk menyamakan tingginya dan memegang kedua pundak anak kecil itu. Aku berdiri dari kursi taman lalu perlahan mendekati mereka untuk tahu apa yang sebenarnya mereka bicarakan.

FROM HOME || Shotaro Osaki [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang