3

2.6K 138 15
                                    




Pete berusaha bangkit dari posisi Meringkuk nya, ia tidak tahu pukul berapa saat ini yang jelas Tubuhnya remuk serta sakit dan memar di mana-mana.
Pete tidak bisa bergerak spontan karena pangkal perutnya sangat sakit sebab itu ia hanya menggeser pelan agar bisa duduk di bibir tempat tidur.
Rasa haus pada tenggorakan nya memaksakan Pete agar meraih segelas air putih yang ada di atas nakas dan  meneguknya berlahan hingga isinya habis.

Suara kunci yang di buka dari luar membuat Pete sangat ketakutan bahkan keringat dingin mulai membasahi pelipisnya hingga ke dua tangannya mengenggam gelas gemetar,terlebih lagi saat kenop pintu tersebut mulai diputar dari luar membuat air mata Pete menetes seketika saat ia mengingat kembali kejadian tadi malam.

"Ya Tuhan nak Pete.. " Pasiri menghampiri Pete saat melihat keadaannya sangat memprihatinkan, wajah Pete di penuhi bengkak serta membiru bahkan bagian mata Pete mengalami pembekuan darah.
Pete lega sesaat meski air mata nya tetap mengalir deras.

"Nak ini bibi... Sadarlah.. " Pete hanya sibuk menangis ketakutan hingga ia tidak sadar pasiri telah berada di hadapan nya,pasiri mengusap berlahan pipi membengkak Pete karena ia  tidak menyangka jika remaja ini masih bertahan meski jejak darah bertebaran di tempat tidur, terlebih lagi yang memprihatinkan darah Segar masih mengalir menyusuri pahanya saat pete ingin bangkit, melihat keadaan itu membuat pasiri semakin kasihan.

"Bibi bantu bersihkan na.. " Bujuk pasiri saat pete ingin melangkah ke kamar mandi disertai tangisan nya, tapi pete hanya menggeleng singkat lalu melangkah pelan meninggalkan pasiri yang masih iba padanya.

Menurut pete semua orang yang ada di rumah itu sengaja ingin membuat nya tersiksa, karena itu pete tidak mempercayai mereka seperti ia mempercayai tui kemarin.


Pete menagis sejadi-jadinya setelah berada di dalam kamar mandi,,ia mengguyur tubuhnya yang sakit dan penuh lebam ituvdi bawah shower hingga menghabiskan waktu cukup lama menumpahkan rasa kebencian nya pada  ae dan nasib yang selalu mempermainkan nya selama ini.

Cukup lama pete merasa lebih baik meski rasa sakit pada tubuhnya tidak menyurut setidaknya lelahnya sedikit berkurang dengan mandi barusan.
Pete ingin keluar dari kamar mandi tersebut setelah melilitkan handuk putih pada pinggangnya tapi setelah ia membuka pintu seketika Pete gemetar ketakutan karena ae tepat berdiri di depan nya.
Seketika Pete ingin menutup pintu tersebut tapi dengan sigap ae menahan dengan mendorong nya kedalam.

"Satt..! Apa kau tidak jera hah..! " Teriak ae menahan pintu agar tidak di tutup oleh Pete.

"Pete mohon lepas..! " Pete sekuat tenaga mendorong agar pintu itu tertutup kembali.

"Jalang siall..! " Ae sudah cukup bersabar menunggu lama remaja itu dari tadi dan kini kesabarannya telah pupus bersama dengan kelakuan Pete yang kembali memancing emosinya.

Braaakk!

Pintu terbanting paksa hingga terbuka sedangkan Pete jatuh terduduk di lantai akibat dorongan ae yang kuat membuatnya terpental .

"Brengsek...!  Kau ingin bermain-main kasar hah..? "Setelah Ae masuk ke dalam lalu dengan marahnya menarik rambut Pete hingga ia meringis kesakitan.

" Sakit..lepasss... "Pete mencoba melepaskan cengkraman tangan ae dari rambutnya tapi sayang ae tidak menunjukkan bahwa ia akan dilepaskan bahkan kini ae menyeretnya keluar dari kamar mandi membuat Pete sangat ketakutan.

" Seharusnya kau menjadikan permainan tadi malam sebagai pelajaran jalang agar kau belajar bersikap lebih baik pada majikan mu..!! "Ae menarik paksa rambut Pete hingga ia berdiri.

"Sakit phiii hiks.. " Air mata Pete seolah-olah tidak ada hentinya mengalir terlebih lagi saat ini ia kembali mengalami kekerasan.

"Sakit..! katamu emm..?! " Ae semakin menarik rambut Pete hingga ia sedikit berjinjit karena ae sengaja melakukan itu agar Pete jera. Pete memegangi satu tangan ae yang menjambak rambutnya agar  terlepas tapi sayang kekuatan pria itu tidak sebanding dengan Pete hingga membuat Kepalanya sangat sakit.

𝕄𝕪 𝕊𝕝𝕒𝕧𝕖 (Mpreg) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang