12. Semakin Kesal

45 24 22
                                    

Tidak jarang manusia yang merasa kesal, akan ditambah dengan masalah lain yang membuatnya semakin kesal. Tetap mengendalikan diri dan positif, bisa jadi pilihan yang tepat.

...


"Shania tunggu!" Shania mendadak memberhentikan motornya. Ia membuka kaca helmnya dan melihat Shepia berlari ke arahnya. Untungnya, Shania belum terlalu jauh dari rumah.

"Ada apa, Mbak?"

"Sori buat kejadian adik lo kemarin," kata Shepia setelah menghampiri Shania.

"Eh, nggak apa, udah lupa,"

"Buat permintaan maaf keluarga gue, ini tiket nonton konser buat lo," Shepia menyerahkan sepotong kertas yang merupakan tiket nonton konser musik rock.

"Makasih, Mbak." Shania tidak bisa menolak pemberian seseorang, ia menyimpan tiket itu di dalam tas ranselnya.

"Lo harus dateng! Gue maksa!" Shepia menampakkan muka garang ala-ala dirinya, membuat Shania hanya bisa menganggukkan kepala.

"Kalau gitu, aku pergi dulu, Mbak. Daaah!" Shania melajukan motornya dengan pelan awalnya, kemudian berakselerasi menjadi lebih cepat.

Jam tangannya sudah menunjukkan pukul enam lebih dua puluh menit. Sekarang Shania di jalan sembari memikirkan bagaimana cara dia bisa menghindar dari menonton konser yang pastinya bakal ada sosok Reyhan di sana. Bahkan lebih buruknya, Shania harus rela duduk di boncengan Reyhan. Huft, itu adalah kemungkinan yang paling menjengkelkan.

.
.
.

"Shaaan! Ya ampun si Angga baik-baik aja kan? Dia nggak sakit kan?" Cecar Nesa, sementara seseorang yang dilempari pertanyaan baru saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas.

"Emm dia agak demam sih, emangnya kenapa khawatir banget?"

"Gimana gue nggak khawatir coba? Adik lo jelas-jelas habis dapet kejadian buruk kayak kemarin, aduuh siapa sih Shan cowok itu? Kalau ada di depan gue udah gue pijak-pijak tau," jawab Nesa dengan menggebu-gebu.

"Emangnya lo tau dari mana?" Shania penasaran bagaimana teman sebangkunya itu bisa tahu mengenai kejadian kemarin malam.

"OMG, semua orang di sekolah tuh lagi pada ngomongin lo sama si Ardi gara-gara berita kalian nyebar di sosial media," kata Nesa yang sukses membuat Shania membelalakkan matanya.

"Hah? Jadi beritanya ada dimana-mana gitu? Masa sih?" Shania masih belum percaya dengan perkataan Nesa sampai akhirnya Nesa sendiri yang menunjukkan berita itu dari ponselnya pada Shania.

"Noh, baca sendiri beritanya!"

HEADLINE NEWS
GADIS DI ALUN-ALUN KOTA DIPEREBUTKAN DUA PRIA HINGGA BAKU HANTAM

"Ya Allah, ini apa-apaan, kemarin tuh nggak gini yang sebenernya," Shania memandang tidak percaya dengan berita yang tengah ia baca dari telepon genggam Nesa. Nesa hanya membalas dengan mengangkat kedua bahunya.

"Selamat pagi semua." Suara guru menginterupsi, Shania mengembalikan ponsel digenggamannya pada empunya.

Huft, tarik nafas buang nafas

Shania berusaha mengkonsentrasikan dirinya pada pelajaran yang tengah berlangsung. Entah mengapa rumus-rumus fisika yang tertulis di papan terasa lebih sulit daripada biasanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARSHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang