ch 8 - Reach you

544 79 22
                                    


"Ada apa ini?" Sontak saja semua mata tertuju pada seorang gadis muda yang berdiri tepat didepan pintu serta raut wajah yang ditampilkan menunjukkan kesan pahit.

"Lisa, kemarilah.. Ada suatu hal yang ingin bibi sampaikan kepadamu," Wanita tua itu mengayunkan tangannya memanggil Lisa untuk mendekat, suaranya begitu lembut juga senyuman manis ikut dipamerkan.

Sedangkan Lisa masih saja terpaku ditempat, ia malas berurusan dengan mereka semua. Mengapa juga harus sekarang, ia baru saja pulang dari sekolah dan saat sampai malah disuguhkan jamuan memuakkan seperti ini. Bahkan semua orang duduk melingkar diruang keluarga seperti akan ada pesta meriah.
Seperti tidak berdosa mereka tertawa, bercerita, bergurau, dasar muka dua.

Disana Lisa tidak melihat sosok yang dicarinya sedari tadi yaitu Suho. Kakak laki-lakinya itu belum juga pulang, apakah dia keluar untuk menghindari Lisa. Pemuda itu melangkah mendekat menuju sang bibi yang masih tersenyum menatapnya. Dari raut wajah Lisa, ia tidak menampilkan senyuman ceria maupun nada hangat. Hanya raut wajah datar serta suara dalam cukup dingin menenggelamkan.
Kini tatapan tajamnya tertuju pada satu orang disudut kiri, pria berkisar dua puluh tahun itu tersenyum hangat kepadanya. Membuat Lisa muak dan berdecih pelan, ia masih menyimpan tata krama meskipun semua orang di ruangan sesak ini cukup dirasa kurang ajar.

Samar-samar Lisa memamerkan seringainya yang mematikan, "Kenapa? Kenapa kalian semua ada disini. Perlu bantuan ku?"
Mendengar ucapan yang menghunus itu. Semua orang disana termasuk pria itu, kini menatap Lisa terperangah. Suatu resiko jika harus berhadapan dengan Lee Dae Alicya.
Semua akan terkena perkataan tajam dari gadis itu yang mampu menusuk akal sehat.
Satu kali terpancing maka jangan harap kamu bisa terlepas.

Hanya beberapa kata, tapi mampu membungkam mulut mereka. Lisa sungguh bangga pada dirinya sendiri.
Dilihat semua orang masih saja terdiam, Lisa melangkahkan kaki jenjangnya pergi.
Tapi urung kala seseorang selalu saja menghentikan. Tanpa berbalik ia mendengar ucapan memohon dari satu orang yang sangat dikenalnya, menciptakan senyuman yang terasa remeh muncul tanpa disadari.

"Ayah mohon kepadamu, satu kali ini saja. Maka kamu tidak akan dihadapkan dengan masalah ini lagi Licya," mohon seorang pria berusia sekitar empat puluh tahunan tersebut.
Ayah Lisa, Lee seo Han-eul.

Ucapan tadi mampu membuat Lisa berbalik menatap kembali mereka. "Jangan panggil namaku dengan mulut kotormu tuan Han-eul, aku tidak sudi jika namaku akan ternodai. Serta apa kau bilang, satu kali? Mungkin aku salah dengar, baiklah. Dengarkan perkataan ku ini, dulu kalian berjanji untuk tidak melibatkan diriku didalam masalah ini bukan? tapi apa. Apa yang aku dapatkan, kalian kembali melibatkan ku dalam masalah keparat ini,"

"Bukan beg-"

"Diam. Aku belum selesai, satu lagi. Kakak ku kembali kalian racuni oleh hal-hal memuakkan itu hingga ia tidak peduli kepadaku, begitu?
Jika kalian semua ingin aku pergi, mengapa aku harus dibesarkan terlebih dahulu kemudian dibunuh secara perlahan. Mengapa tidak saat aku lahir kalian langsung meremukkan tulangku dan membuangnya ke sungai Han?"

Kalimat demi kalimat yang diucapkan sungguh menyakitkan, juga sebisa mungkin menahan air mata yang kapan saja akan luruh.
Dalam hatinya bergemuruh hebat, tapi Lisa mengeluarkan semua curahan dipikirannya selama ini dengan nada tenang juga datar yang menjadi ciri khasnya selama ini.
Jika tenang sudah di remehkan, maka jangan salahkan berontak yang menyakitkan.

OUR STORY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang