[36] When the time

81 23 3
                                    

Balutan gaun putih dengan segala pernak-pernik membuat sosok gadis itu menjadi sosok wanita yg tidak mudah dikenali. Hiasan terakhir, dan... Selesai. Gadis itu membuka matanya, mahkota putih itu bersinar terang dengan warna yg memikat semua mata.

"Wahhh, cantik sekali!"

Gadis yg sedang menatap cermin itu memalingkan wajah nya ke arah pintu, menatap sosok sahabat-sahabat nya yg datang.

"Makasih udah datang!" Ucap Yuki pada Frans, Agam, Bagas, Karin dan terakhir adalah saudaranya, Nauval.

"Cantik banget sih Yu, gemess!" Ujar Frans yg langsung duduk di kursi dan menatap Yuki tanpa kedip. Rasanya ada sesuatu yg sesak di dalam hatinya, Frans rela dianggap hanya sebatas sahabat saja oleh Yuki. Tapi kali ini, rasanya benar-benar berbeda, Saat Yuki hendak menikah. Ia tidak rela, benar-benar tidak rela melihat sahabatnya nya itu sendiri akan menjadi milik orang lain.

"Yee, ngapain lihat-lihat lu? Entar mewe lagi kan istri lu yg bete!" Ujar Bagas lalu menghampiri Yuki

"Tapi serius deh Yu, lu kok udah kayak bidadari aja ya? Gak rela gue bentar lagi lu bakal jadi Hino orang, kesel gue!"

Yuki tidak menyahut, ia hanya memutar kedua bola matanya dengan kesal. Frans dan Bagas ini memang tidak ada bedanya.  Sama-sama menyebalkan.

"Adek gue bentar lagi bakal punya keluarga baru!"

Kali ini Naluval yg berjalan mendekat dan menatap Yuki dengan mata yg sedikit berkaca-kaca. Ia senang dengan hari ini, hari pernikahan adiknya. Gadis yg teramat ia sayangi. Tapi pertanyaannya, apakah adiknya itu bahagia sekarang?

"Bang!" Ujar Yuki dengan suara yg bergetar "Mama gak hadir?" Ujar Yuki

Nauval menghela nafas nya, ia mendekap adiknya itu erat "Abang yg bakal gantiin ayah dan ibu buat kamu!" Bisik Nauval

Nafas Yuki memberat, air matanya sudah tidak tertahan dan detik berikutnya air mata itu bercucuran keluar. "A-aku...!"

"Sttt, udah sayang. Gak usah nangis, gak ada gunanya. Sekarang ada hari bahagia mu, hari dimana kau memilih sosok lelaki yg kau percaya untuk kau jadikan sosok yg akan menemani mu sepanjang sisa hidup mu!"

Nauval melepas kan pelukan nya lalu menghapus jejak sisa air mata di wajah Yuki. Untung saja make-up adiknya itu anti air. Jika tidak, sudah dipastikan bahwa Yuki harus di dandan ulang.

"Yu, jangan nangis dong. Kami kan ada Yu, sekarang kamu harus bahagia!" Ujar Frans ikut berdiri dan hendak memeluk Yuki, tapi..

"Iya yah, main peluk calon istri orang. Nanti malam gak aku kasih jatah ya mas!"

Frans yg mendengar suara maut itu menghentikan niat nya yg hendak memeluk Yuki. Ia menatap ke arah pintu, lalu menggaruk kepalanya yg tidak gatal. Sosok Cindy dengan perut nya yg sudah mulai membesar itu menatap nya dengan garang. Mata melotot dan tangan di pinggang. Bak malaikat maut yg hendak mencabut nyawa.

"Yahh, 'yang' kamu salah paham !" Ujar Frans lalu berjalan mendekati Cidny

"Setop mas, jangan mendekat. Nanti aku beneran gak ngasih!" Ujar Cindy dengan mata melotot

"Yah, yang... Jadi aku harus gimana? Masa berhenti di sini?"

"Kamu itu ya, lihat cewek dikit bening aja gak bisa. Main digoda aja, udah tau bentar lagi udah mau jadi ayah. Masih aja gitu, gimana nanti anak kamu hah?'' teriak Cindy

"Aduh yang.."

Frans tidak mendengar perintah Cindy yg menyuruhnya berhenti. Ia tetap berjalan mendekati Cindy yg masih setia di ambang pintu.
"Yangg!" Ujar Frans sambil menatap Cindy yg berada di atasnya karena posisinya yg sekarang berjongkok . Sementara Cindy masih bete, ia masih memalingkan wajah nya

Behind the MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang