ITSM 9

774 130 1
                                    

"Eh?"

Kun menoleh kala suara temannya memasuki indra pendengarannya.

"Kenapa, Ten?" tanyanya.

"Hyung tidak menjemput Renjun?"

Kepala Kun menggeleng, lantas kembali pada kegiatannya untuk menaruh krim pada kue yang sedang ia buat. "Dia sudah besar."

"Tapi Hyung, bagaimana jika Renjun tersesat? Kalian kan belum genap tinggal dua minggu di Seoul," Ten mengutarakan pendapatnya. Pemuda keturunan Thailand itu hanya takut jika terjadi sesuatu yang buruk pada Renjun. Anak itu sudah dia anggap seperti adiknya sendiri, meski mereka belum lama saling mengenal.

"Ada beberapa alasan mengapa aku tidak menjemputmya hari ini, Ten. Pertama karena aku tidak enak pada kau dan Doyoung jika terus menerus membolos hanya untuk menjemput Renjun. Kedua, aku yakin jika anak itu juga tidak ingin aku jemput lagi," Kun terkekeh. Membayangkan jika Renjun marah karena ia menjemputnya membuat pria tampan itu mengulas senyum kecil.

"Lagi pula, kemarin aku menjemputnya agar dia punya kesan yang baik di hari pertamanya sekolah."

Ten memangut-mangutkan kepalanya tanda mengerti. Begitu bijak pola pikir laki-laki di hadapannya. Dia saja yang umurnya tidak berbeda jauh dengan Kun, tidak bisa berpikir seperti itu.

Tepukan di pada bahu mengalihkan atensi pemuda asal China tersebut.

"Entah aku bisa membantu atau tidak, tapi jika butuh bantuan, jangan segan untuk meminta padaku, Hyung."

Kun mengangguk. "Terima kasih, Ten."

Baru saja Ten akan pergi menuju meja kasir kembali, saat tiba-tiba pintu belakang terbuka dan sosok Renjun muncul di sana.

"Injun, tidak tersesat, kan?" paniknya, bahkan mungkin melebihi Kun yang terus berkutat pada pekerjaannya sambil terkekeh pelan mendengarnya.

"Tersesat?" tanya Renjun bingung, namun satu detik setelahnya anak itu tertawa pelan lalu mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya. "teknologi harus digunakan sebaik mungkin, Ten Hyung."

Rasanya, Ten ingin menenggelamkan dirinya sendiri ke rawa-rawa saat itu juga. Bagaimana mungkin dia bisa lupa jika teknologi sudah begitu canggih hingga mencari suatu tempat saja bisa sangat mudah?

Pemuda pendek tersebut menggaruk kepalanya untuk menutupi rasa malunya. Tanganya mendorong tubuh yang tak kalah kecil dengannya menuju toilet.

"Sudah sana ganti baju dulu, setelah itu jangan lupa untuk makan."

Masih dengan tawa pelannya, Renjun menuruti laki-laki yang selalu memperhatikannya layaknya seorang kakak itu.

***

Kring~

Bunyi lonceng yang terdengar nyaring itu membuat Renjun segera berdiri dan menghampiri si pelanggan yang sudah duduk di salah satu kursi di sana.

Ekspresi terkejut begitu terlihat jelas di wajah tampannya saat tahu siapa yang menjadi pelanggannya kali ini.

"Na ssaem?"

"Renjun?"

Keduanya sama-sama tak pernah menyangka akan bertemu di tempat seperti ini dengan status yang berbeda dari saat di sekolah. Jaehyun sebagai pelanggan dan Renjun sebagai pelayan. Perbedaan kasta yang begitu jauh.

"Kau bekerja di sini?"

Anggukan kepala menjadi jawaban dari pertanyaan Jaehyun tadi.

"Ingin pesan apa, ssaem?" tanya Renjun, siap mencatat pesanan sang guru.

Injun's Three Secret Missions✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang