ITSM 19

644 108 2
                                    

Hanya kegelapan yang dilihatnya saat mata indah itu tertutup. Tidak ada ketakutan dalam dirinya karena merasa jika ini memang sering terjadi. Tidak ada yang spesial, tapi entah mengapa bibir itu tiba-tiba saja tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman.

Tubuhnya berubah menjadi lebih relaks dari sebelumnya. Kepalanya bergerak kecil ke kanan dan kiri untuk mendapatkan kenyamanan lebih.

Cahaya putih sudah mulai terlihat oleh netranya, membuatnya antusias. Kakinya berlari menuju cahaya tersebut jika saja

"Jae hyung!"

Sebuah suara tidak lebih dulu terdengar.

Jaehyun membuka matanya secara spontan. Kepalanya menoleh ke samping hingga dirinya mendapati laki-laki mungil tengah duduk di sampingnya.

Dadanya di elus karena kaget hingga jantungnya berdetak dengan kencangnya.

"Kau mengagetkan Hyung, Njun."

Renjun menyengir dengan kekehan kecilnya, "Maaf," begitu sesalnya.

Melupakan keterkejutannya barusan, tangan besar itu terangkat hingga mendarat di pipi yang lain muda. Elusan lembut ia berikan di sana hingga siempunya pipi memejamkan mata.

Jaehyun enggan mengakui ini, tapi semua ini terasa begitu nyata untuk sebuah fantasi semata.

Bibirnya memang membentuk senyuman, tapi tidak bisa di sembunyikan lagi jika raut kesedihan terpampang jelas pada wajah tampannya.

"Katakan pada Hyung jika ini semua nyata, Njun."

Barulah Renjun membuka matanya. Tatapannya begitu sendu hingga Jaehyun tidak dapat menahan dirinya lagi. Ditariknya tubuh mungil itu ke dalam dekapannya.

Aroma khas seorang Huang Renjun mengguar dalam inderanya kala tubuh mereka berpelukan. Sudah Jaehyun bilang jika ini semua terlalu nyata untuk sebuah fantasi semata.

Rambut legam itu diusaknya pelan yang lagi-lagi membuat siempunya rambut memejamkan matanya karena merasa nyaman.

Cukup lama sampai akhirnya pelukan keduanya harus terlepas meski dengan tidak relanya.

Netra itu kembali beradu pandang dengan senyuman di masing-masing wajah walau sebenarnya mereka tahu jika itu hanyalah senyum palsu untuk menutupi rasa sakit dalam dada.

"Sudah lama kau tidak menemui Hyung, Njun. Padahal setiap kali menutup mata, Hyung selalu berharap jika kita akan bertemu."

Si kecil meringis, merasa bersalah karena secara tidak langsung, dirinya sudah membuat Jaehyun menunggu dengan ketidakpastian. "Ah, maaf Hyung."

"Kenapa?"

"Rindu," rengek laki-laki berdarah China tersebut.

Jaehyun terkekeh pelan sebelum akhirnya memberikan pelukan singkat pada remaja yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri.

"Ada yang ingin kau katakan pada Hyung, Njun?" Jaehyun bertanya. Dirinya merasa aneh saat sudah lama Renjun tidak menemuinya, lalu datang secara tiba-tiba seperti ini.

Helaan napas terdengar dari si mungil. Kepalanya tertunduk ke bawah. Hingga jemari besar itu menyentuh dagunya dan mendongakan wajahnya dengan paksa.

"Kenapa, hm?"

Memilin ujung pakaian putihnya, Renjun memberanikan diri menatap manik tajam itu. "Aku hanya... Harus melakukan ini."

Injun's Three Secret Missions✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang