ITSM 11

713 118 1
                                    

"DOR!!"

Tubuh kecil yang tengah duduk di halte bus itu terlonjak kala ada yang mengagetkannya. Qian Renjun mendengus, sedangkan Park Jisung - orang yang mengangetkannya hanya tertawa melihat ekspresi teman yang sudah dianggapnya sebagai kakak tersebut.

Merasa tidak enak, Jisung mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya, membentuk V sign sebagai tanda permintaan maafnya pada yang lebih tua. Tak lupa cengiran menggemaskan ala kadarnya yang ditampilkan oleh anak tersebut.

"Sorry."

Renjun tidak marah, sungguh. Tadi itu ia hanya kaget saja hingga dengan refleks malah mendengus. Tangan kanan pemuda itu merangkul pundak Jisung sedang tangan kirinya mengacak tatanan rambut yang sudah rapi tersebut hingga kini menjadi berantakan.

"Tidak pulang bersama Chenle dan Sungchan?"

Jisung menunduk. Tidak tahu harus jujur atau tidak pada pemuda di sampingnya.

Saat tengah asik berkutat dengan pikirannya sendiri, dagunya tiba-tiba terangkat, hingga kini manik keduanya bersibak saling menatap.

"Ada masalah?"

Hembusan napas anak tinggi itu terdengar berat, "Eomma tidak mengizinkanku untuk pulang bersama Chenle," jujurnya.

Ah, pantas saja sudah lebih dari empat hari Jisung selalu pulang bersamanya menggunakan bis. Jadi itulah alasan yang sebenarnya.

"Kenapa?"

"Eomma bilang, aku tidak boleh terus merepotkan Chenle. Menyebalkan sekali, padahal bukan aku yang ingin ikut dengannya, tapi dia yang mengajakku," gerutu Jisung.

"Ya, ibumu tidak sepenuhnya salah."

"Hyung membela eomma?" Jisung bertanya dengan tatapan tidak percaya, juga ekspresi sedih yang terkesan di buat-buat.

"Bukan begitu, Jisungie. Maksudku adalah-" Renjun sendiri bingung harus menjelaskan bagaimana pada anak di depannya. Ia hanya takut jika Jisung salah mengartikan ucapannya.

"Apa?"

"Begini," Renjun membalikkan tubuhnya hingga menghadap Jisung sepenuhnya. "Ibu mu hanya tidak ingin terlalu merepotkan temanmu. Mungkin memang Chenle yang menawarkannya, tapi tetap saja, kita sebagai manusia juga harus tahu diri. Tidak boleh terus-terusan merepotkan orang lain meski orang yang kita repotkan tidak merasa direpotkan sama sekali."

Jisung mengangguk-anggukan kepalanya. Selama ini dirinya hanya sedikit merah pada sang ibu karena melarangnya pulang dengan Chenle tanpa pernah berfikir seperti yang Renjun katakan padanya tadi.

"Mengerti, Jisungie?"

Mata anak itu tenggelam akibat tersenyum dengan begitu lebarnya. "Understand, sir."

Dan bagaimana Renjun tidak gemas pada anak di depannya jika Park Jisung saja begitu menggemaskan?

"Oh, iya Hyung. Ada yang ingin aku katakan pada Hyung."

Sebelah alis Renjun terangkat, tampak penasaran dengan apa yang akan anak itu katakan padanya.

"Hm?"

"Kemarin ada yang menanyakan Hyung padaku."

"Ye?"

Anak itu hanya mengedikkan bahunya. "Saat aku baru turun dari bis, ada beberapa orang yang menghampiriku dan menanyakan beberapa pertanyaan tentang Hyung."

"Pertanyaan apa?"

"Mereka menanyakan apa aku kenal dekat dengan Hyung, juga menanyakan apa saja yang aku ketahui tentang Hyung."

Injun's Three Secret Missions✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang