ITSM 14

709 126 1
                                    

Bagi Qian Renjun, belajar individu lebih baik dari pada belajar kelompok. Karena di saat itu, dirinya hanya akan diam tanpa di ajak bicara oleh teman satu kelompoknya.

Seperti saat ini contohnya. Pelajaran sastra Korea mengharuskan mereka untuk belajar secara berkelompok dan tidak ada satu orang pun yang Renjun kenal dari teman satu kelompok nya itu.

Mungkin, kelompok hanya embel-embel semata, karena nyatanya Renjun harus mengerjakan tugasnya sendiri. Tidak ada satu pun yang mengajaknya bergabung dengan mereka. Hanya Renjun sendiri yang duduk di belakang, sedangkan yang lainnya duduk di depan.

Berbeda dengan Renjun, Jaemin sedari tadi terus saja memperhatikan kelompok si bungsu Qian dengan tangan yang terkepal kuat. Amarahnya memuncak begitu saja saat melihat sahabatnya di acuhkan dan tidak dianggap di kelompoknya sendiri.

Andai saja tiga hari yang lalu Renjun tidak memintanya untuk tidak mengganggu lagi, andai saja saat itu Jaemin mengaibaikan permintaan Renjun, andai saja Jaemin tidak menuruti keinginan pemuda Qian tersebut, mungkin sekarang beda lagi ceritanya. Mungkin, Jaemin akan dengan lantangnya mengajukan diri agar bisa  satu kelompok dengan Renjun-nya, namun tidak bisa.

Demi apa pun, sungguh, Jaemin tidak bisa diam saja melihat semua ini. Karenanya, adik dari Na Jaehyun tersebut berdiri, lantas menggebrak meja dengan keras hingga semuanya terkeget dan menoleh padanya, termasuk Renjun.

Lee Taeyong sebagi guru dari pelajaran sastra Korea pun melepas kacamata yang bertengger di hidungnya, lantas di tatapnya Jaemin dengan lekat. "Kenapa, Jaemin?"

Jaemin tak menjawab, anak itu berjalan menuju kelompok Renjun dan menarik lengan itu begitu saja agar berdiri.

Merasa tak punya pilihan lain, Renjun pun berdiri. Masih dengan tangan yang di cekal kuat oleh Jaemin.

"Renjun tidak di perlakukan dengan baik di kelompoknya, ssaem."

Wajah keempat anak itu terkejut. Mereka menunduk, merasa takut karena kini, tak hanya Jaemin yang mantapnya tajam, tapi juga Lee Taeyong.

"Ssaem lihat? Mereka duduk di depan, sedangkan Renjun-ku di belakang!" meski tahu jika dirinya sedang berbicara dengan guru, tapi Jaemin tak gentar sedikit pun.

Taeyong sendiri bingung. Dia tahu jika keempat anak itu hanya takut berdekatan dengan Renjun. Tapi tindakan ini salah. Meski takut, seharusnya mereka tidak memperlakukan Renjun seperti itu. Ah, ini membingungkan. Pria bermarga Lee tersebut tidak tahu harus berbuat apa, karena semuanya sudah mendapatkak kelompok masing-masing. Tidak mungkin juga dia merombak semua kelompok dari awal.

Karena tidak ada tanggapan dari gurunya, Jaemin pun kembali bersuara, "Renjun akan keluar dari kelompoknya dan akan satu kelompok denganku," finalnya.

Taeyong mengangguk. Tidak mempermasalahkan hal itu.

Sebelum pergi, Jaemin kembali melirik sinis keempat teman sekelompok Renjun. "Hanya orang-orang bodoh yang menyia-nyiakan orang sepintar Renjun-ku," sinisnya, menarik tangan itu untuk ikut dengannya.

Memang, kelas 11 A adalah kelas unggulan. Anak-anak di kelas itu semuanya pintar. Tapi, ingatlah, masih ada yang paling pintar dari yang terpintar. Dan Renjun adalah orang itu. Mungkin semua siswa di kelas itu pintar, tapi Renjun lebih pintar. Ingat bukan jika Renjun masuk ke sekolah itu melalui jalur beasiswa? Kepintaran seorang Qian Renjun memang tidak main-main. Sama seperti... Huang Renjun.

Renjun bingung, tidak tahu harus berbuat apa. Ia ingin sekali berterima kasih pada Jaemin yang telah menyelamatkan nya hari ini, namun ego melarangnya melakukan hal itu.

Injun's Three Secret Missions✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang