ITSM 15

727 125 17
                                    

Ketakutan Kun terjadi. Setelah kejadian kemarin sore, besok paginya Renjun demam tinggi. Hingga dengan terpaksa ia harus mengambil cuti agar bisa menjaga adiknya.

"Gege pergi saja. Aku bisa menjaga diri."

Namun, Renjun terus saja mengoceh, menyuruhnya untuk tidak bolos bekerja lagi.

Kun tidak menggubrisnya, setelah mengecek suhu badan sang adik, si sulung Qian tersebut pergi menuju dapur dan segera berkutat dengan bahan makanan di sana.

Waktu empat puluh lima menit cukup untuknya membuat samgyetang yang masih mengepul mengeluarkan uap panas untuk segera di sajikan pada adiknya guna sarapan.

Buru-buru Renjun menyembunyikan ponsel yang tadi di mainkannya ke bawah bantal - takut jika Kun akan menceramahinya habis-habisan jika dirinya tertangkap basah.

Namun, tetap saja, sang kakak melihatnya hingga helaan napas keluar dari mulutnya.

Samgyetang panas tersebut diletakkan di atas nakas, lantas pemuda tersebut mencondongkan tubuhnya agar bisa mengambil ponsel yang tadi disembunyikan adiknya.

"Ge!" pekik Renjun, berusaha menahan agar Kun tidak mengambil benda pipih tersebut.

"Fokuslah pada kesembuhanmu, Injun. Jangan terus bermain ponsel! Kau ingin minus di matamu bertambah?" decaknya kesal.

Renjun tidak bisa melawan lagi, yang anak itu lakukan hanyalah melengkungkan bibirnya ke bawah karena kesal.

"Waktunya sarapan."

Wajahnya di palingkan ke arah berlawanan dari tempat duduk kakaknya. Nampaknya, Qian Renjun benar-benar merajuk saat ini. "Tidak berselera."

"Hey," Kun memaksa agar si bungsu menatapnya, "berapa umurmu, hm? Kenapa tingkahmu begitu menggemaskan, Injun?"

"Kun Ge! Aku sudah besar!" pekik Renjun tak terima.

"Jika kau sudah besar," Kun menjeda ucapannya untuk mengambil samgyetang yang sebelumnya ia abaikan. "Berhentilah merajuk dan makan sarapanmu, okay?"

Meski dengan dengusan kesal juga wajah yang ditekuk dan bibir yang mengerucut, tapi Renjun tetap menurutinya. Dengan bantuan sang kakak, anak itu duduk bersendar di kepala ranjang lalu menerima suapan dari kakaknya.

Hanya sekitar lima suap, tapi si bungsu Qian sudah mengaku kenyang dan Kun tidak menuntut adiknya untuk makan lebih banyak lagi karena ia tahu jika mungkin saja semua yang masuk ke mulut anak itu terasa hambar. Jadi, Kun memakluminya. Lagipula, ia sudah sangat bersyukur karena ada makanan yang masuk ke dalam perut adiknya meski hanya sedikit.

Setelah meminum obat, Renjun kembali berbaring, lalu mulai memejamkan matanya.

Qian Kun tersenyum tipis, lantas mengelus rambut hitam adiknya penuh kasih sayang.

"Cepat sembuh, Injun. Gege tidak ingin melihatmu sakit seperti ini lagi."

***


Brak

Jaehyun nyaris mengumpat jika saja tubuh adiknya tidak segera muncul di ambang pintu ruangannya dengan wajah khawatir.

"Tidak bis-"

"Hyung... Kenapa Njun tidak sekolah hari ini?"

Hanya karena masalah sepele seperti itu, Jaemin sampai menggebrak pintu ruangannya? Yang benar saja!

"Sakit," jawabnya singkat. Tadi pagi, Jaehyun mendapatkan kabar dari kakaknya Renjun jika anak itu tidak bisa masuk sekolah karena sakit.

Mata Jaemin membulat sempurna. "A-apa?"

Injun's Three Secret Missions✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang