"Seminggu gak sekolah kemana aja? Gak ada kabar. Di chat gak ada respon," Tanya Yunjin pada Chayoon yang baru saja sampai di kelas.
"Loh bukannya ayahku udah kirim surat? seharusnya kalian tau lah," Jawabnya sambil duduk di bangku diikuti Ryujin dan Yunjin.
Kedua temannya bertatapan, "Gak ada surat dari orang tua lo, maka kita tanya sekarang."
Chaeyoon menggeleng tak setuju, "Ayahku udah bilang kalo dia sendiri yang kirim surat ke sekolah."
"Emang lo ngapain sih pakek acara gak masuk sekolah?"
Chaeyoon cuma menggeleng sambil menampakkan ekspresi wajah yang tidak bisa dijelaskan, "Aku gak bisa cerita sekarang, mau masuk juga panjang pokoknya. Tapi ini cuma masalah sepeleh kok, beneran." Yeji tiba - tiba datang dan merangkul ketiga sahabatnya, "Sepeleh buat lo tuh bisa gak sepeleh buat kita Chae."
"Inget waktu lo ditampar sama ayah lo? itu fine aja emang buat lo, tapi buat kita itu udah keterlaluan banget. Apa salahnya kalo lo kerja kelompok? just because of that you got hit. Dia nampar lo Chae sampe pipi lo bengkak!"
Chaeyoon cuma senyum terpaksa mendengar itu, "Itu juga pasti karena ayahku gak mau aku kenapa - napa karena aku pulang mal-." Yeji dengan cepat memotong ucapat Chaeyoon, "Hell no babe! lo udah gede, bahkan dengan umur lo yang sekarang lo berhak nentuin kebahagiaan lo sendiri..."
"-Umm, sorry Chae gue kebawa emosi."
Chaeyoon cuma ngangguk nanggepin Yeji, "Gak papa kok, semua orang juga selalu nilai ayahku kaya gitu."
Setelah mengucapkan itu Chaeyoon langsung pergi meninggalkan kelas padahal sebentar lagi di pastikan bel masuk akan berbunyi.
"Chae?" Sapa Jeno saat ia berpapasan dengan Chaeyoon. Chaeyoon nangis? gumam Jeno saat melihat Chaeyoon mengelap air matanya sambil membalikkan tubuhnya mengikuti arah jalan tubuh Chaeyoon.
Chaeyoon sekarang pergi ketempat yang ia dan Jeno pernah datangi sebelumnya, saat dimana keduanya masih menjadi junior di sekolah ini. Tempat pertama kali ia bolos pelajaran di seumur hidupnya, untuk kedua kalinya mungkin dengan sekarang.
Perkataan yang Yeji lontarkan cukup membuatnya sedih walaupun itu termasuk salah satu kalimat yang tidak terlalu menyakitkan jika dibanding dengan umpatan yang pernah ia dengar sebelumnya yang dituju untuk ayahnya.
Chaeyoon terduduk di pojok sambil memeluk lututnya sendiri, tak ada satupun orang disana karena yang tau tempat ini hanya Jeno dan dirinya saja.
Jika boleh jujur Chaeyoon benar iri dengan kehidupan sahabatnya yang memiliki keluarga lengkap. Ada ayah dan ibu yang selalu ada, yang mengerti sepenuhnya dengan apa yang diharapkan anaknya.
Namun ia tak boleh egois karena memikirkan kebahagiaannya sendiri. Ada ayah yang membesarkan dan mendidiknya hingga sekarang walaupun tidak dengan kasih sayang? Tidak! Jaehyun sayang benar dengan anaknya. Hanya saja bentuk pemberian kasih sayangnya sedikit berbeda dengan orang tua lainnya.
Kurang lebih sekitar dua jam Chaeyoon masih dengan posisi yang sama. Namun aneh, ada yang menyelimuti pundaknya dengan Jaket, "Gak capek nunduk terus?"
Suara itu jelas berbeda dengan suara Jeno, tapi Chaeyoon merasa familiar dengan suara barusan, "Jen- A Hyunjin? maaf aku pikir Jeno," Ucapnya sambil mendongak dan mengelap sisa air matanya.
"Gue ngikutin lo waktu keluar dari kelas, sorry gue gak sopan. Lo aneh sih, jadi gue penasaran," Jawab Hyunjin sambil tersenyum.
Chaeyoon langsung berdiri dan merapikan pakaiannya, "Kamu bolos juga berarti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Best Daddy | JJH
Fanfiction❝My Father is the worst for them, but for me no one is better than Him❞ - Jung Chaeyoon. Highrank #24 in Jaerose (18-11-2020)