[If you feel bored with the stories on EROTEMA, just stop, okay? 😂 Don't push yourself too much. I'm not forcing you to read these stories because you have read the first one, it's all up to you ^^ 🍻]
Nayara's POV
Jakarta, Agustus 2019.
Aku sudah membuka mata sejak setengah jam yang lalu, kini seorang perawat wanita sedang mengganti cairan infus-ku dengan beberapa kali bertanya apa aku mengalami keluhan seperti lemas, sakit perut, pusing atau mual. Tapi dari semua keluhan itu yang kini mendominasi adalah perasaan sedih dan menyesal, aku sudah melakukan hal bodoh sampai bisa ada di sini sekarang.
Sore tadi Zaline meminta bertemu denganku untuk meminta saran mengenai gaun untuk hari pernikahannya bulan depan, dia sudah mengerucutkan pilihan dan memintaku memilihkan yang terbaik. Sejak pagi tadi aku mengalami mual-mual parah, tubuhku lemas rasanya dan rasa pusing sesekali datang ketika aku menggerakkan tubuhku, jadi aku meminta Zaline untuk datang saja ke rumah membawa booklet pilihan gaunnya. Sejam kemudian wanita itu datang bersama Den Bagus, aku menjamunya seperti biasa dan dia mendapati wajah pucatku serta tubuhku yang kuyu. Baru saja aku ingin membuatkan mereka minuman, nyatanya aku justru jatuh pingsan di ruang tamu dan mereka membawaku ke sini. Sudah tiga jam aku tertidur sampai sekarang tepat pukul 8 malam aku membuka mata dan menemukan ketiga temanku sedang duduk di sofa dekat televisi, aku mengedarkan pandanganku dan tidak menemukan suamiku ada di sini sampai setengah jam kemudian.
"Makan ya, Nay?" suara Akina membuatku menolehkan pandangan dari jendela besar yang memperlihatkan gelapnya langit malam ke arahnya yang duduk di sofa bersama Zaline dan Amika.
Aku diam menatap matanya yang sendu, mereka semua terlihat lelah karena memang baru saja pulang dari kantor dan langsung ke sini setelah Zaline mengabari mereka. "Rama belum ke sini?" tanyaku dengan suara serak alih-alih menjawab pinta Akina untuk makan.
Sejak aku bangun setengah jam yang lalu, mereka bertiga tidak ada yang membicarakan suamiku sama sekali. Kenapa Rama tidak ada di sini sejak aku membuka mata? Itu juga adalah pertanyaanku yang pertama sejak aku sadar, sebelumnya aku hanya menjawab dengan gelengan atau anggukkan dan berakhir larut dalam lamunku mengingat samar-samar suara dokter yang memeriksa kondisiku setelah menanyakan beberapa hal saat aku setengah sadar.
Akina dan Amika saling melempar pandang dan menghembuskan napas berat, sedangkan Zaline sejak tadi hanya diam duduk menyilang tangan di sofa menghadap televisi yang menampilkan acara berita, seolah acuh dengan pertanyaanku atau dia juga sedang terlarut dengan pikirannya sendiri. Tidak ada satupun dari mereka yang membalas pertanyaanku, mereka hanya terdiam, aku juga dibuat terdiam dan kembali sibuk dengan isi kepalaku. Tadi setelah Zalina dan Den Bagus membawaku ke Rumah Sakit, aku yang setengah sadar karena terlalu lemas sedikit melakukan pembicaraan dengan seorang dokter wanita. Dia memberikanku berbagai macam pertanyaan yang aku jawab dengan jujur mengenai alasan kenapa aku bisa jatuh pingsan, aku memang melakukan kebodohan yang bisa berakibat fatal.
Seminggu ini, aku mengurangi jatah makan beratku, walaupun itu tidak bisa dibilang mengurangi karena aku sesekali bahkan tidak menelan makanan sama sekali, hanya dua sampai tiga potong buah yang aku telan dan setengah gelas susu untuk ibu hamil. Jika makan bersama Rama, aku memilih porsi sedikit, jika Rama memaksa untuk menambahkan porsiku aku akan beralasan mual dan mengeluarkan kembali isi perutku. Itu semua jelas adalah kebodohan yang aku lakukan seminggu kebelakang sampai aku bisa terkapar di sini dengan cairan infus yang mengalir di dalam pembuluh darahku. Entah aku kerasukan setan apa, pikiranku kacau sekali melihat berbagai komentar buruk yang aku dapatkan dari hasil performaku di event yang sangat aku tunggu-tunggu, seperti kata Rama, itu adalah salah satu mimpi kecilku. Dan aku dibuat kecewa karena banyak sekali dari mereka yang mengomentari bentuk tubuhku yang berubah semenjak hamil, aku yang terlihat buruk dengan bentuk tubuhku yang baru dan sebagainya. Aku kacau sekali memikirkan itu semua setelah bertahun-tahun aku ada di industri ini dan jarang sekali aku mendapati komentar miring yang bertubi-tubi seperti kemarin. Begitulah sampai aku bisa terpikirkan melakukan hal bodoh yang bisa mencelakakan diriku dan juga calon bayiku.
YOU ARE READING
Erotema [Short Stories] | Completed
Short Story[Started on October 15, 2020, and ended on December 19, 2020] Vital Note: A derivative story from It Takes Two To Tango, It will contain short stories - People said love is so many things, joy and pain wrapped up all in one package. Is it absolute? ...