F |

1.5K 150 3
                                    

[I take you back a little to the hap that isn't told yet]


Legawa's POV


Jakarta, Maret 2019.

Sore ini aku ada janji mampir ke apartemen Rio di daerah Sudirman, sebelum ke sana aku teringat kalau aku butuh sandal karet baru untuk kupakai di Rumah Sakit karena kupikir yang kupunya di sana sudah masanya diganti. Jadilah aku mampir ke Grand Indonesia sebelum memutar di Bundaran HI nanti.

Aku sudah berhasil parkir dengan aman dan segera meluncur ke dalam hanya untuk membeli sandal karet dan bergegas menemui Rio di apartemennya. Memasuki gedung Mall yang hari ini cukup ramai karena tentu saja hari Sabtu, jelas semua orang pasti berbondong-bondong mencari tempat yang asyik untuk sekedar bertemu teman, makan siang atau menghabiskan waktu mereka sendiri, dan Mall adalah salah satu tempat yang tepat untuk melakukan hal-hal sejenis itu. Sesekali aku mengecek ponselku dan membaca beberapa grup di aplikasi pesanku, ketika aku mengangkat pandanganku dari layar ponsel yang ku genggam, aku mendapati sesosok wanita yang berjalan dalam diam dari arah berlawanan dan melewatiku begitu saja, padahal kami berpapasan tadi bahkan aku menyebut namanya dengan suara yang aku yakin dia bisa dengar.

Seketika aku menghentikan langkahku dan membalik tubuh untuk memanggilnya lagi, pandanganku mengikuti wanita yang tetap berjalan dalam diam dan tatapannya tadi sepertinya dia tidak fokus. Kupilih menyusul wanita itu dengan sedikit berlari karena dia tetap saja berjalan tanpa menoleh sedikitpun dengan panggilan dariku, dan dengan cepat mencengkram lengan kanannya dari belakang sampai langkahnya berhenti dan kepalanya menoleh kepadaku.

"Hai, Kin. Saya panggilin kamu dari tadi, kamu terus jalan aja," senyumanku seketika luntur setelah mendapati wajahnya justru tidak menampakkan wajah yang biasanya, something must have happened to her, what's wrong with Akina? "Long time no see," Aku mengembangkan lagi senyumanku dengan ragu ketika melihatnya hanya menatapku diam tanpa ekspresi yang bisa aku tebak, tak lama aku bisa melihat mata wanita itu berair dan air matanya menetes bergantian dengan isakannya.

"H-hey... What's wrong?" Aku terkejut sungguh melihat pemandangan di depanku, kenapa dia menangis? Kami baru saja bertemu lagi dan kenapa dia justru terisak di depanku?

Akina masih terisak dan tangannya mencengkram kain kemeja pada sikuku seolah sedang menahan rasa sakit, apa dia sedang kesakitan?

"People will think i'm the one who made you cry, what's wrong Akina?" Aku berbisik lembut untuk mendapati tatapannya yang menunduk.

Melihat orang-orang disekeliling kami sudah menatap dengan heran bahkan suara bisik-bisik sudah terdengar tak enak di telingaku, aku memilih untuk menariknya ke dalam pelukanku setelah sebelumnya mengucapkan kalimat maaf karena sudah memeluknya tanpa izin. Tapi ini aku sedang mencoba melindunginya, I mean... melindungi kami berdua, orang-orang pasti sudah berpikir akulah yang membuatnya menangis.

Sambil menepuk perlahan punggungnya, wanita itu masih terisak di pundak kiriku. Apa yang terjadi dengannya? Kenapa dia memilih menangis di koridor Mall yang ramai? Aku tidak pernah tahu kalau Akina bisa melakukan ini. Aku pikir dia akan lebih memilih menangis di tempat sepi, seperti tangga darurat misalnya? Atau di dalam mobilnya yang terparkir di basement? Tapi ini koridor Mall, untuk seorang Akina aku pikir ini terlalu berani.

"Apa ada yang sakit, Kin?" tanyaku perlahan di dekat telinganya. Wanita itu menggelengkan kepala lemah dan isakkannya sudah mereda lambat laun menjauh dari pelukanku.

Erotema [Short Stories] | CompletedWhere stories live. Discover now