I |

871 132 2
                                    

[If I write something that isn't quite right, please help me correct it]


Legawa's POV


Jakarta, Mei 2019.

"Jadi tidak ada keluhan hari ini ya, Pak Alan?" Aku bertanya kepada pasien yang tiga hari lalu melakukan operasi bypass atau yang orang awam tahu sebagai pembuatan jalur baru untuk darah bisa mengalir lancar ke otot jantung, pada jantungnya karena ketiga pembuluh darah utamanya tertimbun lemak dan menyebabkan penyempitan sebesar 80% sehingga terjadilah kesulitan untuk bernapas karena rasa sesak. "Masih terasa sesak?" tanyaku hati-hati.

"Syukurnya perlahan membaik, Dok. Terima kasih," Pak Alan menjawab dengan perlahan. Tadi pagi beliau sudah kami pindah ke ruang rawat setelah kami pantau selama dua hari di ICU untuk melihat tanda vital detak jantung, pernapasan juga tekanan darah beliau setelah dilakukan pembedahan. Syukurnya semua tanda vitalnya baik dan beliau sudah bisa bernapas normal lagi tanpa selang pernapasan.

"Syukurlah. Kalau bisa Pak, Bu..." Aku menatap sang Istri yang duduk di kursi samping kirinya. "Biar Bapak bisa full istirahat, lebih baik jangan ramai-ramai dulu," saranku dengan tersirat bahwa lebih baik tak usah menerima kunjungan yang berbondong-bondong agar pasien bisa benar-benar istirahat secara total.

"Baik, dok. Kita juga nggak berencana terima tamu," sang istri menjawab ucapanku dengan senyuman ramahnya.

"Biar pemulihannya cepat, banyak pasien saya satu minggu sudah bisa duduk bahkan berjalan kalau memang benar-benar waktu pemulihannya total dipergunakan istirahat dengan baik, Bapak sudah mau jalan-jalan juga, kan?" tanyaku dengan nada jahil agar tidak terlalu tegang dengan pembicaraan ini.

Karena ini operasi besar, sudah pasti keluarga pasien akan selalu dihantui rasa takut dan khawatir bahkan sebelum putusan tindakan operasi harus kami ambil karena beberapa tes hasilnya tidak bagus, sampai pasca operasi pun banyak pendamping pasien yang masih ketar-ketir untuk pemulihan sampai resiko lainnya. Aku sudah tidak asing dengan wajah-wajah tegang dan khawatir para pendamping pasien.

Kekehan kecil sedikit keluar dari mulut Pak Alan dan juga Istrinya.

"Nanti kita pantau sama-sama ya perkembangannya, semoga Pak Alan cepat pulih biar bisa cepat jalan-jalan. Untuk pemulihan totalnya memang butuh waktu yang sedikit lama dan yang pastinya akan ada banyak perubahan yang harus Pak Alan lakukan untuk bisa segera pulih dan kembali sehat, dibantu kerjasamanya ya Pak, tentunya keluarga juga harus support ya, Bu," jelasku yang dibalas anggukan paham oleh wanita berjilbab itu.

"Kalau bekas operasinya ada rasa nyeri gimana, Dok?" wanita itu kini mengeluarkan suaranya setelah sejak tadi menyimak apapun yang aku katakan.

"Nanti kalau memang terasa, biasanya malam sih di waktu-waktu tidur. Biar nanti perawat akan kasih obat penghilang rasa sakit yang bisa diminum sebelum tidur," Aku melirik seorang perawat di belakangku yang segera mencatat pada kertasnya.

"Baik, Dok," suara kecil Pak Alan ikut menjawab.

"Ini dokter jaganya, Pak, Bu. Dengan Dokter Erza, nanti beliau yang bantu monitor dan visite, ya," Aku menepuk pundak lelaki di sampingku yang juga sejak tadi berdiri dan sesekali mencatat. "Kalau begitu Pak Alan bisa kembali istirahat," Aku berniat pamit bahkan sudah hampir memutar tubuhku untuk ikut melangkah keluar bersama Dokter Erza dan perawat wanita itu, namun suara Pak Alan kembali membuatku tetap tinggal di sini.

Erotema [Short Stories] | CompletedWhere stories live. Discover now