X |

1.3K 77 2
                                    

[XO means hugs and kisses, with the X representing kisses and the O representing hugs, it can also be an acronym for XtraOrdinary.]


Akbar's POV


Jakarta, September 2019.


Selina

Kenapa aku nggak pernah jadi prioritas kamu, sih!


Pesan terakhir dari Selina—kekasihku itu belum aku balas sejak pagi tadi. Last night we had a little argument, bagaimana tidak? Kekasihku itu telah menyelesaikan skripsinya sebagai tugas akhir kuliahnya sekitar dua bulan lalu dan besok dirinya akan melakukan prosesi wisuda sebagai tanda bahwa dia telah lulus sebagai mahasiswa yang telah menyelesaikan masa studinya selama kurang lebih empat tahun. Besok masih hari Selasa, seperti yang kalian ketahui besok masih hari kerja, aku yang sudah mengetahui jadwal wisuda kekasihku ini sejak awal bulan lalu sudah dibuat dilema karena mungkin aku tidak bisa menghadiri hari penting itu karena aku belum tahu pasti besok pekerjaanku bagaimana, apa ada meeting yang harus aku datangi atau pekerjaan yang harus aku tangani, semua kemungkinan-kemungkinan itu bisa datang di last minutes, aku masih belum tahu. Sampai akhirnya awal minggu lalu aku memutuskan untuk mengambil cutiku, namun ternyata Akina sudah lebih dulu mengambil hari cutinya untuk hari ini dan besok karena harus menghadiri pernikahan sanak saudaranya di Bandung. Sialnya, aku jadi sedikit segan jika harus tetap menyerahkan permohonan cutiku karena Akina menitipkan beberapa hal kepadaku dan Jeanne selama dirinya cuti.

Ya... Sesuai tebakan kalian, kekasihku itu merajuk. Dan kali ini sedikit besar, entahlah jika itu hanya dibesar-besarkan atau tidak, namun kekasihku itu sebelumnya sudah mewanti-wanti agar aku harus datang di acaranya besok. Semalam aku mendeklarasikan bahwa besok aku tidak bisa menghadiri acaranya, jadilah rajukannya berubah menjadi amukkan kegusarannya sampai kami berargumentasi pada laman chat kami karena wanita itu enggan menjawab panggilan teleponku.

Sejak sampai di kantor pagi tadi setelah menerima pesan terakhir dari Selina yang menyinggung mengenai prioritasku, aku jadi sedikit dibuat cranky.

"What the hell priority?" keluhku pada diri sendiri sambil menekan-nekan keras tombol keyboard-ku untuk mengerjakan laporan hasil meeting dengan vendor.

Sesungguhnya aku paling tidak suka meladeni hal-hal sepele seperti ini, Selina juga tidak biasanya merajuk berlebihan seperti ini. Prioritas katanya? Sejak kapan aku tidak menjadikannya prioritas? Everything that's alive and for life is a priority, including her. Kenapa pertanyaan itu harus ada, sih? Dan kenapa juga aku harus menjelaskan hal itu, padahal dia seharusnya tahu jelas dia adalah prioritas. For whatever important it is, I have tried to find a way. Jelas aku sudah berusaha untuknya, namun aku bukannya mencari-cari alasan untuk tidak hadir besok, aku sudah berusaha bahkan berniat untuk mengambil waktu cutiku, namun mau bagaimana lagi? Apa aku harus menomor-nomorkan apapun dengan label prioritas? Ck!

"Bar, gue kirim e-mail revisi laporan vendor PRC. Tolong cek ya, Bar," suara Mas Harsa terdengar ditengah keriuhan suara hatiku, gumaman kekesalanku dan isi kepala yang sepertinya sudah mengebul. "Itu nanti ditunggu sebelum jam 4 ya, Bar," lanjutnya yang seketika membuatku menaikkan arah pandangku dari layar monitor dengan cepat.

"Revisi apa, Mas?" Wah! Perasaanku tidak enak.

Ganti Mas Harsa yang mengangkat pandangannya untuk menatapku. "Itu loh, lo nggak masukin yang KLG. Yang Cardea itu kan ada KLG selain Reguler, lo masukin satu doang, itu price-nya beda, Bar," jelasnya.

Erotema [Short Stories] | CompletedWhere stories live. Discover now